Keterlambatan Bicara, Cikal Bakal Gangguan Serius Lain yang Dialami si Kecil?


Terlambat bicara karena gangguan berbahasa ekspresif

Gangguan berbahasa ekspresif terjadi ketika anak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan diri secara lisan pada usia di bawah 3 tahun. Pada gangguan ini, pemahaman bahasa pada anak sebenarnya normal, namun seringkali disertai dengan gangguan artikulasi atau kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas. Beberapa ciri-ciri dari gangguan ini antara lain:

1. Pada usia 2 tahun, anak tidak mampu mengucapkan kata-kata atau hanya mampu mengucapkan beberapa kata saja.
2. Pada usia 3 tahun, anak tidak mampu mengekspresikan kata-kata sederhana.
3. Kosa kata yang dimiliki oleh anak terbatas.
4. Anak sulit memilih dan mengganti kata yang tepat.
5. Anak cenderung memendekkan ucapan yang panjang.
6. Anak sering kehilangan awalan atau akhiran dalam ucapan.
7. Anak sering salah menggunakan tata bahasa seperti kata penghubung, kata ganti, dan kata kerja.

Dr. Gitayanti menjelaskan bahwa gangguan berbahasa ekspresif bukan disebabkan oleh disabilitas mental seperti retardasi mental, autisme, tulis, atau epilepsi. Gangguan ini memiliki karakteristik tersendiri dan perlu diidentifikasi secara dini untuk memulai intervensi yang tepat guna membantu perkembangan bahasa anak.

Terlambat bicara karena gangguan berbahasa reseptif

Gangguan berbahasa reseptif adalah gangguan yang terjadi pada anak usia 2 tahun. Pada gangguan ini, kemampuan bahasa ekspresif anak juga terganggu, yang ditandai dengan gangguan artikulasi seperti cadel. Beberapa ciri-ciri dari gangguan berbahasa reseptif antara lain:

1. Anak sulit memahami struktur tata bahasa seperti kalimat negatif, pertanyaan, dan perbandingan.
2. Anak kurang mampu memahami bahasa dengan bentuk yang lebih halus seperti nada suara dan bahasa tubuh.
3. Pada usia 12 bulan, anak tidak memberikan respons ketika ditunjukkan suatu benda.
4. Pada usia 18 bulan, anak tidak mampu mengidentifikasi objek sederhana atau mengikuti instruksi sederhana.

Terapi yang dapat dilakukan untuk gangguan berbahasa reseptif dan ekspresif adalah terapi wicara. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam memahami dan mengungkapkan bahasa secara efektif.

Terlambat bicara karena disabilitas intelektual

Anak dengan gangguan disabilitas intelektual memiliki IQ di bawah rata-rata (71-90), yang berdampak pada kemampuan belajar yang lebih lambat. Beberapa gejala yang mungkin muncul pada anak dengan disabilitas intelektual antara lain:

Baca Juga:  10 Coffee Shop di Bandung yang Nyaman Buat Tempat Kerja

1. Anak sering melamun atau bengong.
2. Anak cenderung sibuk sendiri dan sulit diam.
3. Prestasi akademis anak tidak sesuai dengan usianya.
4. Anak sering mengalami tantrum karena kesulitan mencari alternatif pemecahan masalah secara kognitif.

Anak dengan disabilitas intelektual membutuhkan perhatian dan intervensi yang lebih intensif untuk membantu perkembangan mereka. Terapi yang dapat dilakukan meliputi terapi pendidikan khusus, terapi perilaku, dan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Terlambat bicara karena autisme (autism spectrum disorder)

Anak dengan gangguan tumbuh kembang autisme seringkali mengalami keterlambatan dalam bicara dan komunikasi. Selain itu, mereka juga mengalami gangguan dalam interaksi sosial secara timbal balik. Beberapa ciri-ciri yang mungkin muncul pada anak dengan autisme antara lain:

1. Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain.
2. Anak tidak merespons saat diajak bicara.
3. Anak cenderung cuek dengan orang-orang di sekitarnya.
4. Anak tidak bisa bermain pura-pura.
5. Anak tidak menatap mata orang lain saat berinteraksi dan tidak tertarik pada ekspresi wajah orang lain.
6. Anak memiliki minat yang sangat spesifik pada satu benda atau hal, seperti mengamati gerakan baling-baling kipas angin.

Gejala-gejala tersebut biasanya muncul sebelum usia 3 tahun. Oleh karena itu, penting untuk melakukan deteksi dini agar dapat segera melakukan tindakan pengobatan dan terapi yang sesuai.

Terlambat bicara karena ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder)

Anak dengan ADHD memiliki gangguan pemusatan perhatian. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak dengan ADHD biasanya hiperaktif dan impulsif. Beberapa contoh perilaku yang mungkin muncul pada anak dengan ADHD antara lain:

1. Anak selalu bergerak, lari, memanjat, dan sulit untuk duduk diam dalam jangka waktu yang lama.
2. Anak cenderung gelisah dan selalu menggerakkan anggota tubuhnya.

Meskipun anak dengan ADHD seringkali memiliki kemampuan bicara yang baik, dalam beberapa kasus, mereka juga dapat mengalami keterlambatan bicara. Terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi ADHD meliputi pemberian obat-obatan dan serangkaian terapi lainnya seperti modifikasi perilaku, terapi okupasi, integrasi sensorik, dan orthopaedagogik.

Terlambat bicara karena gangguan motorik

Gangguan motorik dapat menyebabkan keterlambatan bicara pada anak. Gangguan motorik ini biasanya terjadi pada anak usia 5-11 tahun. Pada gangguan motorik kasar, anak mengalami kesulitan dalam melompat, jongkok, lari, melempar, menangkap, memanjat, dan merayap. Sedangkan pada gangguan motorik halus, anak mengalami kesulitan dalam menggenggam, menjumput, menjentik, menulis, mewarnai, menempel, mengikat tali sepatu, dan menggunting.

Baca Juga:  Penting! Hindarkan Si Kecil dari Penyakit Melalui Vaksin

Terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan motorik ini adalah terapi integrasi, terapi okupasi, dan fisioterapi. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik anak sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan bahasa dengan lebih baik.

Terlambat bicara karena gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran juga dapat menyebabkan keterlambatan bicara pada anak. Beberapa ciri-ciri yang mungkin muncul pada anak dengan gangguan pendengaran antara lain:

1. Anak terlihat seperti tidak menyimak dan tidak fokus dengan situasi yang sedang terjadi.
2. Anak sering salah menjawab pertanyaan secara lisan, namun dapat menjawab pertanyaan tertulis dengan lebih baik.
3. Anak tidak merespons saat dipanggil, kecuali saat berhadapan langsung dengan orang lain.

Dr. Gitayanti mengingatkan agar orangtua segera memeriksakan anak jika mengalami keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara dapat menjadi gejala dari gangguan perkembangan yang serius, sehingga deteksi dini dan intervensi yang tepat sangat penting. Semakin dini dilakukan diagnosa dan terapi, semakin baik pula penanganan yang dapat diberikan kepada anak.

Sebagai seorang ibu, saya sangat menyadari pentingnya perkembangan bahasa pada anak. Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Keterlambatan bicara pada anak dapat menghambat kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, sebagai orangtua, kita perlu peka terhadap perkembangan bahasa anak dan segera mengambil tindakan jika terjadi keterlambatan bicara.

Salah satu langkah yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan stimulasi bahasa yang baik kepada anak sejak dini. Kita dapat membacakan buku cerita, bernyanyi, dan berbicara dengan anak secara aktif. Selain itu, kita juga perlu memperhatikan tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak dan segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli terkait jika kita merasa ada yang tidak berjalan dengan normal.

Di samping itu, kita juga perlu menyadari bahwa keterlambatan bicara pada anak bukanlah sebuah diagnosis gangguan, melainkan hanya gejala dari sekumpulan gangguan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orangtua untuk tidak panik dan mengambil langkah-langkah yang tepat guna membantu perkembangan bahasa anak.

Baca Juga:  Rekomendasi Tempat Les Catur untuk Pemula hingga Master dan Biayanya

Dalam diskusi dengan dr. Gitayanti, saya juga mendapatkan informasi mengenai terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak. Terapi wicara merupakan salah satu terapi yang dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan bahasa mereka. Terapi ini melibatkan interaksi antara anak, orangtua, dan terapis wicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan memahami bahasa anak.

Selain terapi wicara, terdapat pula terapi lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan bahasa pada anak, tergantung dari jenis gangguan yang dialami oleh anak. Misalnya, terapi pendidikan khusus untuk anak dengan disabilitas intelektual, terapi perilaku untuk anak dengan ADHD, dan terapi integrasi untuk anak dengan gangguan motorik.

Dalam diskusi tersebut, dr. Gitayanti juga menekankan pentingnya deteksi dini dalam mengatasi keterlambatan bicara pada anak. Semakin cepat kita melakukan diagnosa dan intervensi yang tepat, semakin baik pula perkembangan bahasa anak. Oleh karena itu, sebagai orangtua, kita perlu peka terhadap perkembangan bahasa anak sejak dini dan segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli terkait jika kita melihat adanya tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak.

Dalam kesimpulan, keterlambatan bicara pada anak bukanlah sebuah diagnosis gangguan, melainkan hanya gejala dari sekumpulan gangguan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orangtua untuk tidak panik dan mengambil langkah-langkah yang tepat guna membantu perkembangan bahasa anak. Stimulasi bahasa yang baik, terapi wicara, dan deteksi dini merupakan beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak. Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, kita dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbahasa mereka dan memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara efektif.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com