Bisakah Selera Anak Dibentuk?

Bisakah Selera Anak Dibentuk?

Pada saat Lody (10 tahun) dan teman-temannya berkunjung ke rumah Hani (30 tahun), Hani merasa tidak senang melihat penampilan dan sikap teman-teman Lody yang dianggapnya berantakan dan tidak sopan. Setelah teman-temannya pulang, Hani merasa perlu untuk segera menegur Lody agar tidak meniru teman-temannya yang dianggap tidak sopan. Namun, Lody merasa bingung dengan situasi yang terjadi.

Apakah selera anak bisa dibentuk? Pertanyaan ini sering kali muncul di benak orangtua ketika melihat anaknya memiliki selera yang berbeda atau kurang sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani B Hermawan Psi, umumnya selera pada anak masih bersifat umum dan sederhana. Artinya, minat dan kegemaran anak akan suatu hal masih bersifat situasional. Misalnya, seorang anak lebih menyukai es krim rasa cokelat daripada stroberi, atau lebih menyukai bermain playstation daripada permainan lego. Anak hanya bisa merasakan, namun belum dapat mengemukakan alasannya secara konkret dan jelas terhadap seleranya pada sesuatu. Akan tetapi, orangtua masih bisa mengarahkan selera anak.

Menurut Sani, sejak lahir, anak sudah memiliki kecenderungan yang diturunkan dari kedua orangtuanya, yaitu karakter dan temperamen. Keduanya memiliki potensi yang berbeda-beda pada setiap anak, tergantung dari hasil perkawinan karakter yang berpotensi membentuk selera alami anak. Misalnya, anak yang bersifat tertutup (introvert) cenderung menyukai benda-benda berwarna cerah.

Namun, pembentukan selera anak tidak hanya bergantung pada faktor keturunan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terdekatnya seperti tingkah laku orangtua, motivasi lingkungan, dan penguatan (reinforcement). Misalnya, jika anak cenderung menyukai warna gelap, namun di lingkungannya lebih banyak warna cerah, maka anak tersebut juga akan menyukainya. Selain itu, tingkat kesukaan anak terhadap suatu hal juga dapat terbentuk melalui penguatan yang diberikan oleh orangtua. Semakin sering tingkah laku tersebut dikuatkan, semakin terbentuklah selera anak. Sebaliknya, jika tingkah laku tersebut diabaikan, maka selera tersebut akan hilang.

Psikolog Klinik Anak, Dra. Endang Retno Wardani Psi, juga berpendapat bahwa pada anak-anak, selera lebih berkaitan dengan peminatan terhadap sesuatu. Misalnya, jika lingkungan anak sering membaca, maka anak tersebut akan memiliki minat lebih terhadap bidang literasi. Namun, seiring dengan pertambahan usia dan pengalaman, peminatan anak dapat berubah dan berkembang. Misalnya, ketika anak sudah masuk ke dalam lingkungan sekolah, dia bisa memilih ekskul yang berbeda dengan kebiasaannya di rumah.

Baca Juga:  8 Manfaat Jagung untuk Ibu Hamil yang Jangan Dilewatkan

Endang juga menambahkan bahwa pembentukan selera anak tidak terlepas dari keputusan orangtua. Orangtua dapat membiasakan anak dengan mengklasifikasikan jenis pakaian yang digunakan dalam berbagai situasi, seperti pakaian untuk berpergian, di rumah, dan tidur. Dengan memberikan pemahaman tentang penggunaan pakaian yang sesuai dengan situasi, anak akan terbiasa menempatkan dirinya dalam berpenampilan yang rapi. Selain itu, pembentukan selera juga dapat dilakukan sedini mungkin melalui pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan pada anak. Misalnya, jika ingin pergi, anak diminta untuk menggunakan baju yang rapi dan mencuci tangan sebelum makan. Hal ini akan membantu anak untuk mengembangkan selera yang baik.

Sani menyarankan agar orangtua melakukan observasi melalui komunikasi dengan anak untuk mengetahui minat dan selera anak. Jika anak belum dapat berkomunikasi dengan baik, orangtua dapat membaca bahasa tubuh anak. Misalnya, jika anak menggelengkan kepala dan membuang badan saat disodorkan sesuatu, itu menunjukkan bahwa anak tidak menyukainya. Namun, jika anak sudah bisa berkomunikasi dengan baik, maka orangtua dapat melihat dengan jelas mana yang disukai anak dan mana yang tidak.

Orangtua perlu menjadi jeli ketika anak sudah mampu mengutarakan seleranya, baik secara abstrak maupun konkret. Misalnya, jika anak belum bisa bicara namun lebih memilih dibacakan buku daripada menonton televisi, itu menunjukkan bahwa anak lebih suka membaca. Orangtua perlu memberikan respon positif terhadap pilihan anak dan memberikan stimulasi serta fasilitas yang mendukung minat tersebut. Hal ini akan membantu anak untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan merangsang perkembangan fungsi inteligensinya.

Pembentukan tingkat selera anak juga dapat dipengaruhi oleh tatanan norma yang diajarkan. Anak akan belajar menilai sesuatu berdasarkan tingkah laku orangtua yang ditirunya. Misalnya, jika orangtua mengajarkan anak untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan situasi, anak akan belajar untuk menilai pakaian yang dipakainya sendiri. Tingkat selera anak tidak hanya bergantung pada aspek finansial semata, melainkan juga dipengaruhi oleh kepercayaan (belief) seseorang terhadap pentingnya suatu aturan dalam lingkungan keluarga.

Baca Juga:  Si Kecil Egois Atasi Dengan cara Ini!

Perkembangan kognitif anak juga akan mempengaruhi seberapa besar anak mampu menyerap aturan-aturan yang abstrak dari lingkungannya. Pemahaman anak terhadap suatu hal dapat mempengaruhi pembentukan seleranya di masa mendatang. Misalnya, jika anak dianjurkan untuk bermain hanya dengan teman di lingkungan rumah, awalnya anak akan mengikuti aturan tersebut. Namun, ketika anak mulai bertanya-tanya tentang alasan di balik aturan tersebut dan jika hal tersebut tidak sejalan dengan pemikiran anak, maka anak dapat beralih dari aturan tersebut.

Selain itu, keinginan anak untuk mengeksplorasi lingkungannya juga dapat mempengaruhi selera yang dimilikinya. Anak yang memiliki kecenderungan untuk mengeksplorasi lingkungan akan memiliki selera yang berbeda dengan orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua perlu memberikan stimulasi yang bervariasi pada anak, tidak hanya dalam hal mainan, tetapi juga dalam hal aktivitas dan pengalaman yang diberikan.

Meskipun demikian, Sani mengatakan bahwa selera anak sangat bisa dibentuk dengan penguatan melalui pemberian pujian. Jika anak memiliki pilihan selera yang positif, orangtua dapat memberikan penghargaan dan pujian. Sebaliknya, jika anak lebih menyukai hal-hal yang negatif, seperti bermain yang mengandung unsur kekerasan, orangtua perlu membatasi dan mengalihkannya. Tujuannya adalah agar anak dapat memahami mana selera yang dapat dikembangkan dan yang tidak.

Bentuk tingkat selera anak dapat berbeda-beda tergantung pada norma yang diajarkan dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, penting bagi lingkungan untuk memahami kecenderungan selera anak dan mengakomodasinya. Dengan memahami selera anak, lingkungan dapat membantu anak untuk tampil lebih mantap dalam lingkungannya. Orangtua juga dapat memberikan beragam stimulasi pada anak untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman anak.

Dalam mengenalkan anak pada selera lain yang ada pada lingkungannya, orangtua perlu bersikap sabar dan tidak memaksakan kehendak. Jika anak tidak berkeberatan dengan apa yang ditawarkan, itu dikategorikan sebagai hal positif. Namun, jika anak memiliki alasan yang logis untuk tidak menyukai sesuatu, orangtua sebaiknya tidak terburu-buru memaksakan kehendaknya.

Penting bagi orangtua untuk memberikan reinforcement berupa pujian pada hal-hal yang ingin dibentuk dalam diri anak. Dengan memberikan pujian dan penghargaan, anak akan merasa termotivasi untuk mengembangkan selera yang positif. Selain itu, pembentukan selera yang baik sedini mungkin akan membantu anak untuk lebih fokus dan termotivasi dalam mengembangkan minatnya. Sebaliknya, jika anak terbiasa mengekor selera orang lain, dia akan sulit mengekspresikan diri dan menentukan minatnya sendiri.

Baca Juga:  Inilah Sejumlah Manfaat Kacang Almond yang Perlu Diketahui

Pengaruh lingkungan juga memiliki peran yang penting dalam pembentukan selera anak. Rasa percaya diri yang tinggi dan kemampuan berpikir kreatif akan mendukung anak untuk memiliki rencana-rencana di masa mendatang, seperti menentukan tingkat pendidikan, pekerjaan, pasangan hidup, serta kualitas kehidupannya. Oleh karena itu, orangtua perlu mengenali kecenderungan selera anak dan memberikan dukungan yang sesuai.

Dalam proses pembentukan selera anak, penting bagi orangtua untuk tidak memberikan label negatif pada selera anak. Orangtua perlu mendukung anak untuk mengungkapkan seleranya dengan percaya diri dan memberikan respon yang positif. Dengan begitu, anak akan merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk mengembangkan selera yang sesuai dengan minatnya.

Dalam rangka membentuk selera anak, orangtua juga dapat memberikan informasi parenting dan hadiah spesial dari Bunda & Balita. Informasi parenting akan membantu orangtua dalam memahami perkembangan anak dan memberikan dukungan yang tepat. Hadiah spesial juga dapat menjadi stimulus bagi anak untuk mengembangkan selera yang positif. Dengan memberikan dukungan dan penguatan yang tepat, orangtua dapat membantu anak untuk membentuk selera yang baik dan sesuai dengan minatnya.

Dalam kesimpulan, selera anak dapat dibentuk melalui pengaruh lingkungan, penguatan yang diberikan oleh orangtua, dan pemahaman anak terhadap suatu hal. Orangtua perlu berperan aktif dalam membentuk selera anak dengan memberikan stimulasi yang tepat, memberikan pujian dan penghargaan pada hal-hal yang positif, serta menghindari memberikan label negatif pada selera anak. Dengan pembentukan selera yang baik sedini mungkin, anak akan lebih termotivasi dan fokus dalam mengembangkan minatnya.

Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com