Kenapa Bayi Muntah Setelah Minum ASI? Ini Jawabannya
Banyak Bunda yang mengeluhkan masalah mengenai bayinya yang sering muntah setelah menyusu. Bahkan, sebagian bayi hampir selalu mengalaminya. Kondisi bayi muntah setelah minum ASI, atau dikenal dengan sebutan gumoh, umumnya sangatlah normal terjadi. Namun, Bunda tetap perlu waspada karena beberapa kasus semacam ini juga bisa diakibatkan adanya gangguan pada kesehatan. Gumoh dikategorikan masih normal jika bayi tidak menunjukkan rewel atau sulit bernapas. Lantas, bagaimanakah kategori gumoh yang tidak normal?
Penyebab Bayi Gumoh
Bayi muntah setelah minum ASI bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti refluks, gastroenteritis, sakit atau mengalami infeksi, stenosis pilorus, dan galaktosemia.
Refluks adalah kondisi dimana ASI yang sudah ditelan kembali ke kerongkongan karena otot pada saluran pencernaannya yang ada di lambung dan kerongkongan masih lemah. Refluks bisa terjadi kemungkinan dikarenakan oleh lambung bayi yang masih berukuran sangat kecil, sehingga membuatnya cepat terisi penuh. Refluks juga bisa disebabkan oleh katup kerongkongan yang masih belum sempurna dan membuat fungsinya tidak bisa berjalan dengan maksimal untuk menahan isi yang ada di lambung. Kondisi refluks biasanya hanya berlangsung sampai bayi berusia 4-5 bulan dan akan berhenti sendiri setelahnya.
Gastroenteritis adalah infeksi bakteri atau virus yang menyebabkan bayi mengalami diare dan muntah setelah minum ASI. Gastroenteritis perlu mendapatkan penanganan oleh dokter, seperti memberikan oralit yang bertujuan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat muntah dan diare.
Sakit atau infeksi juga bisa menjadi penyebab bayi muntah setelah minum ASI. Bayi yang sakit atau mengalami infeksi akan menunjukkan beberapa gejala seperti batuk, hidung tersumbat, demam, nafsu makan berkurang, lesu, dan muncul ruam. Selain itu, bayi yang muntah juga bisa memiliki tanda-tanda seperti demam scarlet, flu, infeksi telinga, meningitis, dan infeksi saluran kemih.
Stenosis pilorus terjadi karena otot yang mengawasi katup dari lambung menuju usus mengalami penebalan yang menyebabkan katup tidak terbuka. Akibatnya, makanan akan naik ke esofagus atau tetap tertahan di lambung. Bayi yang menderita kondisi ini bisa muntah terus-menerus selama 30 menit setelah menyusu. Stenosis pilorus umumnya dialami bayi saat usia 6 minggu dan bisa muncul kapanpun sebelum usianya memasuki 4 bulan. Di samping bersifat genetik, kondisi ini lebih mungkin menyerang bayi laki-laki dengan risiko empat kali lebih besar dibanding bayi perempuan.
Galaktosemia adalah kondisi saat tubuh bayi tidak memiliki cukup enzim galaktosa yang berfungsi untuk mencerna ASI. Galaktosemia sangat jarang terjadi dan diperkirakan hanya menimpa 1 dari 70.000 bayi. Bayi yang mengalami galaktosemia akan menunjukkan beberapa gejala seperti gangguan menyusu, muntah, berat badan di bawah normal, gagal hati, katarak, keterbelakangan mental, organ limpa dan hati membengkak, perdarahan, rentan terserang infeksi bakteri E. coli, mengalami penyakit kuning. Ketika bayi terdiagnosa mengalami galaktosemia, maka ia harus mengonsumsi susu bebas laktosa dan tidak boleh mendapatkan ASI terlebih dulu.
Kapan Perlu Waspada?
Bayi muntah setelah minum ASI perlu diwaspadai jika ia juga menunjukkan beberapa gejala lainnya seperti muntah diikuti cairan hijau atau darah, muntah berulang hingga lebih dari 1-2 hari, sesak napas, demam, muncul ruam, kurang atau tidak nafsu untuk menyusu, sulit tidur, rewel, ubun-ubun terlihat menonjol, perut membengkak, dan dehidrasi. Jika bayi menunjukkan gejala-gejala ini, sebaiknya segera membawa bayi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Cara Meredakan Bayi Muntah
Melihat bayi muntah setelah minum ASI tentu membuat setiap Bunda merasa khawatir dan ingin meredakan keluhan tersebut. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk meredakan gumoh pada bayi:
1. Usahakan untuk menjaga kepala bayi berada pada posisi yang lebih tinggi dari tubuhnya setiap kali menyusu. Hal ini dapat membantu mencegah ASI kembali naik ke kerongkongan.
2. Setelah menyusu, tegakkan tubuh bayi untuk membuatnya mudah bersendawa. Sendawa dapat membantu mengeluarkan angin yang masuk ke mulut bayi selama proses menyusu.
3. Sendawakan bayi setiap habis menyusu untuk mengeluarkan angin yang tertelan selama menyusu.
4. Meletakkan kepala bayi dengan posisi sedikit lebih tinggi ketika tidur dengan mengganjal kepala dan bahunya menggunakan handuk atau selimut yang digulung. Hal ini juga dapat mencegah ASI kembali naik ke kerongkongan saat bayi tidur.
5. Bayi sebaiknya menyusu dalam kondisi tenang untuk menghindari ia menghisap udara terlalu banyak.
6. Hindari memakaikan bayi popok atau pakaian yang terlalu ketat, karena hal ini dapat memberikan tekanan pada perut bayi dan memperburuk gejala gumoh.
7. Jangan menggendong bayi dengan posisi perut berada tepat di bahu Bunda, karena hal ini dapat menekan perut bayi dan memicu gumoh.
8. Susui bayi secukupnya tapi lebih sering, agar lambungnya tidak terlalu penuh dan memicunya memuntahkan kembali ASI yang telah diminumnya.
9. Biarkan bayi tenang dalam beberapa waktu setelah menyusu, agar lambungnya dapat mencerna ASI dengan baik.
10. Cari tahu kemungkinan bayi muntah karena minuman atau makanan yang Bunda konsumsi, contohnya susu sapi. Jika bayi terus muntah setelah Bunda mengonsumsi susu sapi, Bunda dapat mencoba mengganti susu dengan jenis lain yang lebih cocok untuk bayi.
11. Untuk bayi yang sudah lebih besar, dudukkan ia selama 30 menit setiap habis menyusu. Hal ini dapat membantu mencegah ASI kembali naik ke kerongkongan.
Kesimpulan
Bayi muntah setelah minum ASI adalah hal yang wajar terjadi. Namun, apabila bayi menunjukkan gejala-gejala yang tidak normal seperti muntah berulang, muntah dengan cairan hijau atau darah, sesak napas, demam, atau dehidrasi, sebaiknya segera bawa bayi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Bunda merasa khawatir dengan kondisi bayi. Selalu perhatikan frekuensi dan gejala gumoh pada bayi sebagai bahan analisa oleh dokter.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com