Beberapa Hari Sulit Tidur
Selama beberapa hari terakhir ini, saya mengalami kesulitan tidur. Bahkan ketika akhirnya bisa tidur, tidur saya tidak nyenyak. Rasanya seperti bangun tidur tapi tubuh masih lelah dan otak terasa seperti sedang bekerja keras. Ada beberapa malam dimana saya baru bisa tidur di atas jam 2 subuh. Bahkan pernah sampai jam 4.30 pagi mata saya terbuka lebar dan pikiran saya seperti sedang berada di tengah-tengah perlombaan Cerdas Cermat.
Saya merenung, mungkin semua ini bermula dari pandemi ini. Situasi ekonomi yang melemah, perusahaan yang berjuang untuk memberikan gaji penuh kepada seluruh karyawan, membuat saya dan tim terus berpikir dan mencari ide-ide baru. Kami terus berusaha mencari cara agar dapat membantu divisi lain agar tetap dapat menjual dan menciptakan pendapatan.
Kami melakukan redesign website, membuat kanal baru, memikirkan konsep-konsep acara online beserta tema-temanya, memikirkan konten media sosial yang menarik, mengejar klien baru, memenuhi kebutuhan komunitas, dan masih banyak lagi. Ini hanya sebagian urusan pekerjaan.
Namun di luar pekerjaan, ada urusan anak-anak yang harus sekolah dari rumah dan mulai merasa jenuh. Ada juga urusan rumah yang harus diperbaiki, seperti retakan di teras rumah, pompa air yang mati tiba-tiba, dan toren yang bocor. Semua ini menambah daftar tugas yang harus kami selesaikan.
Semua ini membuat hidup saya terasa seperti sedang berlomba-lomba. Daftar tugas yang harus dikerjakan tidak pernah habis. Dan yang terakhir, sulit tidur yang berdampak pada kondisi fisik dan mental saya.
Suatu malam, saya merasa sendirian, marah, lelah, dan ingin teriak sekuat-kuatnya. Akhirnya, saya melempar satu barang ke tembok sekuat tenaga. Itu adalah bentuk pelampiasan emosi negatif yang saya rasakan. Setelah itu, saya duduk dan berbicara pada diri sendiri, “Saya butuh istirahat.”
Namun, apakah ini berarti saya tidak mensyukuri pekerjaan yang saya miliki? Apakah ini berarti saya tidak mensyukuri keluarga yang saya punya, rumah yang nyaman, dan kendaraan yang bisa membawa saya ke mana-mana? Tentu saja tidak.
Saya sangat mensyukuri segala hal yang masih dapat saya nikmati dalam hidup ini. Namun, saya tetap manusia dengan keterbatasan, rasa lelah, dan keinginan untuk beristirahat sejenak. Saya hanya butuh waktu sejenak untuk memberikan istirahat pada diri saya sendiri.
Saya memutuskan untuk mengambil cuti, menitipkan anak-anak pada ayahnya, dan menikmati momen istirahat. Hal ini penting agar saya bisa mengisi ulang baterai di kepala, emosi, mental, dan fisik saya. Setelah baterai terisi, saya bisa kembali memberikan yang terbaik dalam pekerjaan, keluarga, dan hubungan lainnya.
Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk beristirahat. Selama kita melakukannya dengan tanggung jawab. Kita juga perlu memberikan waktu dan perhatian pada diri kita sendiri.
Jadi, coba tanyakan pada diri sendiri. Apakah ketika kita memberikan yang terbaik untuk orang lain dan tempat kerja kita, kita juga memberikan yang terbaik untuk diri kita sendiri? Jangan lupa, diri kita juga butuh istirahat.
Jadi, ambillah istirahat, isi ulang baterai, dan kembali dengan semangat baru. Namun, jangan terlalu lama ya.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com