Saat ini, Zizy, seorang bayi berusia 4 bulan, telah mengalami 6 kelainan yang dikenal sebagai Multiple Congenital Anomalies. Penyebab pasti kelainan ini masih belum diketahui dengan jelas, namun ibu dari Zizy, Anggita Prita Anggraeni, telah memutuskan untuk fokus mengurus anaknya yang keempat ini setelah mengundurkan diri dari Female Daily Network pada November 2016.
Kelainan pertama yang dialami oleh Zizy adalah Cheiloschisis atau Cleft Lip, yang juga dikenal sebagai bibir sumbing. Kelainan ini sebenarnya telah terdeteksi ketika Zizy masih dalam kandungan selama usia kehamilan 6 bulan. Menurut keterangan dokter dan berbagai sumber yang Anggita baca, bibir sumbing terjadi pada usia kehamilan 6-8 minggu. Pada saat itu, banyak ibu hamil, termasuk Anggita, belum menyadari bahwa mereka sedang hamil. Anggita sendiri mengetahui kehamilannya setelah 2 bulan lebih, sehingga baru mulai mengonsumsi asam folat setelah itu.
Masalah baru muncul ketika suami Anggita, Arief, juga menemukan indikasi postur kaki Zizy yang tidak normal. Terdapat indikasi bengkok pada kaki Zizy, yang dikenal sebagai Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) dalam dunia kedokteran. Kedua kelainan ini, yakni bibir sumbing dan postur kaki yang tidak normal, menjadi fokus pertama dalam penanganan Zizy. Tim dokter dari Klinik Sehati CLP RS Harapan Kita merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencurigai adanya Multiple Congenital Anomalies pada Zizy. Namun, hingga saat ini, penyebab pasti kelainan ini masih belum diketahui.
Selain bibir sumbing dan postur kaki yang tidak normal, Zizy juga mengalami beberapa kelainan lainnya yang termasuk dalam Multiple Congenital Anomalies. Salah satunya adalah Palatoschisis atau langit-langit mulut yang tidak terbentuk dengan baik, sehingga Zizy tidak dapat menyusui langsung dan membutuhkan alat bantu seperti NGT agar tetap dapat menerima asupan susu melalui selang. Selain itu, Zizy juga mengalami Laringomalasia, yaitu kelainan pada tulang rawan di laring yang menyebabkan bunyi napas yang mirip dengan sesak napas ashma. Selanjutnya, Zizy juga memiliki masalah pada jantung sebelah kiri yang dikenal sebagai Mild left pulmonary stenosis, di mana saluran jantungnya lebih kecil dari saluran jantung sebelah kanan. Terakhir, Zizy juga mengalami Hernia Umbilicalis, yaitu hernia yang terjadi di area pusar.
Dengan adanya serangkaian Multiple Congenital Anomalies yang dialami oleh Zizy, Anggita harus sering pergi bolak-balik ke rumah sakit. Jarak antara rumah Anggita di Pejaten dengan RS Harapan Kita tidaklah dekat. Anggita juga mengakui bahwa ia membutuhkan banyak bantuan dan sistem yang rapi untuk mengatur segala urusan yang berkaitan dengan perawatan Zizy di rumah sakit. Sebagai contoh, Anggita masih mempertahankan dua ART (Asisten Rumah Tangga) untuk membantu mengurus anak-anaknya di rumah saat ia pergi ke RS. Selain itu, saat Anggita pergi ke RS, ia juga harus mengurus administrasi BPJS yang memakan waktu cukup lama. Dalam proses ini, Anggita harus berpindah dari satu loket ke loket lainnya.
Sementara itu, anak-anak Anggita di rumah, yaitu Aria (8), Rory (5), dan Zaq (2), dijaga oleh seorang ART. Namun, ada kalanya Anggita meminta suaminya, Arief, untuk ikut ke RS untuk mendampinginya dalam konsultasi dengan dokter. Anggita merasa lebih baik jika ada dua kepala yang berpikir dalam percakapan dengan dokter, sehingga tidak ada pertanyaan yang terlewat. Namun, jika hanya untuk konsultasi tambahan, Anggita juga tidak keberatan pergi sendiri.
Meskipun memiliki banyak kerumitan dan harus sering pergi ke rumah sakit, Anggita mengakui bahwa kehadiran Zizy telah memberikan banyak cerita yang dapat ia bagikan melalui tulisan di blog-nya. Selain itu, kehadiran Zizy juga telah membawa teman-teman Anggita dari masa SMP dan SMA yang sudah lama tidak bertemu. Anggita merasa terkejut karena banyak teman-teman lamanya yang datang ke rumahnya dan menawarkan berbagai macam bantuan. Hal ini membuat Anggita merasa bahagia dan terharu.
Melalui perjuangan Zizy, wawasan Anggita tentang dunia kesehatan anak semakin terbuka. Meskipun harus menghadapi segala kesulitan dan kerumitan dalam menjalani perawatan Zizy, Anggita merasa bersyukur karena mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan sahabat-sahabatnya. Dukungan ini memberikan energi dan semangat bagi Anggita dalam menghadapi setiap tantangan yang datang.
Dalam kesimpulannya, kasus Zizy yang mengalami Multiple Congenital Anomalies telah membawa perubahan besar dalam kehidupan Anggita. Sebagai seorang ibu, ia harus menghadapi berbagai tantangan dalam merawat Zizy dan mengurus anak-anaknya di rumah. Namun, Anggita tetap tegar dan semangat dalam menghadapi semua itu. Keberadaan Zizy juga telah membuka jalan bagi Anggita untuk mendapatkan lebih banyak teman dan pengalaman baru dalam menjalani kehidupannya.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com