Keinginan untuk Bersikap Adil sebagai Orangtua
Sebagai seorang calon orangtua, salah satu kekhawatiran yang saya miliki adalah ketidakmampuan untuk bersikap adil terhadap anak-anak saya. Saya menyadari bahwa menjadi adil bukanlah hal yang mudah, namun saya berusaha untuk belajar dan mencari cara agar tidak memilih kasih antara anak pertama dan anak kedua. Meskipun saya belum hamil dan belum memiliki anak lagi, saya sudah mulai merasa khawatir dan berpikir tentang bagaimana nantinya jika saya memiliki lebih dari satu anak. Apakah saya dapat memberikan kasih sayang yang sama kepada mereka? Apakah saya mampu menyekolahkan mereka dengan kualitas yang baik? Apakah perhatian yang saya berikan akan sama? Saya tidak ingin menjadi orangtua yang memilih kasih terhadap salah satu anak.
Saya yakin kita semua sepakat bahwa menjadi adil sebagai orangtua bukanlah hal yang mudah. Namun, kita juga perlu menyadari bahwa menjadi adil memiliki manfaat yang baik, terutama dalam hubungan keluarga. Sayangnya, sering kali tanpa disadari, orangtua dapat memilih kasih atau memfavoritkan salah satu anaknya. Sebagai seorang anak bungsu, saya pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi anak yang tidak sejalan dengan kakak-kakak saya, terutama dengan kakak perempuan saya.
Jika dibandingkan dengan kakak perempuan saya, saya merasa bahwa saya tidak memiliki apa-apa. Ia adalah anak yang kalem dan penurut, sedangkan saya dikenal sebagai anak yang suka berargumen dengan ibu saya. Mungkin ibu melihat bahwa saya sering kali suka melawan. Jika dilihat dari segi akademis, saya juga merasa bahwa saya tidak sebanding dengan kakak tertua saya. Saya hanya kuliah di perguruan tinggi swasta, sementara kakak perempuan saya bisa masuk Universitas Indonesia dan jurusan Matematika. Kariernya juga sudah sangat bagus di bidang Aktuaria. Saya dapat membayangkan betapa pintanya ia.
Meskipun begitu, saya bisa memaklumi mengapa ibu dan ayah saya lebih memfavoritkan kakak perempuan saya. Untungnya, saya bukan tipe anak yang mudah merasa terluka, sehingga hubungan saya dengan kakak-kakak saya sangat baik dan harmonis, tidak ada konflik di antara kami. Mungkin karena perbedaan usia kami yang cukup jauh.
Kembali ke topik mengenai memfavoritkan anak sehingga dapat memicu pilih kasih, seorang psikolog klinis dan psikoterapis bernama Ellen Weber Libby menyatakan bahwa memfavoritkan anak adalah hal yang wajar bagi orangtua. Meskipun begitu, hal ini bukan berarti menjadi pembenaran untuk melakukan pilih kasih. Saya mencoba memahami dan belajar mengenai hal ini.
Selain Ellen Weber Libby, seorang psikolog bernama Irma Gustiana M. Psi, Psi juga setuju bahwa orangtua cenderung mengidolakan anaknya. Namun, ia mengingatkan agar orangtua lebih peka dalam pola asuh. Menurutnya, orangtua perlu menghindari sikap memfavoritkan salah satu anak. Anak-anak adalah individu yang unik dan dinamis, sehingga tidak perlu membandingkan mereka satu sama lain.
Agar tidak memilih kasih terhadap anak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, orangtua tidak perlu menyangkal perasaan mereka jika memang mereka mengidolakan salah satu anak. Menurut Irma Gustiana M. Psi, Psi, hal ini adalah hal yang wajar dan lumrah, namun tidak perlu mengakui hal tersebut kepada anak karena hal ini dapat melukai perasaan mereka dan memicu konflik antar saudara.
Kedua, lakukan pemetaan untuk mengetahui apa saja yang membuat orangtua mengidolakan salah satu anak. Dengan melakukan pemetaan ini, orangtua dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan anak, sehingga kekurangan dapat dioptimalkan dan kelebihan dapat dipertahankan.
Ketiga, adakan pembagian tugas domestik yang sama antara anak-anak. Meskipun ada anak yang mungkin lebih bisa memberikan perhatian atau melakukan hal baik, hal ini tidak boleh menjadi alasan untuk memfavoritkan salah satu anak. Dengan memberikan tugas domestik yang sama, anak akan merasa bahwa orangtua bersikap adil terhadap mereka.
Terakhir, ciptakan waktu keluarga yang berkualitas. Salah satu cara agar anak merasa nyaman dan tidak merasa bahwa orangtua memilih kasih adalah dengan meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas keluarga bersama. Melalui waktu keluarga ini, anak akan merasakan bahwa orangtua memberikan kasih sayang dan perhatian yang sama kepada mereka. Selain itu, jangan lupa untuk meluangkan waktu khusus dengan masing-masing anak. Misalnya, setiap malam melakukan pendekatan secara personal dengan durasi minimal 10 menit, sehingga anak akan merasa hangat dan lebih dicintai oleh orangtua.
Dalam menjadi orangtua, tidak ada sekolah formal yang mengajarkan bagaimana menjadi orangtua yang ideal. Oleh karena itu, kita harus banyak belajar dan melakukan percobaan serta kesalahan. Saya berjanji untuk selalu memberikan cinta kepada anak-anak dan suami saya, karena mereka adalah ‘rumah’ bagi saya.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com