Broken Home Tak Selalu Tentang Keluarga dengan Orangtua Bercerai



Apa yang dimaksud dengan “rumah yang pecah”? Istilah ini sering kali dikaitkan dengan keluarga yang terpisah atau bercerai. Namun, apakah benar bahwa rumah yang pecah hanya terjadi ketika orangtua bercerai? Tulisan ini akan membahas tentang arti sebenarnya dari “rumah yang pecah” dan menunjukkan bahwa itu terjadi ketika ada kekurangan cinta, bukan ketika orangtua bercerai.

Ketika saya membaca sebuah tulisan dari Jeff Brown yang dikirimkan oleh seorang teman, saya merasa terpanggil. Tulisan tersebut berbunyi, “Sebuah rumah tidak akan pecah ketika orangtua terpisah atau bercerai. Rumah akan pecah ketika tidak ada cinta.”

Tulisan ini mengingatkan saya pada sikap seorang teman yang tidak pernah menganggap anak-anaknya sebagai anak-anak dari keluarga broken home meskipun orangtuanya bercerai. Tulisan tersebut membuat hati saya hangat karena menunjukkan betapa pentingnya cinta dalam sebuah keluarga.

Tulisan Jeff Brown menjelaskan bahwa dia tumbuh dalam sebuah rumah yang pecah, bukan karena orangtuanya bercerai, tetapi karena cinta berubah menjadi kebencian. Ketika akhirnya mereka bercerai, ada lebih banyak ruang untuk bernapas. Energi yang sebelumnya digunakan untuk mengelola konflik dapat dialihkan untuk menyembuhkan.

Tulisan ini mengajak kita untuk merevisi makna dari istilah “rumah yang pecah”. Istilah ini sering kali dihubungkan dengan keluarga yang tidak lengkap karena orangtua bercerai. Namun, sebenarnya banyak orang tua tunggal yang berhasil menjaga keutuhan keluarga mereka dengan baik. Di sisi lain, ada juga keluarga yang terlihat utuh tetapi sebenarnya sangat terpecah karena kekurangan cinta.

Seringkali kita mendengar stereotip dan penilaian negatif terhadap anak-anak dari keluarga broken home. Mereka sering dianggap sebagai anak-anak yang tidak akan tumbuh dengan baik karena orangtuanya bercerai. Mereka dianggap tidak mendapatkan cukup cinta dari kedua orangtuanya.

Baca Juga:  Anak Suka Jajan? Atasi dengan Cara Ini, Bu

Namun, saya ingin menunjukkan bahwa banyak orang di sekitar saya yang bahagia dan sukses meskipun orangtuanya bercerai. Mereka adalah bukti bahwa anak-anak tidak harus merasa hancur hanya karena orangtuanya bercerai. Mereka masih bisa merasakan cinta dan perhatian dari kedua orangtuanya.

Di sisi lain, ada juga anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang terlihat utuh tetapi sebenarnya sangat terpecah. Mereka mungkin tidak mendapatkan perhatian dan cinta yang mereka butuhkan dari orangtua mereka. Mereka sering kali menjadi saksi pertengkaran dan kebencian antara orangtuanya. Meskipun tidak ada perceraian dalam keluarga mereka, tetapi rumah mereka tetaplah pecah.

Tulisan dari Jeff Brown ini mengingatkan saya untuk tidak pernah menganggap anak-anak saya sebagai anak-anak dari keluarga broken home, karena kenyataannya mereka tidak. Orangtua mereka mungkin telah bercerai, tetapi tidak ada yang patah di dalamnya. Mereka masih mendapatkan perhatian dan cinta dari ayah dan ibunya.

Setelah orangtua mereka bercerai, anak-anak saya merasa lega karena mereka tidak lagi melihat ayah dan ibu mereka bertengkar. Mereka sekarang memiliki lebih banyak waktu berkualitas bersama kedua orangtua mereka. Mereka bisa bercerita tentang masalah mereka tanpa khawatir tentang suasana hati orangtuanya. Setelah bercerai, suasana hati saya menjadi lebih stabil, sehingga anak-anak saya merasa lebih nyaman untuk berbagi dengan saya.

Tulisan ini juga menjadi pengingat bagi teman-teman saya yang masih berada dalam ikatan pernikahan. Mereka harus menyadari bahwa tetap menikah bukan berarti mereka tidak akan menciptakan keluarga yang terpecah. Status pernikahan menjadi tidak relevan ketika tidak ada cinta, kenyamanan, dan ketenangan bagi seluruh anggota keluarga.

Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “rumah yang pecah”? Rumah yang pecah adalah rumah yang tidak memiliki cinta, bukan rumah yang tidak memiliki orangtua yang lengkap. Sebuah keluarga bisa terlihat utuh di mata orang lain, tetapi jika tidak ada cinta di dalamnya, maka rumah tersebut tetaplah pecah.

Baca Juga:  8 Makanan Mengandung Protein yang Penting Bagi Anak

Dalam tulisan ini, saya ingin menekankan bahwa tidak ada yang salah dengan orangtua yang bercerai. Terkadang, perceraian adalah solusi terbaik untuk menciptakan kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga. Yang penting adalah memastikan bahwa anak-anak tetap mendapatkan cinta dan perhatian yang mereka butuhkan.

Ketika orangtua bercerai, penting bagi mereka untuk tetap menjaga hubungan yang baik dan berkomunikasi yang baik untuk kepentingan anak-anak. Mereka harus bekerja sama untuk memastikan bahwa anak-anak tidak merasa terluka atau terabaikan.

Selain itu, kita juga perlu mengubah persepsi dan sikap negatif terhadap anak-anak dari keluarga broken home. Kita harus menghargai dan mendukung mereka, karena mereka juga memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Dalam kesimpulan, tulisan ini mengajarkan kita bahwa rumah tidak akan pecah ketika orangtua bercerai, tetapi rumah akan pecah ketika tidak ada cinta. Arti dari “rumah yang pecah” perlu direvisi agar tidak menimbulkan stigma dan penilaian negatif terhadap anak-anak dari keluarga broken home. Kita harus mengingat bahwa cinta dan perhatian adalah yang terpenting dalam sebuah keluarga. Jadi, mari kita jaga dan perkuat cinta dalam rumah tangga kita, baik itu dengan pasangan kita atau dengan anak-anak kita.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com