Usia Ideal Anak Belajar Menulis & Membaca


Aktivitas Belajar Menulis & Membaca: Sejak Usia Berapa dan Alasannya

Aktivitas belajar menulis dan membaca merupakan pencapaian penting dalam perkembangan seorang anak. Namun, banyak orangtua yang tidak mengetahui kapan waktu yang tepat untuk anak belajar menulis dan membaca. Beberapa orangtua terlalu ngoyo dan memaksakan anak untuk bisa menulis dan membaca di usia dini, padahal sebenarnya anak belum siap berada di fase tersebut.

Untuk memberikan pandangan yang lebih jelas, MD telah mengundang dua pakar dalam bidang ini. Mereka adalah Dr. Ajeng Indriastari, Sp.A dari RS Omni Pekayo dan Woro Kurnianingrum, M.Psi., Psikolog Klinis Anak & Remaja RS OMNI Alam Sutera. Kedua pakar tersebut akan memberikan perspektif mereka mengenai usia ideal anak belajar menulis dan membaca serta alasan di baliknya.

Dr. Ajeng menjelaskan bahwa aktivitas belajar membaca dan menulis sebaiknya dimulai pada usia 6-7 tahun. Namun, pada usia 4-5 tahun, anak sudah bisa dikenalkan dengan keterampilan pra-membaca sebagai dasar-dasar baca tulis. Mereka dapat belajar mengenal huruf, angka, mengeja suku kata, menulis beberapa huruf dan angka, dan sebagainya. Alasan di balik hal ini adalah bahwa pada usia prasekolah 3-4 tahun, anak masih sedang mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Namun, mereka sudah mulai dapat mempelajari keterampilan motorik halus dasar untuk belajar menulis.

Sementara itu, Psikolog Woro menjelaskan bahwa belajar membaca sebenarnya merupakan tugas perkembangan pada usia sekolah, yaitu sejak usia 6 tahun ke atas. Namun, anak dapat diperkenalkan dengan angka dan huruf sejak usia pra sekolah, yakni usia 3-4 tahun, dengan cara bermain. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan anak pra sekolah yang masih berada dalam tahap bermain. Anak yang telah mengenal huruf A-Z, maka dapat diperkenalkan membaca per suku kata, seperti “ba – bi – bu – be – bo”.

Dalam rangka membantu anak belajar menulis dan membaca di rumah, orangtua perlu menggunakan media yang tepat. Menurut Dr. Ajeng, media yang digunakan harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, untuk anak usia 3-4 tahun (keterampilan pra-menulis), orangtua dapat mengajarkan anak menarik garis, menggambar lingkaran, dan menghubungkan titik-titik. Orangtua juga perlu menyediakan alat tulis pegangan gemuk seperti crayon, buku mewarnai, dan sebagainya.

Sementara itu, pada usia 4-5 tahun (keterampilan pra-membaca), anak dapat belajar mengenal huruf dan angka melalui lagu, kartu kata, contoh-contoh benda, dan mendengar bunyi berirama. Mereka juga dapat mencocokkan kata yang memiliki bunyi awal dan akhir yang sama, seperti dalam lagu “lagu, labu”. Kemudian, anak dapat belajar mengeja (ba, bi, bu, be, bo) dan membaca kata-kata sederhana seperti “buku, baru, mama, papa”. Jika anak mulai tertarik menulis huruf dan angka, mereka dapat menghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf dan angka.

Baca Juga:  Tanaman Hias yang Aman untuk Anak Kecil

Menurut Psikolog Woro, di rumah orangtua dapat menggunakan buku cerita bergambar dengan huruf yang cukup besar, kartu kata-kata, atau bermain tebak membaca kata pada tulisan yang ada pada suatu produk atau benda yang ada di rumah sehari-hari.

Dalam proses belajar menulis dan membaca, otak anak bekerja dalam bagian-bagian tertentu. Menurut Dr. Ajeng, belahan otak bagian kiri merupakan pusat Intelegent Quotient (IQ) yang berhubungan dengan rasio dan logika, seperti kemampuan membaca dan menulis. Pusat baca di belahan otak kiri berkembang pada usia 7-9 tahun (pada anak perempuan bisa lebih cepat). Pusat baca di otak kiri memungkinkan anak belajar membaca secara fonik dari huruf ke huruf dengan akurat. Sementara itu, jika anak belajar membaca pada usia 4-7 tahun, mereka menggunakan belahan otak kanan, yang memungkinkan mereka membaca lewat ingatan visual. Metode membaca visual efisien untuk kata-kata pendek, sementara metode fonik efisien untuk kata-kata panjang. Untuk mengetahui apakah anak sudah bisa mengakses kedua belah otak secara simultan, dapat dilakukan tes kemampuan cross-lateral skip. Jika anak bisa mengayunkan tangan kanan dengan kaki kiri atau sebaliknya bersamaan tanpa berpikir, maka mereka bisa mengakses kedua belah otak dan memudahkan proses membaca.

Psikolog Woro menjelaskan bahwa proses belajar menulis dan membaca melibatkan kedua bagian otak. Untuk belajar membaca, informasi berupa tulisan kata awalnya diterima melalui sensori penglihatan dan pendengaran. Kemudian, otak anak akan mengolahnya, menghubungkannya dengan informasi mengenai huruf, penggabungan huruf, dan bunyinya. Setelah itu, otak anak akan mengambil kesimpulan dan membaca kata tersebut.

Selain itu, terdapat sebuah konsep yang disebut “Kematangan Sistem Proprioseptif” yang memiliki peran penting dalam proses belajar membaca dan menulis. Dr. Ajeng menjelaskan bahwa sistem proprioseptif adalah kemampuan seorang anak untuk mengetahui kemampuan tubuhnya dalam ruang. Kematangan sistem proprioseptif berkaitan dengan kemampuan anak untuk duduk tenang dan memusatkan perhatian. Jika sistem ini belum matang, anak akan kesulitan dalam belajar membaca dan menulis. Mereka belum dapat membayangkan gerakan bentuk abstrak seperti huruf dan angka, sehingga mereka akan bingung antara huruf b dan d, atau tanpa sadar menulis angka 2 dan 3 secara terbalik.

Baca Juga:  Menerapkan Disiplin

Terdapat beberapa milestone yang sebaiknya dicapai anak sebelum dikenalkan dengan belajar membaca. Menurut Dr. Ajeng, pada usia prasekolah 2-4 tahun, anak sebaiknya telah mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan motorik halus dalam menggenggam pensil dan menjipit untuk memegang crayon sebagai dasar belajar menulis.

Sementara itu, dari aspek perkembangan motorik, anak sebaiknya telah dapat memegang pensil, membuat coretan, membuka lembaran buku, dan sebagainya. Untuk kegiatan belajar, anak juga memerlukan atensi dan ketahanan untuk menyimak informasi serta duduk dengan tenang. Dari aspek perkembangan kognitif, sebelum belajar membaca, anak sebaiknya telah mengenal konsep-konsep dasar seperti konsep arah dan posisi, konsep bentuk-bentuk geometri sederhana (lingkaran, segitiga, persegi), dan konsep ukuran (besar-kecil).

Jika seorang anak terlalu dipaksakan untuk belajar membaca sebelum waktunya, ada beberapa risiko yang dapat timbul. Dr. Ajeng menjelaskan bahwa anak tersebut akan kesulitan mengeja atau masih membaca secara visual. Mereka belum mampu menggunakan pusat baca di kedua belahan otak secara bersamaan.

Tentu saja, setiap anak memiliki waktu yang berbeda-beda dalam belajar membaca. Menurut Dr. Ajeng, usia 6-7 tahun adalah usia yang ideal untuk anak belajar membaca dan menulis, sedangkan usia 7-8 tahun adalah usia untuk membaca tingkat lanjut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan anak dalam membaca dengan lancar antara lain perkembangan otak yang sesuai dengan usia anak, peran orang tua, dan metode belajar yang digunakan. Psikolog Woro menambahkan bahwa faktor kecerdasan juga memainkan peran penting dalam kecepatan anak dalam membaca. Selain itu, kesiapan belajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi.

Namun, apakah semakin dini seorang anak belajar membaca dan menulis dapat membuatnya lebih cerdas dan sukses di masa mendatang? Dr. Ajeng menjelaskan bahwa anak seharusnya tidak dipaksa untuk membaca dan menulis terlalu dini. Mereka harus belajar sesuai dengan usia dan tahap perkembangan otaknya. Contohnya, anak-anak di Rusia mulai belajar membaca pada usia 7 tahun, namun mereka tetap sangat cerdas. Yang penting bagi anak usia dini bukanlah mengajarkan baca tulis, tetapi menanamkan budaya membaca dan menulis dengan cara yang menyenangkan, tanpa memaksa anak.

Psikolog Woro menambahkan bahwa selain faktor kecerdasan, kunci kesuksesan belajar anak tetap ditunjang oleh faktor sikap dan cara belajar yang memadai, motivasi belajar yang baik, dan sebagainya.

Baca Juga:  Apa itu Upacara Nginjek Tanah? Ini Penjelasannya

Sebagai penutup, Dr. Ajeng memberikan beberapa tips bagi orangtua untuk meningkatkan keterampilan baca tulis anak. Pertama, orangtua perlu menyediakan media yang membantu kemampuan baca tulis anak. Kedua, membacakan buku dan menyanyikan lagu untuk anak sejak dini. Ketiga, biarkan anak mencoba menulis, mewarnai, dan mencorat-coret. Keempat, ajarkan dengan metode permainan menyenangkan seperti tebak kata, scrabbles, atau kuis berhadiah. Terakhir, budayakan membaca dalam keluarga.

Berdasarkan pengalaman saya bersama Jordy, anak saya yang kini berusia 5 tahun, semua lima poin yang disampaikan oleh Dr. Ajeng benar adanya. Khususnya pada poin ketiga, saya menyediakan media yang mumpuni seperti papan tulis dan buku dengan halaman kosong. Saya membiarkan Jordy bereksplorasi dengan berbagai macam garis saat ia mulai belajar menulis. Hal ini merupakan langkah awal yang penting dalam mencapai kemampuan membaca.

Dalam kesimpulan, usia ideal anak untuk belajar menulis dan membaca adalah antara 6-7 tahun. Pada usia 4-5 tahun, anak dapat diperkenalkan dengan keterampilan pra-membaca. Orangtua dapat menggunakan media yang sesuai dengan usia anak, seperti menggambar lingkaran dan menghubungkan titik-titik. Dalam proses belajar ini, otak anak bekerja dalam bagian-bagian tertentu. Belahan otak kiri berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis, sedangkan belahan otak kanan berhubungan dengan membaca melalui ingatan visual. Sebelum memulai belajar membaca, anak sebaiknya telah mencapai beberapa milestone dalam perkembangan motorik dan kognitif. Jika seorang anak terlalu dipaksakan untuk belajar membaca sebelum waktunya, dapat timbul risiko kesulitan dalam membaca. Semakin dini seorang anak belajar membaca dan menulis tidak menjamin kesuksesan di masa mendatang. Faktor-faktor seperti kecerdasan, sikap, dan cara belajar yang memadai juga memainkan peran penting dalam kesuksesan belajar anak. Orangtua dapat meningkatkan keterampilan baca tulis anak dengan menyediakan media yang sesuai, membacakan buku, memberikan kesempatan untuk mencoba menulis, dan mengajarkan dengan metode permainan yang menyenangkan. Penting juga untuk membudayakan membaca dalam keluarga.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com