Pertanyaan-pertanyaan seputar pendidikan seksual pada anak kerap kali membuat orang tua bingung dan sungkan untuk mengajarkannya kepada anak-anak mereka. Namun, di era informasi ini, sangat penting bagi kita sebagai orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak kita memiliki pengetahuan yang cukup mengenai organ reproduksi, seks, dan tanggung jawab seksual. Hal ini merupakan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang tepat dari orang tua mereka.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana cara mengajarkan anak tentang nama alat kelamin. Psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana S.Psi., menjawab pertanyaan ini dengan menyarankan untuk menyebutkan nama organ reproduksi dengan benar, yaitu penis dan vagina. Sebagaimana kita mengajarkan bagian tubuh lainnya kepada anak, seperti mata, telinga, hidung, mulut, tangan, dan perut, hal yang sama juga berlaku untuk penis dan vagina. Namun, jika orang tua khawatir bahwa anak tiba-tiba akan menyebutkan nama tersebut di depan banyak orang, mereka dapat mengajarkan anak tentang privasi dan batasan dalam menyebutkan nama-nama tersebut di depan umum.
Selanjutnya, pertanyaan lain yang sering diajukan adalah apakah boleh mandi bareng anak, terutama antara bapak dengan anak perempuan atau ibu dengan anak laki-laki. Vera menjelaskan bahwa sebelum usia 5 tahun, mandi bareng anak masih diperbolehkan, namun setelah usia tersebut sebaiknya tidak dilakukan lagi. Fokusnya di sini adalah pada kemandirian anak. Dalam usia 5 tahun ke atas, anak seharusnya sudah belajar mandi sendiri. Ketika masih bisa mandi bareng anak, orang tua dapat menggunakan momen tersebut untuk mengajarkan anak tentang anatomi tubuh dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki.
Selanjutnya, pertanyaan yang sering membuat orang tua cemas adalah apa yang harus dilakukan ketika anak secara tidak sengaja melihat orang tuanya sedang berhubungan seks. Vera menjelaskan bahwa walaupun anak tidak bertanya mengenai apa yang mereka lihat, orang tua tetap wajib memberikan penjelasan kepada anak. Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap apa yang terbentuk di dalam pikiran anak. Oleh karena itu, penting untuk menanyakan kepada anak apa yang mereka lihat, misalnya dengan pertanyaan “Semalam kamu melihat apa waktu kamu kebangun?”. Jika anak tidak ingat atau tidak terkesan dengan apa yang mereka lihat, maka orang tua dapat melupakan kejadian tersebut. Namun, jika anak masih ingat dengan jelas apa yang mereka lihat, orang tua perlu memberikan penjelasan yang sesuai. Orang tua dapat menjelaskan kepada anak bahwa apa yang mereka lihat adalah hubungan suami istri, sebuah ungkapan rasa sayang antara papa dan mama. Orang tua juga harus meminta maaf kepada anak karena seharusnya mereka tidak seharusnya melihat hal tersebut. Jika anak merasa takut atau tidak nyaman, orang tua harus bertanggung jawab atas perasaan tersebut.
Pertanyaan berikutnya adalah kapan waktu yang tepat untuk membahas mengenai menstruasi dan mimpi basah. Vera menjelaskan bahwa sebaiknya pembahasan ini dilakukan sebelum anak mengalami menstruasi atau mimpi basah, agar mereka tidak merasa terlambat atau aneh. Waktu yang tepat untuk membahas hal ini dapat disesuaikan dengan materi yang diajarkan di sekolah. Biasanya, di kelas 4 atau 5 SD sudah ada pelajaran tentang perubahan tubuh yang terjadi pada remaja, termasuk tentang menstruasi dan mimpi basah. Orang tua juga dapat melihat tanda-tanda perubahan pada tubuh anak sebagai momen yang tepat untuk membahas hal ini. Penting juga untuk menjelaskan kepada anak mengenai tanggung jawab seksual yang akan mereka miliki ketika mereka sudah mengalami menstruasi atau mimpi basah. Misalnya, bahwa ketika mereka memiliki sel telur atau sperma, maka mereka dapat hamil.
Dalam mengajarkan pendidikan seksual kepada anak-anak, penting untuk menjadikannya sebagai bagian dari pendidikan yang wajar. Hal ini harus dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan usia anak. Orang tua harus siap untuk menjawab pertanyaan anak dengan jujur dan memberikan penjelasan yang sesuai. Jika orang tua merasa kesulitan atau tidak yakin dalam mengajarkan pendidikan seksual, mereka dapat mencari bantuan dari psikolog anak atau sumber-sumber lain yang dapat memberikan panduan dan informasi yang benar.
Dengan memberikan pendidikan seksual yang tepat kepada anak-anak, kita dapat membantu mereka memahami tubuh mereka sendiri, menghormati privasi dan batasan-batasan dalam hubungan antar pribadi, serta mengajarkan mereka tentang tanggung jawab seksual yang akan mereka miliki di masa depan. Sebagai orang tua, tugas kita adalah memberikan bekal yang cukup kepada anak-anak kita agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat secara fisik, mental, dan emosional.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com