Televisi Vs Balita: Bagaimana Dampaknya?
Televisi tampaknya sudah menjadi media hiburan cukup populer bagi semua kalangan. Sifatnya sebagai hiburan yang murah serta mudah didapat membuat televisi begitu digandrungi. Dapat dikatakan bahwa hampir tiap keluarga atau rumah tangga memiliki setidaknya satu pesawat televisi di rumahnya. Bukan hanya untuk orang dewasa, televisi bahkan lazim dikonsumsi oleh anak-anak usia balita.
Kegiatan menonton televisi mungkin memang terlihat menyenangkan ya, Bu? Dari segi hiburan, televisi tentu mampu memenuhinya. Apalagi keberadaanya terkadang juga dapat dijadikan “senjata” untuk menenangkan si Kecil ketika rewel. Bunda seolah seperti sedang dibantu oleh alat bernama televisi ini.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa hal televisi memiliki manfaat positif terutama untuk si Kecil. Di satu sisi, melalui berbagai program yang ditayangkan, televisi bisa menjadi sarana belajar untuk peningkatan kemampuan bahasa si Kecil lho, Bu. Televisi memberikan banyak masukan perbendaharaan kosa kata baru bagi si Kecil.
Tanpa diragukan pula, televisi adalah salah satu media penyedia sarat hiburan praktis yang dapat pula dinikmati si Kecil. Berbagai tayangan program dengan gambaran menarik serta musik yang beragam tersedia di televisi. Salah satu contohnya yakni dengan tersedianya bermacam tayangan kartun yang biasa digemari oleh anak-anak. Tidak heran jika si Kecil bisa sangat betah bila berlama-lama berada di depan televisi.
Namun, selain memberi manfaat positif seperti yang telah disebutkan terdahulu, ternyata membiarkan anak berjam-jam menonton televisi bisa berdampak negatif juga lho, Bu. Konsumsi televisi oleh anak dapat berpengaruh tidak baik bagi tumbuh kembang si Kecil terutama untuk psikologinya. Dampak negatif ini timbul tidak lain berkaitan dengan karakteristik psikologi anak secara khusus pada tahap perkembangannya di rentang umur 4-5 tahun. Sebab rentang usia ini adalah masa-masa kritis perkembangan otak dan perilaku anak.
Yuk cari tahu apa saja dampak buruk yang mungkin timbul akibat menonton televisi bagi si Kecil melalui paparan berikut!
Anak menjadi agresif
Banyak di antara program-program televisi yang sarat muatan kekerasan (baik fisik, verbal, maupun seksual), bahkan pada film kartun sekalipun. Anak yang pada dasarnya pintar meniru dan serba ingin tahu. Si Kecil dapat dengan mudah meniru apa yang mereka lihat, baik secara langsung maupun lewat televisi. Apa saja yang muncul di televisi akan menancap di pikiran anak dalam waktu yang lama (Mahayoni & Hendrik Lim, 2013). Adegan kekerasan yang mungkin ditonton si Kecil di televisi bukan tidak mungkin akan diikutinya. Hal ini bisa juga menjadi pemicu sikap agresif si Kecil.
Menurunkan fokus dan konsentrasi
Tayangan televisi yang menyediakan gambar bergerak, warna-warna mencolok, dan audio adalah daya tarik yang sangat kuat bagi anak. Anak akan dibuat “tenggelam” dalam candu untuk menonton televisi sehingga susah untuk menerima stimulus lain yang daya tariknya lebih rendah. Hal ini adalah penyebab utama turunnya fokus dan konsentrasi anak khususnya dalam belajar.
Bisa dibayangkan kan Bu, bagaimana anak usia 4-5 tahun yang sudah memiliki daya fokus pendek justru makin diperparah dengan kebiasaan menonton televisi berlarut?
Menyuntikkan budaya konsumtif
Seperti yang Bunda ketahui, tayangan televisi penuh dengan berbagai tayangan iklan. Gempuran iklan yang begitu padat dapat mendorong anak untuk menjadi “tukang jajan” lho, Bu. Si Kecil bisa jadi akan merengek-rengek pada Bunda untuk dibelikan ini-itu, yang meski bukan menjadi kebutuhannya. Iklan televisi bisa juga menjadi penyebab anak senang membeli atau mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji nan tidak sehat.
Mengurangi interaksi sosial
Nyatanya kebiasaan berdiam diri berjam-jam menonton televisi pada anak membuat waktu interaksi sosial dengan teman sebayanya berkurang drastis. Hal ini bisa berdampak terhambatnya perkembangan kemampuan sosial si Kecil, misalnya untuk bersikap pro-sosial seperti belajar menghargai orang lain, empati, berbagi dan bersabar. Bila terus berlanjut bisa jadi si Kecil menjadi anti-sosial dan terbawa hingga masa dewasanya lho, Bu.
Meningkatkan budaya “malas gerak”
Anak yang sudah terlampau kecanduan televisi akan merasa malas untuk melakukan kegiatan atau aktivitas lain yang sifatnya membutuhkan usaha lebih banyak (bergerak aktif). Tidak heran ketika anak menjadi malas berolahraga bahkan malas untuk bermain di luar rumah bersama teman-temannya.
Dengan memahami berbagai dampak (baik positif maupun negatif) yang ditimbulkan dari menonton televisi diharapkan Bunda menjadi lebih bijak, tanggap dan siap mendampingi si Kecil. Bunda tidak perlu melarang penuh anak menonton televisi, namun hanya perlu membatasi dan mengawasi setiap tontonan anak. Arahkan pada acara yang memuat unsur edukasi dan bisa membuatnya makin pintar. Untuk membiasakan anak disiplin, Bunda bisa membuat kesepakatan bersama atau jadwal soal waktu dan lama menonton televisi bagi si Kecil lho, Bu.
Dampak negatif dari menonton televisi pada anak usia balita memang patut diperhatikan. Dalam rentang usia 4-5 tahun, anak sedang dalam fase perkembangan otak dan perilaku yang sangat kritis. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam mengawasi dan membatasi waktu menonton televisi anak. Selain itu, penting juga untuk memilih tayangan yang sesuai dengan usia dan mengandung nilai-nilai positif.
Membiarkan anak berjam-jam menonton televisi dapat menyebabkan anak menjadi agresif karena meniru adegan kekerasan yang ditayangkan. Selain itu, menonton televisi juga dapat mengurangi fokus dan konsentrasi anak, serta menyuntikkan budaya konsumtif dan mengurangi interaksi sosial. Anak juga dapat menjadi malas bergerak jika terlalu banyak menonton televisi.
Sebagai orang tua, penting untuk membatasi waktu menonton televisi anak dan mengawasi tayangan yang mereka saksikan. Pilihlah tayangan yang edukatif dan mengandung nilai-nilai positif. Selain itu, ajak anak untuk berinteraksi secara aktif dengan lingkungan sekitarnya dan melakukan kegiatan fisik yang bermanfaat.
Dengan demikian, dampak negatif dari menonton televisi pada anak usia balita dapat diminimalisir, sementara manfaat positifnya tetap dapat dirasakan. Sebagai orang tua, peran kita sangat penting dalam membimbing anak menggunakan media televisi dengan bijak.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com