Diare pada Anak: Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Diare pada Anak: Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Mengenal Kondisi Diare pada Anak

Seorang anak dikatakan mengalami diare ketika ia mengalami frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan tekstur feses yang cair. Diare pada anak dapat terjadi dalam beberapa jenis, tergantung pada lama berlangsungnya. Diare akut terjadi selama 3-5 hari, diare berkepanjangan terjadi selama 7-14 hari, dan diare kronik terjadi lebih dari 14 hari.

Penyebab utama diare pada anak adalah infeksi virus, bakteri, atau parasit. Infeksi ini dapat terjadi melalui makanan yang terkontaminasi atau kontak dengan feses yang mengandung bakteri penyebab diare. Selain itu, diare pada anak juga dapat disebabkan oleh makanan basi, beracun, atau adanya alergi terhadap jenis makanan tertentu.

Anak-anak cenderung lebih rentan terkena diare karena kebiasaan mereka yang suka memasukkan benda-benda ke mulut tanpa memperhatikan kebersihan. Mereka juga sering menyentuh berbagai hal saat bermain dan kemudian menyentuh atau memasukkan tangan ke mulut. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini sulit untuk dicegah karena sulit bagi orang tua untuk selalu mengawasi anak-anak mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu menjaga kebersihan tangan anak setelah bermain dan sebelum makan untuk mengurangi risiko terkena bakteri penyebab diare.

Gejala Diare pada Anak yang Berbahaya

Diare pada anak umumnya dapat disembuhkan dengan obat-obatan yang dijual di apotek atau dengan pengobatan alami. Namun, diare juga dapat menjadi berbahaya bagi anak jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa gejala diare pada anak yang perlu diwaspadai antara lain:

1. Tidak bisa minum dan makan selama beberapa jam.
2. Feses berlendir dan berdarah.
3. Feses mengandung makanan yang belum tercerna.
4. Demam.
5. Sakit kepala.
6. Dehidrasi, ditandai dengan lemas, mulut dan kulit kering, mata cekung, serta volume urin yang sedikit dan berwarna keruh.

Baca Juga:  Panduan MPASI 8 Bulan dan Ide Resep yang Lezat

Jika anak mengalami semua atau sebagian dari gejala di atas, penting untuk segera membawanya ke dokter. Penanganan yang tepat dan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Cara Mengatasi Diare pada Anak

Saat anak mengalami diare, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Untuk anak di bawah 2 tahun, dianjurkan untuk memberikan larutan garam dan gula serta tetap memberikan ASI. Larutan garam dan gula dapat dibuat dengan mencampurkan 1 sendok teh garam, 2 sendok teh gula, dan 250 cc air matang. Selain itu, anak juga perlu makan makanan yang bergizi, minum air putih yang cukup, dan istirahat yang cukup.

Untuk anak di atas 3 tahun, selain memberikan larutan garam dan gula, penting juga untuk memberikan makanan yang bergizi dan mengonsumsi buah-buahan. Selain itu, menjaga kebersihan tangan juga sangat penting untuk mencegah penyebaran bakteri penyebab diare.

Selain cara-cara di atas, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah diare pada anak. Beberapa langkah tersebut antara lain:

1. Cuci tangan anak setelah buang air besar.
2. Gunakan air matang untuk minum.
3. Cuci tangan anak sebelum makan.
4. Cuci tangan sebelum memasak dan mengolah makanan.
5. Hindari makan di tempat yang kurang bersih.
6. Cuci peralatan makan, masak, dan bahan masakan dengan air mengalir.
7. Makan makanan yang bergizi dan rutin mengonsumsi buah-buahan.
8. Minum susu pertumbuhan yang mengandung 14 vitamin dan 9 mineral serta serat pangan inulin untuk kesehatan pencernaan.

Penyakit diare pada anak merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, diare merupakan penyebab kematian balita usia 12-59 bulan terbanyak di Indonesia. Pada tahun 2019, tercatat 314 kematian balita akibat diare di Indonesia.

Baca Juga:  DIY: Topi Koki Dari Plastik

Masalah diare pada anak di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap kebersihan. Banyak orang yang masih membuang sampah sembarangan, mencuci piring dalam ember, tidak mencuci tangan setelah buang air, dan sebagainya. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memiliki kesadaran diri tentang pentingnya hidup bersih dan sehat agar bisa terhindar dari penyakit diare.

Kesadaran diri tentang pentingnya hidup bersih dan sehat harus dimulai sejak dini. Orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Selain itu, penting juga untuk memberikan pendidikan tentang pentingnya makan makanan yang bergizi agar anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat dan tidak mudah terkena penyakit.

Selama masa tumbuh kembang anak, hormon pertumbuhan sangat penting untuk perkembangan otak dan otot. Hormon pertumbuhan ini dipengaruhi oleh asam amino esensial (9AAE) dan DHA. Kekurangan 9AAE dapat menghambat pertumbuhan anak, sedangkan kekurangan DHA dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Oleh karena itu, penting untuk memastikan anak mendapatkan asupan 9AAE dan DHA yang cukup melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Menjaga kesehatan anak merupakan tanggung jawab setiap orang tua. Dengan memberikan pendidikan tentang pentingnya hidup bersih dan sehat serta memberikan nutrisi yang cukup, diare pada anak dapat dicegah dan anak dapat tumbuh dengan sehat dan kuat.

Kesimpulannya, diare pada anak adalah kondisi yang sering terjadi dan dapat ditangani dengan baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Orang tua harus mengenali gejala diare pada anak yang berbahaya dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Selain itu, penting juga untuk memberikan pendidikan tentang pentingnya hidup bersih dan sehat kepada anak sejak dini. Dengan melakukan hal ini, diare pada anak dapat dicegah dan anak dapat tumbuh dengan sehat dan kuat.

Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com