Hati-hati, 5 Kalimat Ini Bisa Menjatuhkan Mental Anak


Siapa yang masih sering tak sengaja mengucapkan lima kalimat di bawah ini? Nyatanya, ada lho, kalimat-kalimat yang bisa menjatuhkan mental anak. Saat tumbuh besar, anak menangkap semua hal yang dipaparkan kepadanya. Apa yang kita tunjukkan kepada Si Kecil, kemungkinan besar akan mereka bawa bahkan hingga dewasa. Oleh sebab itu, penting untuk menyadari apa yang kita katakan kepada anak agar tidak melukai perasaan mereka.

Cara kita berbicara kepada Si Kecil juga akan memengaruhi cara mereka memandang dunia dan dirinya sendiri. Jadi, masuk akal jika kita harus berbicara dengan cara yang sehat. Dengan begitu, mereka akan merasa diterima, didukung, dan dicintai.

Ada lima kalimat, yang sebaiknya kita tahan untuk diucapkan. Pasalnya, kalimat-kalimat ini dapat menjatuhkan mental anak.

1. “Duh, kok lama banget sih. Sini Mama bantuin!”

Anak bukan versi orang dewasa dalam bentuk mini. Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda, tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya. Jika anak ingin mencoba gosok gigi dan mandi sendiri, ya biarkan saja. Anak balita biasanya mulai menunjukkan ke-aku-annya. Ia akan berusaha melakukan sesuatu sendiri.

Biarkan Si Kecil belajar mandiri dan melakukan apa yang menjadi keinginannya. Bunda mungkin khawatir dia tidak bisa melakukannya dengan baik atau bahkan lebih lama dari biasanya. Namun, daripada mengeluh, sebaiknya dukung ia. Berikan kalimat berupa: “Mama yakin kamu pasti bisa. Ayo ulangi sikat gigimu sampai bersih”.

Dengan kalimat seperti ini, anak makin tergerak melakukannya sendiri. Dan sebagai orang tua, kita perlu merangsang inisiatif anak. Jangan menjadi orang tua yang tergesa-gesa. Harap sabar dengan perkembangan anak ya, Bunda!

2. “Nanti saja, ya! Mama lagi sibuk, nih.”

Siapa yang masih sering mengucapkan kalimat seperti di atas? Dalam artikel “Belajar untuk Tidak Salah Kaprah Jadi Orangtua,” Efnie Indrianie, M.Psi, psikolog anak, mengatakan bahwa kalimat seperti ini termasuk tindakan mengacuhkan anak. Si Kecil pasti menginginkan waktu bersama ibunya. Kebayang tidak bagaimana perasaannya saat mendapat penolakan dari kita padahal ia ingin main atau sesederhana menceritakan kegiatannya di sekolah?

Baca Juga:  Tips Siapkan Anak Kembali Masuk Sekolah setelah Liburan

Jika terjadi terus-terusan dan dalam waktu lama, dikhawatirkan Si Kecil akan menganggap kehadirannya tidak berarti di mata orang tua. Ia pun jadi enggan berbicara dengan Bunda dan Daddies. Jika memang sedang sibuk, orang tua bisa berkata: “Sebentar ya, sayang, 5 menit lagi kita main.”

3. “Gitu aja nangis/Anak laki-laki nggak boleh cengeng.”

Artikel “Para Ayah Boleh ya, Jangan Katakan Ini Kepada Anak Laki-laki Anda” mengungkapkan bahwa dengan menangis, anak belajar untuk mengekspresikan dan mengidentifikasi perasaannya. Selama menangis tidak dijadikan ‘senjata’ untuk menghindari tanggung jawab, sah-sah saja jika anak laki-laki menangis. Takutnya, apabila terbiasa dilarang menangis, Si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang tidak memahami emosinya sendiri dan menciptakan perilaku negatif.

Selain itu, Jennifer Kogan, terapis dari Washington DC, juga memiliki pendapat yang senada. Menurutnya, ketika dari kecil anak laki-laki dibentuk untuk menekan emosinya, kelak dalam hubungan, mereka tumbuh menjadi orang yang tidak memiliki empati terhadap pasangan dan tidak mampu menunjukkan emosi.

4. “Kamu itu, kalau Mama bilangin selalu nggak pernah dengerin.”

Mungkin kalimat ini keluar karena rasa kecewa kita. Namun, hati-hati ya, Bunda. Jika anak terus-terusan mendengar sesuatu yang negatif, ada risiko dia tersugesti menjadi pribadi seperti yang kita ungkapkan. Kalimat di atas mungkin bisa diubah dengan: “Nak, tolong dengarkan Mama/Papa bicara dulu, boleh ya?”.

5. Kalimat yang menghalangi rasa ingin tahunya

Bunda tahu sendiri ya, anak yang sedang dalam masa perkembangan memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Apa saja bisa mereka tanyakan, bahkan bisa berulang-ulang. Jika menuruti suasana hati, Bunda pasti sudah bosan mendengarnya. Namun, rasanya tidak bijak jika mengabaikan sesuatu yang membuat mereka excited.

Baca Juga:  Cemas Jelang Lahiran? Yuk, Ikuti 5 Tips Ini

Dalam tahap ini, anak sedang mengeksplorasi rasa ingin tahunya. Ibaratnya lagi senang main bola, jika kita minta stop tanpa menjelaskan alasannya, anak akan bingung. Selain itu, cara tersebut juga mematikan insting kreativitasnya. Oleh sebab itu, hindari kalimat-kalimat yang menghalangi rasa ingin tahu Si Kecil ya, Bunda!

Mental anak merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Apa yang kita katakan kepada anak dapat memengaruhi perkembangan mereka secara emosional dan psikologis. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menggunakan bahasa yang sehat dan mendukung saat berbicara kepada Si Kecil.

Anak-anak adalah individu yang unik dan memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita harus menghormati dan menghargai keinginan mereka untuk melakukan sesuatu secara mandiri. Jika anak ingin mencoba melakukan sesuatu sendiri, seperti gosok gigi atau mandi, biarkan mereka melakukannya. Dukung mereka dengan kalimat positif dan penuh keyakinan, seperti “Mama yakin kamu pasti bisa. Ayo ulangi sikat gigimu sampai bersih”.

Selain itu, penting bagi kita untuk memberikan perhatian dan waktu yang cukup kepada anak. Jangan mengabaikan keinginan mereka untuk bermain atau bercerita. Jika sedang sibuk, sampaikan dengan lembut bahwa kita akan bermain atau mendengarkan mereka dalam waktu yang ditentukan, misalnya “Sebentar ya, sayang, 5 menit lagi kita main”.

Tak hanya itu, kita juga harus menghindari kalimat-kalimat yang dapat menghambat ekspresi emosi anak, terutama anak laki-laki. Menangis adalah cara anak untuk mengekspresikan perasaan dan mengidentifikasi emosi mereka. Jangan melarang anak laki-laki untuk menangis, karena hal ini dapat membuat mereka sulit memahami emosi mereka sendiri dan bisa berdampak negatif pada hubungan mereka di masa depan.

Baca Juga:  7 Fakta Mengejutkan Tentang ASI

Selain itu, kita harus berhati-hati dalam menyampaikan kritik atau teguran kepada anak. Menggunakan kalimat negatif yang terus-menerus dapat membuat anak merasa tidak berarti dan menganggap dirinya tidak mampu. Sebaiknya, sampaikan teguran dengan cara yang lebih positif dan membangun, seperti “Nak, tolong dengarkan Mama/Papa bicara dulu, boleh ya?”.

Terakhir, kita juga harus menghargai rasa ingin tahu anak dan memberikan mereka kesempatan untuk mengeksplorasi dunia sekitar. Jangan meremehkan atau mengabaikan pertanyaan mereka, meskipun terkadang pertanyaan mereka bisa terasa mengganggu atau berulang-ulang. Biarkan mereka belajar dan mengeksplorasi dunia dengan rasa ingin tahu yang besar. Hal ini tidak hanya akan membangun kreativitas mereka, tetapi juga mengembangkan pola pikir yang positif.

Dalam mengasuh anak, penting bagi kita untuk menggunakan bahasa yang sehat dan mendukung. Kalimat-kalimat yang dapat menjatuhkan mental anak sebaiknya dihindari. Dukung perkembangan anak dengan memberikan mereka perhatian, waktu, dan dorongan yang positif. Ingatlah bahwa apa yang kita katakan kepada anak dapat membentuk cara mereka memandang dunia dan diri mereka sendiri. Jadi, mari kita menjadi orang tua yang bijaksana dan membantu anak tumbuh menjadi individu yang kuat dan percaya diri.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com