Saat Batita Belajar Mandiri

Saat Batita Belajar Mandiri

Pada tahapan perkembangan anak usia batita, kemandirian menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh orangtua. Menurut metode Montessori, anak usia batita seharusnya diberikan kesempatan untuk mencoba melakukan sesuatu sendiri. Dalam hal ini, orangtua perlu memberikan sarana dan dukungan agar anak dapat mengembangkan sikap kemandirian mereka.

Perkembangan kemandirian pada anak usia batita sejalan dengan perkembangan usia mereka. Setelah usia 1 tahun, anak-anak biasanya menunjukkan keinginan untuk melakukan sesuatu secara mandiri, termasuk dalam hal makan. Meskipun pada awalnya cara makan anak masih cenderung berantakan, orangtua sebaiknya tidak melarang atau menghentikan anak untuk mencoba makan sendiri. Meskipun sebagian makanan mungkin jatuh berserak, hal ini adalah bagian dari proses belajar bagi anak.

Namun, sayangnya, seringkali orangtua tidak mengapresiasi cara makan anak yang belum sempurna. Mereka cenderung menganggap bahwa anak masih terlalu kecil untuk makan sendiri. Akibatnya, anak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemandirian mereka. Padahal, jika orangtua memberikan lebih banyak kesempatan kepada anak untuk mencoba melakukan sesuatu sendiri, anak akan semakin terampil dan percaya diri.

Dalam hal mengembangkan sikap kemandirian anak, metode Montessori menyarankan agar orangtua memberikan media atau sarana bagi anak untuk mencoba melakukan sesuatu sendiri. Misalnya, jika anak ingin membuat susu sendiri, biarkan saja meskipun hasilnya mungkin berantakan. Hal ini lebih baik daripada menghambat pengalaman dan perkembangan motorik anak. Menurut metode Montessori, usia 0-6 tahun merupakan masa yang sangat penting bagi anak, karena pada masa ini otak anak siap untuk belajar dan menyerap ilmu.

Dalam mengembangkan sikap kemandirian anak, orangtua juga perlu memberikan stimulasi, latihan, dan dukungan kepada mereka. Sebelum anak mencapai usia 2 tahun, mereka seharusnya sudah mencapai tahap otonom atau mandiri. Pada tahap ini, anak seharusnya sudah bisa makan sendiri, mengenakan baju sendiri, dan tidak ingin digendong-gendong lagi.

Baca Juga:  6 Resep Olahan Ikan Nila untuk Anak yang Lezat Bergizi

Selain itu, orangtua juga perlu memperhatikan perkembangan fisik, emosi, kognitif, dan psikososial anak. Dalam hal perkembangan fisik, anak usia batita perlu mengembangkan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar melibatkan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, seperti berlari, melompat, dan bermain. Sedangkan motorik halus melibatkan gerakan yang menggunakan otot-otot halus, seperti memegang alat, mencoret-coret, dan menulis.

Perkembangan emosi anak juga perlu diperhatikan oleh orangtua. Anak perlu merasa nyaman dan mendapatkan kehangatan dari orangtua. Kehangatan ini dapat diberikan melalui sentuhan, pelukan, dan pujian. Anak belajar dari lingkungan keluarganya, sehingga jika orangtua bersikap baik, anak akan bersikap baik pula terhadap lingkungannya.

Perkembangan kognitif adalah proses berpikir anak, yang meliputi intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berpikir logis. Orangtua dapat memberikan pengenalan terhadap konsep-konsep dasar kepada anak melalui bermain. Pengenalan ini dapat dilakukan melalui informasi-informasi sederhana, seperti aturan-aturan dalam lingkungan sekitar, warna, angka, dan sebagainya.

Perkembangan psikososial adalah interaksi anak dengan lingkungannya. Pada usia batita, anak sudah dapat bermain dengan teman-teman sebayanya. Orangtua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya, tanpa menjadi terlalu overprotektif.

Dalam menghadapi anak usia batita, orangtua perlu memiliki kesabaran. Anak usia batita memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin melakukan banyak hal secara mandiri. Kesabaran dan ketelatenan orangtua diperlukan dalam proses belajar dan penyerapan ilmu anak. Orangtua perlu mengajari anak untuk melakukan sesuatu dengan cara yang tepat dan benar, seperti cara minum, makan, dan memegang alat.

Mengembangkan sikap kemandirian pada anak usia batita memang memerlukan waktu dan usaha dari orangtua. Namun, hal ini akan memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Dengan mengembangkan sikap kemandirian, anak akan menjadi lebih mandiri, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Baca Juga:  Waspadai Penyakit Menular pada Si Kecil

Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba melakukan sesuatu sendiri, tanpa melarang atau menghentikan mereka. Dukungan, stimulasi, dan latihan yang diberikan oleh orangtua akan membantu anak mengembangkan sikap kemandirian mereka dengan baik. Dan yang terpenting, orangtua perlu memiliki kesabaran dan ketelatenan dalam menghadapi proses belajar anak.

Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com