Dampak Menonton TV pada Interaksi Orangtua dan Anak
Menonton TV memang menjadi kegiatan yang populer di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Human Communication Research menunjukkan bahwa menonton TV dapat menyebabkan berkurangnya interaksi antara orangtua dan anak. Bahkan, aktivitas ini juga memiliki dampak buruk pada kemampuan menulis, membaca, dan bahasa anak.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kelompok ibu dan anak yang membaca buku bersama-sama memiliki komunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan pasangan ibu dan anak yang menonton TV. Meskipun jumlah komunikasi saat membaca buku tidak secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok ibu dan anak yang bermain dengan mainan seperti mobil-mobilan atau boneka, namun kualitas respons ibu lebih tinggi ketika anak-anak mereka membaca buku dan bermain.
Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi saat membaca buku dan bermain bersama anak lebih bermakna dibandingkan dengan menonton TV. Meskipun televisi dapat memberikan gambaran kehidupan anak-anak di pedesaan Papua atau menonton pertandingan sepak bola kesayangan para ayah, namun kita perlu menyadari bahwa televisi juga memiliki bahaya yang mengancam anak-anak kita.
Beberapa fakta yang diambil dari buku Batasi TV dan Nikmati Hidup terbitan Kita dan Buah Hati menunjukkan bahwa satu dari dua orangtua menggunakan TV untuk menghibur anak saat mereka memiliki hal penting untuk dikerjakan. Menonton TV lebih dari 10 jam dapat menurunkan prestasi akademik anak. Selain itu, satu dari dua anak usia 8-16 tahun dan satu dari empat anak usia 6 tahun ke bawah memiliki TV di kamar mereka. Bahkan, delapan dari sepuluh anak usia 2-7 tahun menghabiskan waktu menonton TV tanpa pengawasan orang dewasa.
Bahkan, 95% anak usia di atas 7 tahun menonton TV tanpa orangtua mereka. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak semakin terpapar dengan program-program televisi tanpa adanya pengawasan orangtua. Selain itu, anak-anak di bawah usia 6 tahun hanya menghabiskan waktu 41 menit per hari untuk membaca atau dibacakan buku. Hal ini menjadi perhatian karena membaca memiliki manfaat yang lebih baik daripada menonton TV.
Selain itu, peningkatan berita pembunuhan sebesar 721% dari 1993 hingga 1996 menjadi hal yang memprihatinkan. Berita-berita semacam ini sering kali ditayangkan di televisi, dan ini membuka peluang bagi anak-anak untuk menyaksikan kekerasan atau pembunuhan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk membatasi paparan anak-anak terhadap program-program televisi yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Saya pribadi juga mengakui bahwa masih sering menggunakan televisi sebagai “pengalih perhatian” saat saya sedang sibuk atau tidak ada pengasuh di rumah. Namun, saya pernah berkesempatan membuat program kartun untuk anak bersama Ibu Elly Risman, dan menurutnya perubahan warna, gerak, dan suara yang tersaji di televisi berlangsung sangat cepat, yaitu sekitar 2-3 detik. Sementara itu, kemampuan otak anak untuk menyampaikan informasi antar sinaps adalah 4-6 detik. Oleh karena itu, televisi dapat membatasi daya konsentrasi anak dan menghasilkan anak dengan jarak perhatian yang pendek.
Meskipun saat ini terdapat banyak program anak yang bagus di televisi nasional seperti Jalan Sesama dan Si Bolang, masih sering terjadi penayangan iklan sinetron dewasa saat jeda iklan program anak-anak. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman anak terhadap dunia dewasa yang belum sesuai dengan usia mereka.
Selain itu, televisi juga dapat merenggangkan hubungan antara anggota keluarga. Banyak keluarga yang memiliki lebih dari satu televisi, yang digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa untuk menonton program kesukaan masing-masing. Hal ini tentu berpotensi mengurangi waktu yang dihabiskan bersama oleh anggota keluarga, yang seharusnya digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain.
Berbagai dampak buruk yang ditimbulkan oleh televisi pada anak dan keluarga perlu menjadi perhatian kita sebagai orangtua. Oleh karena itu, berikut ini adalah beberapa kiat dari Ibu Elly Risman tentang bagaimana membatasi penggunaan televisi:
1. Hindari memberikan anak di bawah 2 tahun untuk menonton TV.
2. Batasi waktu menonton TV anak usia 5-7 tahun menjadi maksimal 2 jam per hari.
3. Buat kesepakatan dengan anak tentang hari apa saja mereka boleh menonton TV dan diskusikan program-program yang boleh mereka tonton.
4. Pindahkan televisi dari kamar anak untuk mengurangi godaan anak untuk terus menonton TV tanpa pengawasan.
Sebagai orangtua, kita perlu mempertimbangkan secara matang apakah televisi memberikan manfaat yang lebih besar daripada dampak negatifnya pada anak-anak dan keluarga kita. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam mengatur penggunaan televisi agar tidak menghambat interaksi dan perkembangan anak-anak kita.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com