Buat Bunda yang kesehariannya menyandang gelar “Girl Boss”, simak hal ini yang menjadi harapan para karyawan.
Karier seseorang itu hampir dapat dipastikan ada tanjakannya, dari mulai menjadi calon karyawan, lalu diangkat menjadi karyawan tetap, naik jabatan, jadi manager, lalu naik lagi jadi head, sampai akhirnya duduk di posisi tertinggi di dalam perusahaan. Kecuali, mereka yang memang born to be a boss, alias belum ada pengalaman apa-apa sudah langsung memegang kendali atas perusahaan baru, atau, ya, dapat titahan tahta dari orangtuanya.
Apapun dan bagaimanapun prosesnya menjadi seorang atasan, jangan sampai membuat kita lupa diri sama para bawahan. Saya ingat banget kata Mbak Fia, managing editor lembarkerjauntukanak.com, yang dulu pernah jadi atasan saya di kantor lama, “Kalau mau jadi bos, artinya kamu harus siap dibenci banyak orang!”
Setuju banget, sih, karena untuk mencapai posisi teratas itu persaingannya sengit, Kak! Tapi, kan, nggak perlu juga kita jadi bos yang dibenci sama bawahan! Menjadi bos yang dihargai dan disegani is way better, setuju?
(Baca: Tak Sekadar Diganti Uang, Ini Tips Memanage Rasa Bersalah Sebagai Ibu Bekerja)
Nah, caranya gimana? Ini dia, nih, hal-hal yang seringkali menjadi harapan para karyawan.
Let them work their way
Sebagai seorang atasan, memang sudah seharusnya mengawasi pekerjaan karyawannya. Namun, pengawasan yang sifatnya micro-managing akan cenderung membuat karyawan tidak leluasa bekerja. Padahal, setiap orang memiliki cara sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya. Maka, dalam hal ini, trust is the key.
Karyawan perlu diberikan kebebasan untuk bekerja sesuai dengan gaya mereka sendiri. Sebagai atasan, kita harus percaya bahwa mereka akan menyelesaikan tugas mereka dengan baik tanpa harus diawasi setiap saat. Memberikan kepercayaan kepada karyawan akan meningkatkan motivasi dan produktivitas mereka.
Sepaham dalam hal ekspektasi
Saat masih menduduki posisi sebagai bawahan, ingat lagi, coba, betapa susahnya menebak-nebak keinginan atasan. Semua yang terbaik yang sudah kita lakukan, tetap aja salah. Hal ini terjadi karena ekspektasi antara kita dan atasan nggak sejalan. Oleh karena itu, nggak ada salahnya duduk bareng sama bawahan untuk mengutarakan dan menyamakan persepsi terhadap apa yang menjadi ekspektasi kita.
Sebagai atasan, penting untuk berkomunikasi dengan jelas mengenai ekspektasi yang kita miliki terhadap karyawan. Jangan biarkan mereka menebak-nebak apa yang kita inginkan. Dengan menyamakan persepsi, karyawan akan lebih mudah untuk memahami tugas mereka dan bekerja sesuai dengan harapan kita.
Peluang untuk memberi input
Meski memiliki peran sebagai decision maker, bukan berarti semua hal adalah maunya kita. Buat apa punya bawahan dan tim, kalau apa-apa kita kerjakan sendiri? Berikan mereka peluang untuk memberikan input, menyumbang ide maupun menyusun program dalam mencapai goals.
Sebagai atasan, kita harus membuka diri untuk menerima masukan dari karyawan. Mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, yang bisa membantu perusahaan mencapai kesuksesan. Jangan merasa bahwa kita adalah satu-satunya yang tahu segalanya. Dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memberikan kontribusi, mereka akan merasa dihargai dan lebih bersemangat dalam bekerja.
(Baca: Cara Ampuh Kurangi Stres untuk Para Ibu Bekerja)
Appreciate the person, not just the worker
Tanyakan pada diri sendiri, seberapa jauh sih kita mengenal karyawan kita? Tahukah kita kalau anaknya si A lagi mau ujian masuk SMP? Sudah dengar kabar kalau ibunya si B lagi berjuang melawan penyakit berat? Di antara berpuluh-puluh meeting dalam sebulan, coba sempatkan untuk ngobrol bareng karyawan, BUKAN SEPUTAR KERJAAN!
Sebagai atasan, kita harus menghargai karyawan sebagai individu, bukan hanya sebagai pekerja. Kenali mereka secara personal, tanyakan tentang kehidupan mereka di luar pekerjaan. Menunjukkan perhatian terhadap kehidupan pribadi karyawan akan membuat mereka merasa dihargai dan peduli terhadap mereka sebagai individu. Ini juga akan menciptakan ikatan yang lebih kuat antara atasan dan bawahan.
Fair, tidak memihak dan terbuka
Silakan jadi bos yang galak, selama Anda bisa pastikan untuk berlaku demikian terhadap SEMUA KARYAWAN. Percayalah, “rasa sayang” yang berlebihan pada satu orang karyawan sangat bisa dirasakan oleh karyawan lainnya. Begitu pula dalam memberlakukan sebuah aturan, pastikan semua karyawan paham mengapa peraturan tersebut dibuat, menghindari terciptanya berbagai asumsi dan analisa yang enggak-enggak.
Sebagai atasan, kita harus adil dalam memperlakukan semua karyawan. Jangan memihak kepada satu karyawan saja, karena hal ini akan menciptakan ketidakadilan dan ketidakpuasan di antara karyawan lainnya. Pastikan aturan yang diberlakukan di perusahaan kita jelas dan transparan, sehingga tidak ada ruang untuk salah paham atau spekulasi. Dengan sikap yang adil dan terbuka, karyawan akan merasa dihargai dan memiliki kepercayaan terhadap atasan mereka.
Menghargai privasi saat memberi kritik
Sekesal-kesalnya sama anak buah, nggak perlu berteriak di depan semua orang. Lagipula, apa tujuannya? Itu hanya akan mempermalukan si karyawan. Panggil ke dalam ruangan, lalu ajak ngobrol. Dijamin suasana akan tetap kondusif. FYI, dengerin rekan sendiri dimarahin itu otomatis bisa menghilangkan mood kerja, lho.
Sebagai atasan, kita harus menghargai privasi karyawan ketika memberi kritik. Tidak perlu mempermalukan mereka di depan orang lain. Lebih baik panggil mereka ke ruangan pribadi dan bicarakan masalah tersebut secara pribadi. Dengan cara ini, kita dapat memberikan kritik dengan lebih efektif dan tidak membuat karyawan merasa malu atau terhina. Ini akan mempertahankan suasana kerja yang kondusif dan menghormati privasi karyawan.
Memberikan penghargaan di depan publik
Sebaliknya, memberikan pujian terhadap karyawan di depan publik is a good thing, karena statement dari seorang atasan itu bisa meningkatkan rasa percaya diri dan semangat bekerja seseorang karena merasa effort-nya dihargai. Bagi karyawan lain yang saat itu hanya jadi pentonton, biasanya akan lebih “tercolek” buat berusaha lebih baik lagi.
Sebagai atasan, kita harus memberikan penghargaan kepada karyawan secara terbuka di depan publik. Ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan semangat kerja karyawan. Ketika karyawan melihat rekan mereka mendapatkan penghargaan, mereka akan termotivasi untuk bekerja lebih baik dan berusaha untuk mendapatkan penghargaan serupa. Ini juga akan menciptakan atmosfer kerja yang positif dan semangat kompetisi yang sehat di antara karyawan.
(Baca: Kantor Idaman Para Ibu Bekerja Perlu Punya Fasilitas Ini!)
It’s not all about you and your company
Satu hal yang perlu selalu kita ingat saat berada di posisi paling tinggi dalam sebuah perusahaan: Semua orang berhak mendapatkan kesempatan berkembang, meski caranya adalah dengan meninggalkan perusahaan Anda. Mau gajinya baru saja dinaikin dua kali lipat, kalau besoknya dia minta resign karena mau pindah ke tempat lain, we should let them. Jadi, sayangilah karyawan Anda sebelum dia pindah ke tempat lain!
Sebagai atasan, kita harus menyadari bahwa karyawan memiliki hak untuk mencari kesempatan yang lebih baik. Jangan melihat mereka hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan kita. Berikan mereka kesempatan untuk berkembang, baik di dalam perusahaan maupun di tempat lain. Jika mereka memilih untuk pergi, kita harus menghargai keputusan mereka dan mengucapkan terima kasih atas kontribusi yang telah mereka berikan. Ini adalah tanda bahwa kita peduli dengan karyawan dan menghargai mereka sebagai individu.
Ibu bekerja memiliki harapan-harapan yang sama dengan karyawan lainnya. Mereka ingin memiliki atasan yang adil, menghargai, dan menghormati mereka. Sebagai seorang atasan, kita harus menyadari tanggung jawab kita untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik dan mendukung perkembangan karyawan. Dengan mengikuti tips ini, kita dapat menjadi bos yang dihormati dan disegani oleh para karyawan kita.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com