Serunya Bermain Cermin dengan si Kecil
Pada suatu hari, ketika si Kecil masih berusia 10 bulan, saya melihat dia sedang terbengong-bengong melihat wajahnya sendiri di cermin kecil yang saya letakkan di sofa. Saya sangat terkejut melihat reaksi dan ekspresi wajahnya yang lucu. Alih-alih mengambil cermin tersebut, saya membiarkannya dan bertanya, “Sayang, kamu sedang apa sih?” Si Kecil hanya merespon dengan gumaman, “A a aku…”
Dari kejadian itu, saya menyadari bahwa bermain cermin bisa menjadi kegiatan yang menarik dan bermanfaat untuk perkembangan si Kecil. Melalui bermain cermin, dia dapat mengenal dirinya sendiri, belajar mengenali ekspresi wajahnya, dan melatih keterampilan motoriknya.
Bermain cermin dengan si Kecil tidaklah sulit. Yang perlu saya persiapkan hanyalah sebuah cermin kecil atau cermin rias yang bisa ditempel di dinding. Saya selalu memastikan untuk tidak menggunakan cermin tanpa bingkai, agar tidak ada risiko terluka akibat ujung cermin yang tajam.
Pertama, saya meletakkan si Kecil di depan cermin. Dia pasti senang melihat bayangannya sendiri dan akan terdorong untuk mengangkat kepalanya. Sambil memandang bayangannya, saya menyentuh bagian-bagian wajahnya dan memberitahunya nama-nama bagian tersebut, misalnya mulut, hidung, dan mata. Ini adalah cara yang efektif untuk membantu si Kecil mengenali bagian-bagian wajahnya sendiri.
Selanjutnya, saya melibatkan diri dalam permainan ini dengan merias wajah saya sendiri ala badut atau ondel-ondel. Si Kecil pasti akan terpesona dan tertawa melihat wajah saya yang lucu di cermin. Ini juga bisa menjadi kesempatan bagi saya untuk mengajarkan si Kecil tentang berbagai ekspresi wajah, seperti senyum, terkejut, atau marah.
Tidak hanya itu, saya juga sering membuat mimik wajah yang ekspresif dan lucu di depan cermin. Misalnya, saya menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah sambil mengeluarkan suara “nanana!” Setelah itu, saya membiarkan si Kecil meniru gerakan dan suara tersebut dengan caranya sendiri. Ini adalah cara yang menyenangkan untuk melatih kemampuan motorik halus dan motorik kasar si Kecil.
Bermain cermin juga dapat merangsang kemampuan visual si Kecil dan melatihnya untuk lebih ekspresif. Melalui cermin, dia dapat melihat dan belajar mengenali berbagai gerakan fisik secara perlahan. Bahasa tubuh yang dia tiru lewat cermin juga akan membantu dalam perkembangan bahasa dan komunikasinya.
Namun, perlu diingat bahwa bermain cermin sebaiknya dibatasi. Si Kecil harus belajar untuk lebih responsif terhadap orang-orang di sekitarnya, bukan hanya terpaku pada bayangannya sendiri. Jika si Kecil terlalu obsesif dengan cermin, saya akan mengalihkan perhatiannya dengan mainan atau kegiatan lain yang menarik.
Selain itu, perlu juga pengawasan saat si Kecil bermain dengan cermin. Dikhawatirkan si Kecil akan memukul-mukul permukaan cermin yang bisa berbahaya. Namun, melarangnya untuk berdekatan dengan cermin juga bukanlah solusi yang tepat. Larangan hanya akan menepis rasa ingin tahu dan keingintahuan si Kecil. Sebagai gantinya, saya akan mengalihkan perhatiannya dengan memberikan mainan atau kegiatan yang lebih menarik.
Bermain cermin dengan si Kecil juga memiliki hubungan dengan fase perkembangan pertumbuhannya. Sebelum memasuki usia 18 bulan, si Kecil belum dapat mengenali dirinya sendiri. Melalui bermain cermin, si Kecil dapat mengenal dirinya sendiri sejak dini. Ketika si Kecil sudah dapat menyebutkan namanya sendiri, itu menandakan bahwa dia sudah mengenali dirinya melalui cermin.
Bermain cermin dengan si Kecil tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memiliki manfaat yang besar dalam perkembangannya. Selain melatih keterampilan motorik dan kemampuan visual, bermain cermin juga membantu si Kecil untuk mengenal dan menerima dirinya sendiri. Selamat mencoba bermain cermin dengan si Kecil di rumah, Bu!
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com