Ajar anak mengenal kesetaraan gender di lingkungan sekolah memang harus dimulai dari tenaga pengajar dan lapisan teratas sekolah. Peran guru sangat penting dalam membentuk pemahaman dan kesadaran anak-anak tentang pentingnya kesetaraan gender. Oleh karena itu, ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh para tenaga pendidik agar bisa menerapkan kesetaraan gender di lingkungan sekolah.
Pertama, para guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Anak-anak sering kali meniru apa yang mereka lihat dari orang dewasa, termasuk guru-guru mereka. Oleh karena itu, para guru harus waspada terhadap asumsi mereka sendiri tentang gender dan harus siap untuk mengoreksi bias tersebut ketika mereka menyadarinya. Dalam situasi yang relevan, para guru harus mendukung siswa untuk percaya pada potensi mereka untuk mencapai cita-cita, terlepas dari identitas gender mereka. Para guru juga harus mengajarkan kepada anak-anak bahwa gender bukanlah suatu kelemahan.
Selain itu, materi belajar yang diberikan oleh para guru juga harus bebas dari stereotip gender. Misalnya, para guru tidak boleh lagi menggunakan contoh bos yang selalu digambarkan sebagai sosok pria atau menganggap bahwa kegiatan rumah tangga hanya dilakukan oleh ibu. Dengan menghilangkan stereotip seperti ini, para guru dapat membantu anak-anak untuk memahami bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuan dan potensi yang mereka miliki.
Para guru juga harus menghindari membentuk karakteristik khusus berdasarkan gender. Hindari mengucapkan kalimat seperti “laki-laki tidak menangis” atau “perempuan tidak berkelahi”, yang dapat membatasi pemahaman anak-anak tentang peran gender. Sebaliknya, para guru harus mengajarkan kepada anak-anak bahwa semua orang boleh menangis, termasuk anak laki-laki. Selain itu, anak perempuan juga boleh berkelahi, terutama jika mereka ingin melindungi diri mereka sendiri. Dengan menghindari melabeli anak-anak berdasarkan gender mereka, para guru dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan membebaskan anak-anak dari batasan-batasan yang tidak perlu.
Selanjutnya, para guru juga harus menggabungkan kegiatan anak laki-laki dan perempuan. Hindari memisahkan mereka ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah, terutama saat kegiatan olahraga. Biarkan mereka berbaur dan berinteraksi satu sama lain dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam pemilihan tempat duduk di kelas. Para guru juga tidak perlu ragu untuk menggabungkan anak laki-laki dan perempuan dalam mengerjakan proyek bersama. Dengan menggabungkan kegiatan anak laki-laki dan perempuan, para guru dapat membantu menciptakan kesadaran tentang kesetaraan gender dan menghilangkan pemisahan yang mungkin ada di antara mereka.
Selain itu, para guru juga harus memastikan bahwa setiap materi pendidikan yang mereka gunakan menunjukkan gender dalam ukuran yang sama. Artinya, semua gender harus mendapatkan jumlah perhatian dan kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran. Para guru harus menghindari memberikan preferensi kepada salah satu gender dalam memberikan materi pelajaran atau dalam memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di sekolah. Dengan memastikan bahwa setiap gender mendapatkan perlakuan yang adil dan setara, para guru dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan merangsang perkembangan anak-anak secara keseluruhan.
Terakhir, para guru dapat menggunakan contoh nyata untuk mengenalkan konsep kesetaraan gender kepada anak-anak. Mereka dapat membantu siswa mengidentifikasi contoh-contoh bias gender dalam kegiatan belajar, seperti melalui buku bacaan, pelajaran sejarah, kasus hukum sesuai dengan usia mereka, dan perubahan budaya yang terjadi di dunia. Dengan menggunakan contoh-contoh nyata, para guru dapat membantu anak-anak untuk memahami pentingnya kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Namun, tidak hanya para guru yang perlu berperan dalam menerapkan kesetaraan gender di lingkungan sekolah. Lapisan teratas sekolah juga harus ikut serta mendukung dan mempromosikan kegiatan yang memperkuat kesetaraan gender di sekolah. Kepala sekolah dan staf administrasi sekolah harus memberikan dukungan penuh kepada para guru dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Mereka juga harus memastikan bahwa kebijakan sekolah mendukung kesetaraan gender dan tidak ada diskriminasi berdasarkan gender di sekolah.
Selain itu, orang tua juga memiliki peran penting dalam mengajarkan anak-anak tentang kesetaraan gender. Orang tua harus mendukung kegiatan yang dilakukan oleh sekolah untuk mengenalkan konsep kesetaraan gender kepada anak-anak. Mereka juga harus memberikan contoh yang baik di rumah dengan mempraktikkan kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dukungan dari semua pihak, baik guru, sekolah, dan orang tua, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung perkembangan anak-anak secara keseluruhan.
Dalam usaha untuk menerapkan kesetaraan gender di lingkungan sekolah, ada beberapa hal yang harus dihilangkan dari kebiasaan mengajar. Menurut survei, masih terdapat ketimpangan dalam perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan di sekolah. Hal ini terlihat dari perilaku para tenaga pengajar yang secara tidak sadar memberikan perhatian yang lebih sedikit kepada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki di kelas. Bias ini terbentuk karena anak laki-laki sering dianggap lebih nakal, sehingga guru cenderung lebih aktif memantau dan terlibat dengan mereka di kelas. Hal ini memberikan kesan bahwa anak laki-laki memiliki hak untuk berbicara tanpa izin, sementara anak perempuan seringkali tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbicara dalam kelas atau diskusi.
Untuk mengatasi ketimpangan ini, para tenaga pengajar harus mulai memberikan perhatian yang sama rata kepada semua murid, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka harus meyakinkan anak-anak bahwa mereka memiliki kesempatan dan hak yang sama selama berada di lingkungan sekolah. Para guru juga harus menghindari memihak kepada salah satu gender dalam memberikan perhatian dan kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah. Dengan demikian, anak-anak akan merasa dihargai dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mengemukakan pendapat mereka.
Selain itu, para guru juga harus mendorong anak-anak untuk saling menghormati dan mendukung satu sama lain, tanpa memandang gender. Mereka harus mengajarkan nilai-nilai kesetaraan gender kepada anak-anak, seperti menghormati perbedaan dan menerima bahwa semua orang memiliki hak yang sama. Para guru juga dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang memperkuat kerjasama antara anak laki-laki dan perempuan, seperti proyek kelompok atau kegiatan sosial bersama. Dengan demikian, anak-anak akan belajar untuk bekerja sama dan menghargai kontribusi setiap individu, tanpa memandang gender mereka.
Dalam kesimpulannya, pendidikan tentang kesetaraan gender di lingkungan sekolah sangatlah penting. Para guru memiliki peran yang besar dalam membentuk pemahaman dan kesadaran anak-anak tentang pentingnya kesetaraan gender. Dengan menerapkan tips-tips yang telah disebutkan di atas, para guru dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung perkembangan anak-anak secara keseluruhan. Namun, tidak hanya para guru yang perlu berperan dalam menerapkan kesetaraan gender di sekolah. Lapisan teratas sekolah dan orang tua juga harus ikut serta mendukung dan mempromosikan kegiatan yang memperkuat kesetaraan gender di sekolah. Dengan kerjasama dari semua pihak, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang adil dan merangsang perkembangan anak-anak secara keseluruhan.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com