Di balik keberhasilan menyusui secara eksklusif, bahkan hingga usia anak dua tahun, tentu ada “drama” yang dirasakan tetapi disembunyikan, dan itu wajar! Setiap Pekan ASI, saya jadi teringat lagi ketika menyusui anak pertama. Rasanya jauh banget dari yang selama ini terlihat. Nggak ada tuh merasakan indah-indahnya dari berbagai sisi. Saat itu, kok, ya, nelangsa benar rasanya. Ketika waktu itu akhirnya saya “curhat”, ternyata saya sadar bahwa saya nggak sendirian. Sekali posting di Instagram stories, beuugh, yang jawab banyak, mengeluhkan hal yang sama, yang mereka rasakan saat menyusui anaknya dulu. Jadi, buat Bunda yang sekarang ini sedang mengalami susahnya menyusui, tenang, kamu nggak sendirian.
Wajar, kalau…
Puting ledes, di kasus saya dulu bahkan sudah sampai kroak, alias bagian kulit sudah mengelupas semua. Jadi kebayang, dong, perihnya kaya gimana. Yang jelas, setiap 10 detik pertama menyusui, kaki saya harus nahan bagian ujung kasur saking udah nggak tahu harus bagaimana lagi.
Bentuk badan nggak keruan. Kalau kata teman, “Duh, badan gue kaya di kartun-kartun, tetek-nya gede, tangannya kecil, aneh banget!” Ya, memang, badan paska-bersalin itu, kan, ya, gitu, deh. Lihat cermin aja males! Belum lagi payudara kiri dan kanan sering banget terlihat nggak seimbang.
Demam perkara kepenuhan. Ada masanya ketika kita belum sempat mompa dalam jangka waktu yang lebih lama dari biasanya, payudara kemudian terasa penuh. Seperti cerita teman saya yang lain, “Gue habis kerjaan event, nggak sempat mompa, bawaannya pingin cepat-cepat pulang, taunya selama di perjalanan gue menggigil, saking penuhnya payudara!” Jadi, demam karena ASI mampet sangatlah mungkin terjadi. Belum lagi kalau kesenggol, ouch!
Takut mencoba karena pengalaman orang lain. Wajar juga, ketika menjadi ibu baru, meski sebelumnya sudah rajin ikut kelas parenting, realita malah jadi linglung, mau coba ini itu tapi ragu. Soalnya, kata si A, nanti bisa begini, kata si B, nanti begini. Jadi galau, deh. Wajar, kok! Tapi, jangan sampai hilang keyakinan sama diri sendiri, ya. Ingat, pengalaman setiap orang itu berbeda. Kalau memang ada kesempatan untuk mencoba berbagai hal demi kenyamanan Anda dan anak, kenapa harus ragu?
Timbul keluhan lain yang selama ini tidak disangka-sangka. Ada yang saat menyusui, tiba-tiba jadi alergian, kulitnya jadi sensitif dan bermasalah. Ada yang karena perubahan hormon selama menyusui, muka jadi penuh jerawat. Tim rambut rontok saat bayi masuk 3 bulan, mana suaranya?
Haus dan lapar berat. Ketika bayi menangis, rasanya semua orang yang ada di sekitar bayi pasti bilang, “Anaknya haus, tuh, ayo, cepat susuin, kasian!” Saat menyusu, anak tenang karena kenyang. Ada yang tahu, nggak, kalau saat itu si ibu rasanya haus dan lapar banget?
Deg-degan saat harus ngapa-ngapain. Mengurus bayi baru lahir itu sangat challenging, karena saat itu kitalah yang harus mengikuti demand si bayi. Tangisan bayi ibarat alarm yang nggak bisa di-snooze. Jadi, wajar… kalau mau mandi aja deg-degan, mau makan deg-degan, mau melakukan hal lain deg-degan, karena panggilan untuk menyusui bisa datang kapan saja.
ASI seret, bingung, ASI melimpah, sama bingungnya! Udah mompa berjam-jam, dapatnya cuma 50 ml. Duh! Belum lagi lihat postingan si A yang ASI-nya berlimpah-limpah. Eits, jangan sedih! Mereka yang berlimpah-limpah pun, yang kalau nggak mompa setengah jam aja payudaranya langsung bengkak lagi, sama, kok, sama kita yang seret! Sama-sama nggak nyaman!
Galau se-galau-galaunya. Saat dulu saya kesulitan menyusui, ada seorang teman bilang, “Menyusuilah dengan keras kepala!” Pas dengar kalimat ini, rasanya makin galau, mewek, “Duh, masa gini aja aku nggak bisa tahan, sih? Duh, nanti anak aku gimana kalau nggak dapet ASI? Duh, tapi sakiiit banget nyusuinnya, nggak kuat! Masa kasih ASI pakai botol terus, sih?” Perasaan campur aduk, galau banget! Wajar nggak? Wajar! Ketika pada akhirnya kita survive bahkan berhasil menyusui anak sampai dua tahun, rasanya amaze sendiri, “Kok bisa ya?” Karena memang, artinya kita sudah menyusui dengan keras kepala, kita sudah berusaha.
Nggak tahan sakit saat menyusui, tapi galau ketika tiba waktunya menyapih. Menjadi ibu itu memang artinya akan galau seumur hidup, hahaha! Beneran, deh, saat anak baru lahir, nangis terharu, kesulitan saat menyusui, nangis kesakitan, lihat anak bisa mandiri, nangis nggak percaya, anak sudah harus disapih, nangis nggak rela. Gemes, ya, tapi, wajar kok, kalau kita jadi begini! Hihihi!
Jadi, intinya, apapun yang kita rasakan sekarang, tetaplah semangat menyusui, ya, Bunda! ASI adalah salah satu hal terbaik yang bisa kita berikan kepada anak kita. Meskipun ada banyak tantangan dan kesulitan di sepanjang jalan, jangan pernah menyerah. Ingatlah bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan ini. Ada banyak ibu lain di luar sana yang mengalami hal yang sama. Dukungan dan sharing pengalaman dengan sesama ibu bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk terus melangkah.
Selain itu, jangan ragu untuk mencari bantuan dan dukungan dari tenaga medis atau konsultan laktasi jika dibutuhkan. Mereka adalah ahli dalam bidang ini dan akan memberikan saran dan bimbingan yang tepat untuk membantu kita mengatasi berbagai masalah yang mungkin muncul.
Selain itu, penting juga untuk menjaga kesehatan mental kita selama proses menyusui. Menjadi ibu yang menyusui adalah tugas yang melelahkan dan penuh tanggung jawab. Jangan ragu untuk mengambil waktu untuk diri sendiri dan melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia. Ini akan membantu kita menjaga keseimbangan dan mengurangi stres.
Terakhir, ingatlah bahwa setiap ibu dan bayi adalah unik. Jangan membandingkan diri kita dengan ibu lain atau bayi lain. Setiap perjalanan menyusui memiliki tantangan dan keberhasilannya sendiri-sendiri. Yang terpenting adalah memberikan yang terbaik untuk anak kita dengan kasih sayang dan pengorbanan yang tulus.
Jadi, Bunda, jangan menyerah! Teruslah menyusui dengan semangat dan cinta. Kita adalah pahlawan bagi anak kita dan memberikan ASI adalah hadiah terindah yang bisa kita berikan kepada mereka. Semoga tulisan ini bisa memberikan semangat dan motivasi untuk terus melangkah dalam perjalanan menyusui. Selamat menyusui, Bunda!
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com