Reflection on Childhood: Rahmasari Muhammad – Bersikap Humble Itu Bukan Kelebihan Tapi Sebuah Keharusan dan Kebiasaan


Your Heart and Attitude Are The Things That Define You. Bersikap humble bukan merupakan kelebihan tapi keharusan dan kebiasaan. Inilah yang diyakini oleh Rahmasari Muhammad, anak bungsu dari almarhum Mar’ie Muhammad.

Persahabatan saya dengan ibu dari satu putri ini berawal di tahun 2011, ketika kami bekerja di satu perusahaan media yang sama. Saya baru mengetahui kalau dia adalah anak dari seorang mantan Menteri Keuangan, almarhum Mar’ie Muhammad malah dari orang lain. Tidak sekali pun dia pernah menyebut siapa orangtuanya! Ditambah gaya hidupnya yang sederhana dan apa adanya.

Menjadi anak dari mantan Menteri Keuangan, tak lantas membuat Ai (panggilan akrab dari Rahmasari Muhammad) anti makan di pinggir jalan atau bepergian menggunakan transportasi online seperti Gojek.

Saya jadi penasaran, seperti apa kedua orangtuanya mendidik Ai sehingga di mata saya dan teman-teman, kami menilai Ai adalah pribadi yang mandiri, smart, tahu apa yang diinginkan, jujur dan apa adanya. Berikut hasil obrolan saya dengan Ai Muhammad, istri dari Zainal Irwan:

1. Tiga hal yang kamu suka dari diri kamu?

Pertama, I always try to be rational, objective and use my critical thinking in my daily life. Menimbang segalanya dari berbagai aspek, menggunakan nalar dalam mengevaluasi berbagai masalah dengan sebisa mungkin menekan emosi dan ego. Ini membuat saya tidak mudah berganti pendirian dan tidak takut menyuarakan pendapat yang menurut saya benar serta masuk akal. Nggak heran kadang saya dicap “keras” atau “galak” hahaha.

Kedua, saya sangat menghargai keberagaman. Orangtua saya selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai orang lain bukan karena status, pangkat atau embel-embel apa pun. Saya melihat contoh, bagaimana Ayah bisa luwes ngobrol dengan pedagang minuman di pinggir jalan tanpa canggung, dan juga berkawan erat dengan teman berbeda agama. Begitupun ibu bisa ramah menyapa siapa saja. Hal tersebut tanpa sadar membentuk saya menjadi seperti sekarang. Berbeda status ekonomi, agama, ras, dan perbedaan lainnya, it doesn’t matter for me. Your heart and attitude are the things that define you. Hati dan sikap yang perlu dijaga. Bersikap humble bukan merupakan kelebihan tapi keharusan dan kebiasaan.

Baca Juga:  Serba-serbi Day Care

Last but not least, I always appreciate people who are hard workers, passionate in what they do and also persistent, because I feel that they are similar with me, hehehe.

Orang tua saya adalah pekerja keras yang mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat. Ayah saya seorang civil service dan ibu saya mendirikan yayasan di bidang pendidikan serta mendirikan sekolah. Dari keduanya saya melihat kerja keras, kedisiplinan, tanggungjawab dan bagaimana orang bisa berdedikasi serta berkomitmen. Saya ingat almarhum ayah saya pernah berkata “Terserah kamu mau jadi apa tapi jangan setengah-setengah, do your best.” Hal itu saya pegang teguh hingga saat ini. Jika memulai sesuatu, saya berusaha menyelesaikan apa yang sudah saya mulai. Sulit bagi saya untuk “menyerah” karena saya percaya, seseorang bisa sukses karena kegigihannya.

2. Pengalaman masa kecil apa yang membentuk kamu mempunyai tiga hal tersebut? Apa andil dari orang tua?

Almarhum ayah juga sangat rasional dan objektif. Sepanjang hidupnya, saya selalu melihat beliau menggunakan “common sense” dan menelaah semuanya secara bijaksana sebelum membuat keputusan. Dia tidak mudah dipengaruhi siapa pun, tidak pernah takut “melawan arus” dan seringkali berkata “kalau kamu benar ya jangan takut.”

Bagi saya, andil orangtua dan pengalaman masa kecil sangat berperan dalam membentuk karakter dan kepribadian saya. My parents are my hero. Mereka mengajarkan dan mendidik melalui sikap yang akhirnya menjadi panutan kami sehari-hari. Dari kecil, mereka tak hanya mengajarkan anak-anaknya namun juga memberi contoh bagaimana bersikap jujur, disiplin, bekerja keras, hidup mandiri, sederhana, berani menyuarakan pendapat, dan pantang menyerah.

Saya ingat ketika sekolah TK mengadakan karyawisata, hampir semua teman kelas saya ditemani ibunya. Saya pergi sendirian. Ketika pulang saya bertanya kepada ibu kenapa beliau tidak ikut dan jawabannya “Mama harus kerja cari uang untuk beli buku yang kamu suka. Kamu kan ada bu guru yg nemenin. Jadi nggak masalah kan?” Begitupun ketika saya kuliah di Malaysia. Jauh dari keluarga membuat saya belajar mandiri dan tidak bergantung pada siapa pun.

Baca Juga:  Cara Bercerita pada Anak Sesuai Tahap Tumbuh Kembangnya

Kami juga dibiasakan untuk hidup sederhana. Tidak masalah kalau tidak ada mobil pribadi, saya bisa pergi dan pulang sekolah dengan bajaj langganan atau bis. Karena saya melihat ayah saya aja yang seorang pejabat bisa santai kemana-kemana pakai mobil butut andalannya, hahaha.

My childhood experience really reflects who I am today. Saya percaya kalau edukasi dimulai dari rumah, bersama orang-orang terdekat.

Ketika sudah menjadi ibu, saya pun berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Baik dalam berpikir, bersikap, bertutur kata maupun bertindak. Karena saya percaya, edukasi adalah lifetime learning dan bukan hanya diajarkan di mulut, namun melalui sikap yang kita tunjukkan setiap hari.

Selama ini, saya selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang humble, sederhana, dan berusaha menjaga hati dan sikap yang baik. Hal ini tidak lepas dari pengaruh orang tua saya, terutama ayah saya yang selalu menekankan pentingnya sikap dan kepribadian yang baik. Ayah saya adalah sosok yang rasional dan objektif. Beliau selalu menggunakan logika dan pikiran yang jernih dalam mengambil keputusan. Saya melihat bagaimana beliau tidak mudah dipengaruhi oleh opini orang lain dan selalu berani melawan arus jika dia yakin bahwa apa yang dia lakukan adalah yang terbaik. Sikap ini sangat menginspirasi saya untuk menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki pemikiran yang kritis.

Ibu saya juga memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kepribadian saya. Beliau adalah sosok yang sangat menghargai keberagaman dan mengajarkan kepada saya untuk tidak pernah membedakan orang berdasarkan status sosial, agama, atau ras. Saya melihat bagaimana beliau selalu ramah dan menyapa semua orang dengan senyum, tanpa memandang latar belakang mereka. Sikap ini mengajarkan saya untuk menghargai setiap individu dan tidak membiarkan perbedaan menjadi penghalang dalam berinteraksi dengan orang lain.

Selain pengaruh dari orang tua, pengalaman masa kecil saya juga sangat membentuk kepribadian saya yang mandiri dan berani menyuarakan pendapat. Saya tumbuh dalam lingkungan yang mendukung kebebasan berbicara dan berpendapat. Orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk berani mengemukakan pendapat saya sendiri, asalkan pendapat tersebut didasarkan pada pemikiran yang rasional dan logis. Mereka selalu mendengarkan dengan serius setiap pendapat yang saya sampaikan, sehingga saya merasa dihargai dan memiliki ruang untuk berekspresi.

Baca Juga:  Susu Bubuk untuk Bayi, Perlu atau Tidak?

Selain itu, saya juga diajarkan untuk selalu bekerja keras dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan. Ayah saya adalah sosok yang sangat gigih dan pantang menyerah dalam meraih cita-citanya. Beliau selalu mengajarkan kepada saya pentingnya usaha dan kerja keras dalam mencapai tujuan hidup. Dari pengalaman ini, saya belajar untuk tidak mudah menyerah dan terus berjuang meski menghadapi kesulitan.

Dari semua pengalaman dan pengaruh ini, saya merasa beruntung memiliki orang tua yang luar biasa dan telah membentuk saya menjadi pribadi yang mandiri, smart, tahu apa yang diinginkan, jujur, dan apa adanya. Saya sangat bersyukur atas segala pelajaran dan nilai-nilai hidup yang mereka ajarkan kepada saya. Semua itu telah membantu saya dalam menjalani kehidupan ini dengan sikap yang baik dan hati yang rendah.

Kesimpulannya, keberhasilan Rahmasari Muhammad dalam menjalani kehidupan ini tidak hanya ditentukan oleh latar belakangnya sebagai anak mantan Menteri Keuangan, tetapi lebih pada hati dan sikap yang dimilikinya. Sifat humble, mandiri, smart, dan jujur yang dimiliki oleh Rahmasari Muhammad adalah hasil dari didikan dan pengaruh positif yang diterima dari orang tua dan pengalaman masa kecilnya. Rahmasari Muhammad adalah contoh nyata bahwa kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh prestasi atau status, tetapi lebih pada karakter dan kepribadian yang baik. Semoga cerita inspiratif ini dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk selalu menghargai orang lain, menjaga hati dan sikap yang baik, serta tetap berusaha menjadi pribadi yang mandiri, smart, dan jujur.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com