I. Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita merasa tergoda untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Dalam bahasa Jawa, ada pepatah yang mengatakan bahwa hidup itu “sawang sinawang”, yang berarti bahwa kita sering melihat keadaan orang lain dan membandingkannya dengan keadaan kita sendiri. Hal ini terkadang membuat kita tidak puas dengan keadaan kita sendiri dan merasa iri terhadap orang lain yang memiliki kehidupan yang lebih baik. Namun, kita harus belajar untuk mensyukuri apa yang telah kita miliki dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam peran sebagai seorang ibu, baik itu sebagai ibu rumah tangga, ibu yang bekerja di rumah, maupun ibu yang bekerja di kantor, seringkali kita merasakan perasaan yang sama. Sebagai seorang ibu yang bekerja di kantor, saya sering kali harus meninggalkan anak saya, Gendra, di rumah di bawah pengasuhan eyangnya. Seperti ibu-ibu bekerja lainnya, hal ini kadang membuat saya merasa sedih dan iri terhadap ibu-ibu yang dapat menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka setiap saat.
II. Keinginan menjadi Seorang Ibu Rumah Tangga
Ketika saya merasa sedih dan galau, saya sering kali berpikir untuk mengundurkan diri dari pekerjaan saya dan menjadi seorang ibu rumah tangga. Saya ingin mengasuh Gendra sendiri, menjadi saksi setiap momen pertamanya, dan memberikan perhatian penuh kepada keluarga saya. Namun, setelah emosi saya kembali stabil, saya mulai memikirkan kembali apakah saya benar-benar siap menjadi seorang ibu rumah tangga.
III. Keinginan menjadi Seorang Ibu yang Bekerja
Di sisi lain, saya sering mendengar keluhan dari teman-teman saya yang menjadi ibu rumah tangga. Mereka merasa iri terhadap ibu-ibu yang bekerja karena memiliki penghasilan sendiri, terlihat eksis, dan memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan teman-teman di kantor. Mereka seringkali merasa jenuh karena harus mengurus anak, suami, dan rumah selama 24 jam.
Hal ini membuat saya semakin bimbang dalam menjalani peran sebagai seorang ibu. Saya ingin menjadi ibu yang baik dan memberikan yang terbaik untuk keluarga saya, namun saya juga ingin memiliki penghasilan sendiri dan merasa produktif di luar rumah. Saya tak ingin menyesali keputusan yang sudah saya ambil di masa depan.
IV. Bersyukur atas Peran yang Dimiliki
Dalam situasi seperti ini, yang perlu kita lakukan adalah bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini. Bagi ibu rumah tangga, kita harus bersyukur karena waktu yang kita habiskan bersama keluarga, terutama anak-anak, adalah tidak ternilai harganya. Kita dapat menyaksikan setiap perkembangan anak-anak kita sendiri dan memiliki kebebasan dalam mengasuh mereka tanpa campur tangan orang lain. Kita harus ingat bahwa banyak ibu bekerja di luar sana yang iri karena tidak dapat meluangkan waktu yang cukup untuk anak-anak mereka.
Sedangkan bagi ibu yang bekerja, kita harus bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk memiliki penghasilan sendiri. Waktu yang kita habiskan di kantor juga dapat menjadi waktu untuk merawat diri sendiri dan menghilangkan stres. Me time ini juga memiliki nilai yang tidak ternilai, karena seorang ibu yang bahagia akan membuat keluarga menjadi bahagia.
V. Kesimpulan
Dalam hidup ini, kita sering kali tergoda untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Namun, hal ini hanya akan membuat kita tidak puas dan tidak mensyukuri apa yang telah kita miliki. Sebagai seorang ibu, baik itu ibu rumah tangga atau ibu yang bekerja, kita harus belajar untuk bersyukur atas peran yang kita miliki dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Kita harus menghargai setiap momen bersama anak-anak kita dan tetap menjaga keseimbangan antara karier dan keluarga. Dengan begitu, kita dapat menciptakan kebahagiaan dalam keluarga kita dan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak kita.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com