Kenali Mitos dan Fakta Seputar Cokelat
Siapa yang tidak suka cokelat? Menyebut namanya saja, sudah terbayang aroma, rasa, dan kelezatannya saat menggigit potongan cokelat. Selain bisa diolah menjadi hidangan penutup mulut, cokelat juga bisa tersaji dalam bentuk es krim dan susu, yang menjadi makanan favorit siapa saja dan segala usia, terutama anak-anak.
Cokelat memang memiliki daya tarik yang sulit ditolak. Baunya yang khas, rasa manis yang lezat, dan teksturnya yang lembut membuatnya menjadi camilan yang sangat disukai oleh banyak orang. Tidak hanya itu, cokelat juga diklaim memiliki berbagai manfaat kesehatan. Namun, di balik popularitas dan manfaatnya tersebut, terdapat berbagai mitos dan fakta seputar cokelat yang perlu kita ketahui. Mari kita bahas satu per satu.
Mitos: Cokelat mengandung kafein.
Fakta: Kandungan kafein dalam cokelat tidak terlalu tinggi. Sekira 200 mL susu cokelat mengandung kira-kira 6 mg kafein. Sedangkan kopi pada umumnya mengandung sekitar 65-135 mg kafein. Jadi, jika Anda khawatir tentang kandungan kafein dalam cokelat, Anda bisa tenang karena jumlahnya tidak signifikan.
Mitos: Cokelat sarat dengan lemak jenuh yang tidak baik yang dapat memengaruhi kadar kolesterol dalam darah.
Fakta: Susu cokelat mengandung asam stearat, yaitu lemak jenuh utama dalam cokelat yang memiliki keunikan tersendiri. Riset menunjukkan lemak tersebut tidak meningkatkan kadar kolesterol seperti halnya jenis asam lemak jenuh lainnya. Jadi, tidak perlu khawatir tentang lemak jenuh dalam susu cokelat.
Mitos: Cokelat tidak memiliki kandungan nutrisi.
Fakta: Cokelat merupakan salah satu sumber magnesium, zat besi, dan zinc. Selain itu, juga mengandung polifenol, yaitu antioksidan yang juga terkandung di dalam teh dan anggur merah. Cokelat juga bermanfaat dapat membantu menurunkan tekanan darah dan memperbaiki resistensi insulin atau kadar gula darah sesuai dengan studi yang pernah dilakukan secara kerjasama antara Tufts University (Boston) dan University of L’Aquila (Itali). Jadi, cokelat tidak hanya enak, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan yang nyata.
Mitos: Cokelat merupakan biang keladi penyebab kerusakan gigi yang tak jarang menyebabkan gigi berlubang.
Fakta: Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh bakteri di dalam mulut yang ‘mengolah’ gula dan karbohidrat dari segala jenis makanan (minuman soda, permen, kue, jus, roti, nasi, dan pasta) yang menempel pada permukaan gigi, sehingga menghasilkan asam. Asam inilah yang akan ‘menggerogoti’ lapisan enamel gigi sehingga dapat menyebabkan kerusakan gigi. Protein, kalsium, dan fosfat dalam susu cokelat malah dapat melindungi lapisan enamel gigi dan dapat mengurangi gula yang ‘lengket’ melekat di permukaan gigi. Menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi serta berkumur dapat membersihkan sisa-sisa karbohidrat pada gigi, sehingga dapat melindungi gigi dari kerusakan. Jadi, tidak benar bahwa cokelat langsung menyebabkan gigi berlubang.
Mitos: Cokelat dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
Fakta: Semua jenis makanan bisa dimasukkan ke dalam daftar makanan sehat bila dikonsumsi secukupnya. Cokelat batangan rata-rata mengandung kalori sekira 220 kalori, dan kalori ini cukup rendah bila makanan berkalori tinggi lainnya tidak dikonsumsi. Sekali lagi, semua makanan perlu dikonsumsi secara secukupnya (tidak berlebihan) agar dapat menjadi salah satu pilihan dalam pola makan sehat. Jadi, tidak perlu takut untuk menikmati cokelat sesekali.
Mitos: Jerawat bisa timbul bila makan cokelat.
Fakta: Hingga kini belum ada studi yang membuktikan hubungan langsung antara konsumsi cokelat dengan timbulnya jerawat. Jerawat timbul karena adanya bakteri dan kandungan minyak pada kulit. Jadi, jika Anda memiliki jerawat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kulit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Itulah beberapa mitos dan fakta seputar cokelat. Seperti halnya makanan lainnya, cokelat perlu dikonsumsi secara bijak dan seimbang. Jangan berlebihan dalam mengonsumsi cokelat, tetapi juga tidak perlu menghindarinya sepenuhnya. Nikmati cokelat dengan porsi yang sesuai, dan tetap jaga pola makan sehat secara keseluruhan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih dan mengonsumsi cokelat. Pertama, pilihlah cokelat dengan kandungan kakao yang tinggi. Semakin tinggi kandungan kakao, semakin baik cokelat tersebut untuk kesehatan. Kedua, perhatikan jumlah gula dan lemak yang terkandung dalam cokelat. Lebih baik memilih cokelat dengan kadar gula dan lemak yang rendah. Ketiga, perhatikan ukuran porsi yang Anda konsumsi. Jangan terlalu banyak mengonsumsi cokelat dalam satu kali makan. Terakhir, perhatikan juga cara pengolahan dan penyimpanan cokelat. Hindari cokelat yang mengandung bahan tambahan yang tidak sehat, dan simpan cokelat di tempat yang sejuk dan kering.
Dalam mengonsumsi cokelat, ada beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan. Pertama, cokelat dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres. Cokelat mengandung senyawa feniletilamina (PEA) yang dapat merangsang pelepasan endorfin dan serotonin di otak, sehingga dapat meningkatkan suasana hati dan membuat Anda merasa lebih bahagia. Kedua, cokelat mengandung antioksidan yang dapat melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Antioksidan ini juga dapat membantu melawan penuaan dini dan mencegah penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung. Ketiga, cokelat dapat meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Senyawa flavonoid dalam cokelat dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan meningkatkan fungsi kognitif. Terakhir, cokelat juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu melancarkan peredaran darah dan mengurangi risiko penyakit jantung.
Namun, meskipun cokelat memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, tetap perlu dikonsumsi dengan bijak. Jangan terlalu banyak mengonsumsi cokelat dalam satu kali makan, dan pilihlah cokelat dengan kandungan kakao yang tinggi dan kadar gula yang rendah. Selain itu, tetaplah menjaga pola makan sehat secara keseluruhan dan berolahraga secara teratur.
Dalam mengonsumsi cokelat, terdapat beberapa jenis cokelat yang bisa dipilih. Pertama, cokelat hitam. Cokelat hitam mengandung lebih banyak kakao dan lebih sedikit gula dibandingkan dengan jenis cokelat lainnya. Cokelat hitam memiliki rasa yang lebih pahit, namun memiliki manfaat kesehatan yang lebih tinggi. Kedua, cokelat susu. Cokelat susu mengandung susu bubuk, gula, dan kakao. Cokelat susu memiliki rasa yang lebih manis dan lembut. Ketiga, cokelat putih. Cokelat putih tidak mengandung kakao, hanya terdiri dari susu bubuk, gula, dan lemak nabati. Cokelat putih memiliki rasa yang manis dan lembut, namun memiliki manfaat kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan cokelat hitam.
Dalam mengonsumsi cokelat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perhatikan jumlah yang Anda konsumsi. Meskipun cokelat memiliki manfaat kesehatan, tetaplah mengonsumsinya dengan jumlah yang wajar. Jangan terlalu banyak mengonsumsi cokelat dalam satu kali makan. Kedua, perhatikan kandungan gula dan lemak. Lebih baik memilih cokelat dengan kadar gula dan lemak yang rendah. Ketiga, perhatikan cara pengolahan dan penyimpanan cokelat. Hindari cokelat yang mengandung bahan tambahan yang tidak sehat, dan simpan cokelat di tempat yang sejuk dan kering.
Dalam mengonsumsi cokelat, juga perlu diperhatikan kondisi kesehatan dan kebutuhan pribadi. Jika Anda memiliki gangguan kesehatan seperti diabetes atau alergi terhadap bahan-bahan dalam cokelat, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengonsumsi cokelat. Selain itu, jika Anda sedang menjalani program diet atau sedang berusaha menurunkan berat badan, perhatikan asupan kalori dari cokelat yang dikonsumsi.
Demikianlah pembahasan mengenai mitos dan fakta seputar cokelat. Cokelat memang memiliki daya tarik yang sulit ditolak, namun tetap perlu dikonsumsi dengan bijak. Jangan terlalu banyak mengonsumsi cokelat dalam satu kali makan, pilihlah cokelat dengan kandungan kakao yang tinggi dan kadar gula yang rendah, dan tetaplah menjaga pola makan sehat secara keseluruhan. Selamat menikmati cokelat dengan bijak!
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com