Orang tua seringkali lupa bahwa sebagai manusia, anak juga butuh merasa dihargai. Mereka kadang terlalu fokus pada kebutuhan dan keinginan mereka sendiri tanpa memperhatikan perasaan anak. Padahal, anak juga memiliki rasa dan emosi yang perlu dihargai. Berikut ini adalah 10 tanda bahwa orang tua tidak menghargai anak, dan semoga kita tidak melakukannya.
Pertama, tanda yang pertama adalah ketika orang tua tidak menyimak saat anak bercerita. Mendengar hanya butuh telinga, tapi menyimak melibatkan telinga, hati, pikiran, dan perasaan. Anak bisa merasakan apakah kita sedang benar-benar menyimak mereka atau tidak. Jika kita menyimak dengan baik, respon kita pasti akan “nyambung” dengan cerita mereka. Orang tua yang bisa meluangkan waktu untuk menyimak anak bercerita tanpa terdistraksi, menunjukkan sikap menghargai anak.
Selanjutnya, tanda yang kedua adalah ketika orang tua tidak memberi pujian atas usaha anak. Ketika anak berusaha membantu kita, meskipun hasilnya tidak sempurna, kita seharusnya tetap memberi pujian dan mengapresiasi usahanya. Mengucapkan “Terima kasih, ya, Nak, sudah berusaha membantu mama bersihin lantai” pasti akan membuat anak merasa dihargai. Namun, kita juga harus berhati-hati agar tidak terlalu sering memuji anak, karena terlalu sering memuji bisa membuat anak menjadi terlalu bergantung pada pujian orang lain.
Tanda yang ketiga adalah ketika orang tua bersikap judgmental saat anak berbuat salah. Ketika anak melakukan kesalahan, kita seharusnya tidak langsung memberikan penilaian sepihak. Kita harus mencoba memahami alasan di balik tindakan anak tersebut. Anak tidak mengerjakan PR, belum tentu karena malas, bisa saja ia sedang sakit atau keletihan. Anak memukul temannya di sekolah, bukan berarti ia nakal. Bisa saja ia menjadi korban bully. Sikap orang tua yang non-judgmental dan non-labeling akan membuat anak merasa dihargai.
Tanda yang keempat adalah ketika orang tua tidak berempati pada perasaan anak. Anak perlu merasa didengarkan dan dipahami saat mereka sedang sedih, marah, atau takut. Menunjukkan empati dengan bertanya, memeluk, menggendong, atau menemani saat anak merasa sedih adalah tanda bahwa kita menghargai perasaan anak. Jika anak sedang menangis, dan kita mengabaikannya dengan mengatakan “Udahlah, kalau capek nangis juga nanti diam sendiri,” anak akan merasa diabaikan. Lebih baik katakan “Kamu sedang sedih, ya, Nak? Mama temani di sini ya sampai sedihnya hilang.”
Tanda yang kelima adalah ketika orang tua menyepelekan masalah yang dihadapi anak. Sebagai orang dewasa, kita seringkali meremehkan masalah yang dihadapi anak, karena bagi kita masalah tersebut terlihat sepele. Namun, kita harus ingat bahwa masalah kecil bagi kita bisa jadi besar bagi anak. Jangan menggunakan perspektif orang dewasa saat memandang masalah anak. Sikap orang tua yang menghargai anak adalah dengan merespon masalah anak dengan pengertian dan dukungan. Jika anak kesulitan mengupas jeruk, kita bisa memberikan semangat dan dukungan dengan mengatakan “Wah, kamu kesulitan mengupas jeruk ya? Memang awalnya itu tidak mudah, tapi kalau terus mencoba, pasti bisa. Semangat, ya!” Dengan begitu, anak akan merasa dihargai.
Tanda yang keenam adalah ketika orang tua tidak sigap membantu saat anak meminta pertolongan. Anak menganggap orang tua sebagai penolong nomor satu. Meskipun terkadang kita merasa overwhelmed dengan banyaknya tugas dan tanggung jawab, kita harus tetap berusaha membantu anak saat mereka meminta pertolongan. Namun, kita juga harus memberi kesempatan pada anak untuk mencoba mengatasi masalahnya sendiri. Kita bisa memberikan clue atau bantuan kecil agar anak bisa mencapai keberhasilan atas usahanya sendiri. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan merasa diberi kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Tanda yang ketujuh adalah ketika orang tua mudah mengkritik. Kritik yang tajam dan tidak membangun akan membuat anak merasa tidak dihargai. Sebagai contoh, jika anak tidak begitu pandai menggambar dan menggambar orang dengan bentuk telinga besar sebelah, jika orang tua mengkritik dengan tajam, anak akan merasa down dan mungkin akan malas untuk mencoba lagi. Namun, jika kita menjawab dengan pengertian dan mengatakan “Wah telinganya lucu ya, besar sebelah. Pasti telinga yang lebih besar punya kekuatan mendengar super nih. Seperti kamu, yang pandai mendengar mama,” anak akan tertawa dan merasa dihargai.
Tanda yang kedelapan adalah ketika orang tua tidak ikut tertawa atas lelucon yang anak anggap lucu. Lelucon anak dan lelucon orang dewasa memang berbeda. Kadang lelucon anak terlihat garing bagi kita, tapi bagi anak itu lucu banget. Jadi, ketika anak bercanda atau menunjukkan sesuatu yang ingin mereka tunjukkan pada kita, kita perlu ikut tertawa. Tertawa bersama anak akan membuat mereka merasa dihargai dan senang.
Tanda yang kesembilan adalah ketika orang tua tidak menghormati pilihan anak. Mulai usia 2 tahun, anak mulai ingin ikut memilih dan mengambil keputusan sendiri, termasuk memilih baju yang ingin mereka pakai. Sebagai orang tua, kita perlu menghormati pilihan anak ini. Menghormati pilihan anak bukan hanya membuat mereka merasa dihargai, tetapi juga melatih mereka untuk mengambil keputusan yang baik.
Tanda yang terakhir adalah ketika orang tua tidak menghormati privasi anak. Anak remaja seringkali merasa butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri. Saat ia meminta waktu sendiri, kita perlu menghargai kebutuhannya tersebut. Menghargai privasi anak bukan berarti kita kehilangan pengawasan dan otoritas sebagai orang tua. Kita tetap harus memantau dan memberikan bimbingan pada saat yang tepat. Namun, kita perlu memberikan ruang bagi anak untuk menenangkan diri dan mengatur emosinya sendiri.
Orang tua perlu menunjukkan pada anak bahwa kita juga mampu mencintai dan menghargai diri sendiri. Ketika kita sudah mampu menghargai diri sendiri dan anak, mereka juga akan belajar menghargai orang lain. Kita sebagai orang tua adalah orang pertama yang mereka hargai. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu berusaha menjadi orang tua yang menghargai anak.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com