Dukungan Suami di Masa Kehamilanku
Halo, Bu! Bagaimana kabar kehamilan Bunda saat ini? Semoga sehat selalu, ya. Kali ini, saya ingin berbagi pengalaman kepada ibu-ibu semua seputar kondisi kehamilan yang pernah teman saya lalui dan mungkin sedang Bunda alami sekarang. Beragam kondisi selama hamil seperti mual-mual, ngidam, suasana hati yang naik-turun, atau bahkan sakit punggung merupakan hal yang biasa dialami oleh hampir setiap ibu hamil. Nah, teman saya pun mengalaminya, Bu.
Menjalani masa kehamilan memang terasa lebih menantang ketika Bunda masih harus beraktivitas seperti biasa. Pada kasus teman saya dulu, waktu sedang hamil, ia sedang mencoba menyelesaikan pendidikan S2, sekaligus menjalankan bisnis baju muslim yang dimilikinya dan juga menjalani syuting program TV di salah satu televisi swasta. Capek? Sudah pasti. Namun, ia tetap terlihat senang menjalani aktivitas tersebut karena orang-orang terdekatnya, termasuk suami, sangat mendukung dan selalu berusaha menemani di setiap kesempatan.
Dari ceritanya itu, saya menyadari bahwa kehadiran suami maupun orang-orang terdekat di masa kehamilan, memang sangat penting untuk memberikan dukungan moril mengingat beberapa kondisi kehamilan yang dialami oleh setiap calon ibu sering kali membuat tak nyaman. Padahal, berbagai kondisi kehamilan yang dialami oleh setiap calon ibu merupakan Momen Wow tersendiri yang perlu dinikmati.
Nah, inilah beberapa kondisi kehamilan yang sempat dialami oleh teman saya dan mungkin juga sedang ibu hamil lainnya!
Mual dan muntah
Saat hamil anak pertama, teman saya ini sempat mengalami mual dan muntah di bulan pertama hingga ketiga dan kondisi tersebut bisa dikatakan cukup melelahkan. Bahkan, kondisi ini sempat membuat ia sulit beraktivitas karena sering merasa pusing, lemas, dan letih selama trimester pertama tersebut. Saya memahami, dalam kondisi seperti ini, sebagian wanita biasanya mengharapkan suami atau orang di sekitarnya bisa membantu menghilangkan ketidaknyamanan ini. Namun apa daya kondisi ini memang sering ditemui pada ibu hamil karena adanya perubahan hormon.
Untungnya, ia memiliki suami yang cukup siaga dan selalu menemani di setiap kesempatan. Senang ya Bu, rasanya ketika suami bisa ikut mendampingi momen kehamilan yang melelahkan seperti ini. Bahkan, teman saya ini sempat bercerita, suaminya selalu berusaha untuk menenangkannya dengan mengatakan, “Ini adalah proses alami yang akan dilalui oleh hampir setiap ibu hamil. Jadi, tetap bersyukur dan bersabar ya, karena kamu beruntung bisa mengalami Momen Wow ibu hamil ini.” Setelah saya pikir-pikir, perkataan suaminya tersebut betul juga ya, Bu. Apakah Bunda juga berpikir hal yang sama?
Ngidam
Sebetulnya, saya termasuk orang yang kurang percaya dengan ngidam, Bu. Menurut saya, kondisi ini hanyalah sugesti ketika hamil. Begitu pun dengan teman saya. Selama ia hamil anak pertama, ia tak mengalami ngidam sama sekali. Namun, saat hamil anak kedua, saya menyaksikan betapa besar keinginannya saat itu untuk makan bebek betutu langganan ia dan suami yang berada di kawasan Pondok Indah. “Mungkin ini yang namanya ngidam,” pikir saya.
Saat itu, ia sama sekali tak memiliki keinginan untuk menyantap makanan lain dan hanya menginginkan bebek betutu itu. Namun, suaminya saat itu justru menganggap kondisi ini sebagai sugesti saja. Malahan, ia meminta teman saya ini untuk menyantap makanan lain yang ada di rumah. Memang, restoran bebek betutu ini terbilang jauh dari rumah mereka di kawasan Bintaro, dan pasti macet jika memaksakan diri untuk pergi ke sana di sore hari.
Tanpa sepengetahuan suaminya, ia sempat mencari nomor telepon restoran tersebut untuk layanan pesan antar. Namun, karena tak berhasil, ia kembali meminta kepada suaminya. Putus asa karena tak kunjung mendapat kata “iya” dari suaminya, ia pun hanya bisa menatap gambar bebek betutu di layar handphone sambil menangis. Duh, kasihan juga saya mendengar ceritanya.
Setelah menunggu beberapa lama, ternyata sang suami memberikan kejutan saat makan malam. Bebek betutu itu sudah tersaji di meja makan. Teman saya ini senangnya bukan main dan makan dengan lahap. Sampai sekarang pun, ia masih belum paham kenapa bisa sampai sepengin itu makan bebek betutu, padahal sebelumnya tak pernah. “Ternyata seperti ini ya rasanya ngidam,” pikir ia waktu itu.
Kaki bengkak
Selain urusan ngidam, ia juga mengalami kaki bengkak, terutama pada kehamilan pertama karena bobot tubuhnya naik hingga sekitar 25kg. Kondisi ini tentunya membuat ia sering merasa pegal. Seperti ibu hamil pada umumnya, ada rasanya ia ingin dipijat oleh suami. Namun, melihat suami yang sudah capek sepulang kerja, ia mengaku tak tega sendiri untuk minta dipijat. Teman saya tak mau membuat suaminya jadi kerepotan padahal suaminya sudah capek bekerja.
Sebetulnya, suaminya cukup sering menawarkan diri untuk memijat atau sekadar mengelus-elus punggung teman saya sebelum tidur. Beberapa kali tawaran tersebut diterima oleh teman saya dan ia mengaku merasa sangat senang melihat suami sangat perhatian dengan Momen Wow di masa kehamilan saat itu. Akan tetapi, ada kalanya ia juga sering menolak tawaran tersebut karena tak tega dan tak ingin melihat suaminya kelelahan, padahal dalam hati rasanya pengin juga dimanja oleh suami. Mungkin bisa dibilang kalau mereka berdua sama-sama merasa kasihan dengan kondisi satu sama lain. Akhirnya, tanpa sepengetahuan suaminya, teman saya sering memanggil tukang pijat untuk meredakan rasa pegal yang dialami saat itu.
Khawatir berlebihan
Biasanya, kehamilan pertama cenderung mudah membuat ibu merasa khawatir berlebihan. Kurangnya pengetahuan serta pengalaman, sering kali membuat Bunda maupun suami lebih mudah merasa takut dengan kondisi ibu dan janin. Kondisi ini juga dialami oleh teman saya dulu Bu, sewaktu hamil anak pertama. Rasa khawatir yang ia alami saat itu, muncul dalam bentuk rasa penasaran pada kondisi kehamilannya. Alhasil, ia dan sang suami jadi giat mencari banyak informasi seputar kehamilan. Berhubung teman saya ini memang termasuk orang yang sangat suka membaca, biasanya ia mencari informasi tersebut dari buku, sementara suaminya lebih senang mencari dari video di internet atau sekadar bertanya kepada teman-temannya yang mengalami hal serupa. Setidaknya, dengan bertambahnya bekal seputar kehamilan, ia dan suami jadi dapat mengatasi rasa takut selama menjalani masa kehamilan, Bu. Apakah Bunda juga mengalami hal yang sama?
Stres
Kondisi kehamilan yang cukup melelahkan, sering kali menjadi pemicu utama munculnya stres pada ibu hamil. Teman saya pun begitu, Bu. Untungnya, ia termasuk orang yang senang sekali berkegiatan. Kalau terlalu lama di rumah, ia justru merasa capek dan bosan. Itulah sebabnya, teman saya selalu mencoba untuk mencari kegiatan selama hamil untuk membantu mengalihkan perhatian sehingga tak mudah bosan dan stres. Saat berkegiatan, pikirannya sudah di tempat lain dan sering kali lupa kalau sedang hamil, Bu. Saya dan suaminya pun sering menanyakan hal ini kepada teman saya, “Kamu kok seperti nggak ada capeknya, ya? Seperti nggak sedang hamil.” Ia mengaku, dengan banyaknya kegiatan, begitu sampai rumah, ia sudah terlalu capek sehingga sudah tak punya tenaga untuk marah.
Nah, sedikit cerita, pada kehamilan pertama,teman saya sempat mengalami kondisi Simfisis Pubis Disfungsi atau dikenal dengan nama Pain Girdle Pelvis (PGP), yang menyebabkan tulang panggulnya terasa nyeri saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan atau hanya mengangkat kaki. Bahkan, untuk mengenakan celana saja, ia membutuhkan pertolongan dari suami. Duh, kalau diingat-ingat lagi, kondisinya ini cukup membuat ia dan beberapa orang terdekatnya stres lho, Bu.
Menurut teman saya, itulah momen terlelah yang ia lalui ketika hamil. Tak ingin suaminya khawatir, ia pun kerap kali menangis secara diam-diam. Untungnya, dukungan sang suami tak pernah putus. Bahkan suaminya pun selalu mengingatkan teman saya untuk selalu sabar dan jangan mengeluh. Sesakit apa pun, harus tetap dijalani dengan bersyukur dan ikhlas.
Kelelahan
Saat hamil, tubuh memang lebih cepat capek jika terlalu banyak aktivitas. Saya rasa, hal ini pun dirasakan juga oleh semua ibu hamil. Begitu pula denga teman saya. Untungnya, ia memiliki sosok suami yang begitu siaga dan selalu mengingatkanuntuk istirahat. Selain menyiapkan obat, membuatkan susu, dan menyuapi saat tengah malam, suaminya pun selalu menemani ketika teman saya melakukan aktivitas kemana pun, baik di dalam maupun luar kota.
Tak hanya itu, bentuk dukungan terbesar juga datang dari sang ibunda. Selama hamil, sang ibu tak pernah berhenti mengingatkan teman saya untuk selalu mengonsumsi makanan dan minuman bernutrisi, seperti kacang hijau, sayur-sayuran, hingga beragam jus. Ia benar-benar bersyukur ibundanya masih diberi kesehatan sampai sekarang. Bahkan, saat hamil kedua, beliau tak hanya menjaga teman saya namun juga anak pertamanya. Beliau sangat membantu sekali terutama ketika ia sudah memasuki trimester ketiga.
Bu, dukungan suami dan keluarga memang sangat penting ketika Bunda sedang menjalani masa kehamilan. Menurut teman saya, bentuk dukungan dari suami dan orang-orang terdekat membuat setiap ibu hamil merasa lebih tenang, nyaman, dan kadar stres pun berkurang saat menjalani kehamilan. Namun, faktor terpenting lainnya yang tak boleh dilupakan oleh setiap calon ibu adalah agar selalu berpikir positif, menjaga asupan nutrisi dengan baik, dan selalu bersyukur dengan kondisi yang dihadapi meskipun sakit, lemas, dan juga lelah karena kondisi kehamilan. Anggaplah kondisi-kondisi kehamilan tersebut sebagai sebuah Momen Wow setiap ibu hamil yang sebaiknya dinikmati. Memang, pada trimester terakhir, Bunda disarankan untuk banyak bergerak agar tubuh tak terasa kaku menjelang persalinan. Akan tetapi, tetaplah waspada agar tak terlalu lelah beraktivitas, ya.
Nah, itulah pengalaman teman saya saat hamil dulu. Bagaimana dengan Bunda? Apakah Bunda juga pernah atau sedang mengalami hal serupa? Yuk, bagikan dengan ibu-ibu lainnya di sini!
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com