Review Film Dear David: Sebuah Catatan Tentang Seksualitas Remaja


Intip Review lembarkerjauntukanak.com tentang Film Dear David yang Tengah Jadi Perbincangan Orang Tua karena Mengangkat Topik Seks di Kalangan Remaja!

Film telah menjadi salah satu media yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat, terutama bagi remaja yang sedang dalam masa transisi menuju dewasa. Film tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki potensi untuk menyampaikan pesan-pesan penting yang dapat membentuk pemikiran dan sikap remaja. Salah satu film yang tengah menjadi perbincangan orang tua adalah Dear David yang disutradarai oleh Lucky Kuswandi dan tayang di Netflix.

Dear David mengisahkan tentang seorang pelajar cemerlang penerima beasiswa bernama Laras (diperankan oleh Shenina Cinnamon) yang menulis blog tentang imajinasi seksualnya. Blognya yang seharusnya menjadi konsumsi pribadi ternyata bocor dan tersebar ke seluruh sekolah. Film ini mendapat banyak pujian, tetapi juga menuai kontroversi karena mengangkat topik seks yang seringkali dianggap tabu di masyarakat.

Sebagai orang tua, kita perlu mengambil catatan penting seputar seksualitas remaja dari film ini agar kita dapat memberikan pendidikan yang tepat kepada anak-anak kita agar mereka tidak kebingungan dan terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak seharusnya. Berikut adalah beberapa tips seputar pendidikan dan pengetahuan seksualitas untuk remaja yang perlu kita pahami.

1. Berikan Kepercayaan dan Ruang Diskusi pada Remaja

Di film Dear David, tergambar bahwa pihak sekolah merasa malu memiliki murid seperti Laras yang sedang belajar dan mengeksplorasi sisi seksualitasnya. Sebagai pendidik, alih-alih mengajaknya berdiskusi dan memberikan pendampingan, kepala sekolah justru menekan dan mengancam Laras. Padahal, remaja seperti Laras sangat membutuhkan pendampingan dan komunikasi yang intens serta ruang aman untuk berdiskusi.

Remaja pada masa transisi seperti Laras membutuhkan dukungan dan pemahaman dari orang tua dan pendidik agar mereka dapat memahami karakter dan perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Mereka juga membutuhkan bantuan dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi sehari-hari serta menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang menjadi dewasa.

Baca Juga:  7 Rekomendasi Film Dewasa Thailand dan India

Dalam perkembangan kognitif, kematangan berpikir dicapai di atas usia 20 tahun, sehingga sangat penting bagi remaja di masa transisi untuk menemukan partner diskusi yang dapat membantu mereka memahami perubahan diri dan cara menanggapi perubahan tersebut dengan tepat.

2. Normal Memiliki Imajinasi dan Hasrat Seksual yang Dikelola dengan Tepat

Laras dalam film merasa bahwa sebagai murid penerima beasiswa dan ketua OSIS, tidak pantas baginya untuk mengeksplorasi sisi seksualitasnya. Oleh karena itu, dia diam-diam menuangkan imajinasinya dalam blog yang hanya menjadi konsumsi pribadinya. Hal ini mencerminkan bahwa seksualitas masih menjadi hal yang tabu, bahkan pada orang dewasa sekalipun, apalagi bagi remaja.

Namun, penting untuk diketahui bahwa memiliki imajinasi atau fantasi seksual pada remaja adalah hal yang normal. Penggunaan fantasi dan imajinasi seksual adalah indikasi baik bahwa hasrat seksual mereka berkembang dengan baik. Namun, sebagai orang tua, kita perlu mendengarkan mereka sebagai teman, menjadi pendengar yang baik, menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka, sehingga kita dapat menganalisis apakah ada kelainan dari imajinasi mereka yang patut diwaspadai.

Meskipun hal tersebut harus dibuktikan secara klinis di kemudian hari, dengan adanya peringatan, kita dapat lebih awal menyiasati hal tersebut. Penting untuk selalu tenang ketika mendengarkan cerita mereka, tidak mendiskriminasi, tidak menakuti-nakuti, menyudutkan, atau melarang mereka. Karena tindakan tersebut hanya akan mengkerdilkan jiwa mereka. Sebaliknya, pelarangan lebih seringkali memancing rasa ingin tahu mereka, yang bisa berujung pada kesalahan informasi atau mencari informasi dari sumber yang salah.

Penting untuk memposisikan anak sebagai manusia dewasa yang mendapatkan kepercayaan dan dukungan penuh dari keluarga dan orang-orang terdekatnya, sehingga mereka mampu membuat keputusan sendiri yang terbaik bagi diri mereka. Hal ini sangat penting dalam membentuk pemikiran dan sikap yang sehat pada remaja.

Baca Juga:  Menu Diet Ubi, Bisa Turunkan Berat Badan hingga 5 Kg dalam 3 Hari

3. Memberi Pendidikan Seksual yang Komprehensif

Pendidikan seksualitas untuk remaja tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi dan pencegahan kehamilan, tetapi juga harus komprehensif dan lengkap. Pendidikan seksualitas harus mencakup sikap untuk menolak atau melakukan hubungan seks dengan cara yang aman, risiko yang terkait dengan hubungan seksual, serta keterampilan bernegosiasi dengan pasangan.

Dengan memberikan pendidikan yang tepat, remaja kita akan memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kemampuan dalam membuat keputusan yang tepat terkait dengan seksualitas mereka. Pendidikan seksualitas dapat dimulai sejak usia pra-remaja, yaitu pada saat remaja memasuki masa pubertas atau sekitar usia 12 tahun.

Pendidikan seksualitas dapat dimulai dengan mendiskusikan mengenai pertemanan, dampaknya yang dapat bersifat positif atau negatif. Misalnya, pertemanan negatif dapat berujung pada pemaksaan atau tekanan dari teman sebaya. Selanjutnya, pembahasan juga harus mencakup aspek kesehatan reproduksi, seperti risiko penyakit menular seksual dan cara menjaga kesehatan reproduksi.

Selain itu, penting juga untuk menggunakan kata-kata yang lugas dalam menjelaskan konsep hubungan dan organ reproduksi baik pada perempuan maupun laki-laki, sehingga anak dapat memahami konsep tersebut secara utuh dan jelas. Konsep pembuahan, proses kehamilan, serta risiko melakukan hubungan seksual di bawah usia 20 tahun juga harus didiskusikan dengan remaja.

4. Konsep Relasi Setara dan Kuasa Diri serta Hubungan yang Sehat

Selain memberikan pendidikan seksual yang komprehensif, penting juga untuk membahas konsep relasi setara, kuasa penuh akan diri sendiri, serta jenis-jenis pelecehan dan kekerasan dalam hubungan pertemanan. Remaja perlu menyadari bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kuasa penuh atas diri dan pilihannya, termasuk dalam hubungan seksual.

Penting untuk mengingatkan remaja tentang konsep hubungan yang sehat, seperti adanya unsur cinta, tanggung jawab, toleransi, saling menghargai satu sama lain, kesetiaan, hingga tercipta hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan. Remaja juga harus mengetahui bahwa ketimpangan dalam relasi dapat berakibat pada kasus pemerkosaan atau kekerasan seksual yang terjadi karena hubungan seksual tanpa persetujuan (consent).

Baca Juga:  Hati-hati, Ini Efek Bayi Mendengar Suara Keras [WAJIB TAHU]

Dalam menghadapi isu-isu seksualitas remaja, penting bagi orang tua dan pendidik untuk tetap membuka komunikasi yang intens dan terbuka dengan remaja, memberikan pemahaman yang benar, dan memberikan pengetahuan yang komprehensif. Dengan cara ini, kita dapat membantu remaja dalam menjalani masa transisi mereka dengan baik, sehingga mereka dapat menghadapi tantangan dan mengambil keputusan yang tepat terkait dengan seksualitas mereka.

Dalam menghadapi film-film yang mengangkat topik seksualitas remaja, kita sebagai orang tua harus mengambil peran aktif dalam memberikan pendidikan dan dukungan kepada anak-anak kita. Dengan memberikan pendidikan seksual yang tepat, kita dapat membantu mereka dalam memahami dan mengelola seksualitas mereka dengan baik.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com