Jawab dengan jujur dan ilmiah
Dalam menjawab pertanyaan anak sulung saya yang berusia 10 tahun mengenai alasan mengapa mama tidak shalat sementara seluruh anggota keluarga shalat berjama’ah ketika Magrib tiba, saya harus menjawab dengan jujur dan ilmiah. Meskipun pada awalnya saya merasa ragu untuk menjelaskan mengenai sistem reproduksi, namun mbak Irma Gustiana A, M.Psi, Psi, seorang ahli psikologi, menyarankan agar menjelaskan semua hal tersebut secara ilmiah. Menurutnya, pada usia 9-12 tahun, kemampuan kognitif anak sudah semakin berkembang dan rasa ingin tahunya mengenai lawan jenis juga semakin besar.
Momen ini sebaiknya juga dijadikan kesempatan untuk memberikan pendidikan seksualitas kepada anak, yang sangat dibutuhkan saat anak mulai memasuki usia pubertas. Dalam memberikan pendidikan seksualitas, kita dapat memulainya dengan membicarakan perbedaan reproduksi antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, kita juga dapat membicarakan tanda-tanda pubertas seperti menstruasi dan mimpi basah, serta munculnya karakteristik sekunder seperti bulu halus dan pertumbuhan payudara. Selain itu, kita juga dapat membahas tentang pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi.
Ketika menjelaskan mengenai menstruasi, kita dapat menggunakan penjelasan berikut, “Jadi, Nak, kalau anak laki-laki akan mengalami mimpi basah, sedangkan anak perempuan akan mengalami menstruasi. Menstruasi merupakan proses alami yang terjadi pada anak perempuan, di mana sistem reproduksi tubuh membersihkan rahim untuk mempersiapkan siklus reproduksi yang akan datang. Menstruasi juga menjadi tanda bahwa tubuh seorang perempuan sudah siap untuk hamil.”
Selain menjelaskan mengenai menstruasi, kita juga dapat menambahkan bahwa sebagai seorang muslim, momen tersebut adalah saat mama tidak dapat ikut shalat dan berpuasa. Hal ini disebabkan oleh hukum agama yang mengatur bahwa perempuan yang sedang menstruasi tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah tersebut.
Bila memungkinkan gunakan media
Dalam memberikan pendidikan seksualitas kepada anak, penggunaan media juga dapat menjadi pilihan yang baik. Pendidikan seksual seharusnya diajarkan pada anak sesuai dengan tahapan usianya. Untuk anak usia balita, media yang digunakan dapat berupa boneka, eksplorasi tubuh sendiri, atau gambar-gambar yang menarik. Pada usia ini, pendidikan seksualitas masih berfokus pada pengenalan bagian tubuh, perbedaan antara laki-laki dan perempuan, serta pengetahuan mengenai bagian tubuh lengkap dengan fungsinya.
Di sisi lain, untuk anak usia 9-12 tahun, pendidikan seksualitas sudah lebih mendalam. Pada tahap ini, kita dapat memberikan informasi mengenai perubahan tubuh, reproduksi secara biologis, perkembangan payudara, menstruasi, dan mimpi basah. Menurut mbak Irma, penggunaan media yang paling baik adalah dengan menonton video dokumenter mengenai proses tumbuh kembang manusia sambil berdiskusi. Diskusi tersebut dapat mencakup topik tentang hubungan pertemanan yang sehat dan hubungan yang tidak sehat.
Selain itu, tahap pubertas juga menjadi saat yang tepat untuk memberikan informasi kepada anak mengenai menstruasi dan mimpi basah. Kita perlu menjelaskan kepada mereka bahwa saat mereka mengalami pubertas dan mengalami menstruasi atau mimpi basah, itu artinya tubuh mereka sudah siap untuk memiliki bayi. Pada tahap pubertas ini, anak-anak pada dasarnya sudah dapat memahami nilai-nilai sosial, sehingga kita dapat mengajarkan mereka tentang risiko dan konsekuensi dari perilaku yang tidak sehat, seperti risiko kehamilan di usia dini, penyakit menular seksual, dan penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab.
Meskipun memiliki tantangan tersendiri, memiliki anak yang memasuki masa remaja juga memberikan kesempatan bagi kita sebagai orang tua untuk memberikan pendidikan seksualitas yang baik. Seperti yang disarankan oleh mbak Irma, kuncinya adalah menjelaskan segala sesuatunya secara ilmiah dan terbuka, tanpa memandang pendidikan seksualitas sebagai hal yang tabu. Ketika diskusi mengenai hal tersebut berlangsung, biasanya yang cemas dan khawatir adalah orang tua, sedangkan anak-anak cenderung lebih menerima dan tenang dalam menerima informasi tersebut.
Sebagai orang tua, kita harus siap untuk menjawab pertanyaan anak dan memberikan pendidikan seksualitas yang baik dan benar. Dengan memberikan penjelasan yang jujur dan ilmiah, kita dapat membantu anak memahami perubahan yang terjadi pada tubuh mereka dan memberikan mereka pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri mereka sendiri.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com