Kontes Kecantikan Anak: Fenomena yang Menakutkan dan Merugikan
Pada saat ini, fenomena kontes kecantikan anak semakin marak di berbagai belahan dunia. Kontes ini mempertontonkan anak-anak yang mengenakan make up tebal dan baju glamor, seolah-olah mereka adalah miniatur dari para model dewasa. Namun, perlu dipertanyakan apakah kontes kecantikan anak ini sesuai dengan kepentingan dan hak-hak anak-anak itu sendiri.
Dalam artikel yang ditulis oleh Sazqueen berjudul Kontes Eksploitasi Anak, penulis mengungkapkan rasa setuju terhadap pandangan bahwa kontes kecantikan anak adalah hal yang sangat menakutkan. Seharusnya, masa kecil adalah waktu di mana anak-anak dapat menikmati bermain dengan teman-teman sebaya mereka, belajar di sekolah, dan menjalani liburan bersama keluarga mereka. Namun, anak-anak peserta kontes kecantikan justru sibuk mencari ketenaran, kepopuleran, dan kekayaan dengan mengeksploitasi diri mereka sendiri.
Saya sepenuhnya setuju dengan pandangan tersebut. Menurut saya, anak-anak seharusnya terlihat lebih cantik saat tidak mengenakan make up dan menggunakan baju biasa khas anak-anak. Mereka terlihat jauh lebih muda dan segar ketika tidak dipaksa untuk terlihat seperti orang dewasa. Mengapa kita harus memaksakan standar kecantikan dewasa pada anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecil mereka?
Terkait dengan inisiatif untuk mengikuti kontes kecantikan, saya sangat yakin bahwa inisiatif tersebut tidak mungkin berasal dari anak-anak itu sendiri, melainkan dari para ibu mereka. Ada beberapa kemungkinan mengapa seorang ibu sampai tega-teganya mengikutsertakan anaknya dalam kontes kecantikan. Pertama, sang ibu mungkin memiliki mimpi untuk mengikuti kontes kecantikan semasa mudanya, tetapi tidak kesampaian. Oleh karena itu, ia menggunakan anaknya sebagai penerus mimpinya. Kedua, sang ibu mungkin sudah menjadi peserta kontes kecantikan di masa lalunya dan ingin terus merasakan euforia dan kegembiraan yang dirasakan saat mengikuti kontes tersebut. Ia kemudian menyuruh anaknya untuk melanjutkan karirnya di dunia kecantikan. Kemungkinan ketiga adalah untuk mendapatkan uang yang banyak. Kontes kecantikan anak seringkali menjanjikan hadiah berupa uang atau kontrak dengan agensi model, yang tentunya menarik bagi sang ibu.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah kontes kecantikan anak ini membawa manfaat yang sebanding dengan risiko yang ditimbulkan? Menurut artikel Kontes Eksploitasi Anak, ada beberapa komentar yang menyebutkan bahwa acara Little Miss Indonesia didampingi oleh psikolog dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Hal ini sangat miris karena banyak penelitian yang menyebutkan dampak negatif kontes kecantikan anak terhadap psikologis anak.
Para peneliti sependapat bahwa jika anak-anak terlalu fokus dengan penampilan sejak kecil, maka kepercayaan diri, body image, dan harga diri mereka akan terganggu saat mereka dewasa nanti. Anak-anak yang mengikuti kontes kecantikan akan kesulitan mencari jati diri mereka saat remaja, dan mereka akan terobsesi dengan kesempurnaan, diet, eating disorder, dan body image saat mereka dewasa. Lingkungan yang penuh dengan kritik saat mereka kecil dapat membuat mereka memasang target kesempurnaan yang tidak mungkin dicapai.
Selain itu, anak-anak yang terlibat dalam kontes kecantikan juga rentan terhadap eating disorder seperti anoreksia dan bulimia. Partisipasi yang intens dalam kontes kecantikan cenderung membuat anak-anak berpikir bahwa kecantikan fisik dan daya tarik adalah kunci menuju kesuksesan. Mereka beranggapan bahwa harga diri dan kepercayaan diri mereka bergantung pada penampilan mereka. Sikap seperti ini memberikan pesan bahwa kecantikan alami dan kepintaran tidaklah cukup untuk meraih kesuksesan.
Lebih lanjut, anak-anak yang mengikuti kontes kecantikan juga berpikir bahwa mereka akan mendapatkan kasih sayang dan persetujuan dari orangtua atau orang dewasa tergantung pada seberapa sempurna penampilan mereka dan seberapa baik mereka tampil di panggung. Tidak banyak anak yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dan dorongan untuk mengikuti kontes kecantikan dengan seimbang. Hubungan antara ibu dan anak terkadang hanya terlihat dari permukaan saja, dengan saling berpelukan dan melemparkan senyuman selebar mungkin. Namun, di balik permukaan tersebut, terdapat masalah yang mendalam dan ketidakseimbangan dalam hubungan tersebut.
Selain masalah psikologis, masalah keamanan anak juga menjadi perhatian utama. Anak-anak yang terlihat lebih dewasa dan mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan usia mereka dapat menjadi sasaran dari pihak yang tidak diinginkan, seperti pelaku pedofil. Di luar negeri, terdapat beberapa kasus pembunuhan terhadap anak-anak peserta kontes kecantikan. Kontes kecantikan anak juga seringkali dilaksanakan pada akhir pekan, sehingga anak-anak tidak memiliki waktu luang untuk membangun hubungan yang sehat, mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baik, serta mengejar cita-cita mereka sendiri.
Dalam pandangan saya, mengikuti kontes kecantikan dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan membuka peluang karir bagi anak-anak, asalkan mereka tetap diimbangi dengan aktivitas anak-anak pada umumnya. Anak-anak harus diberikan rasa cinta yang bersyarat oleh orangtua mereka, bukan karena mereka tampil sempurna sesuai dengan tuntutan orangtua. Orangtua harus menunjukkan bahwa mereka mencintai anak-anak mereka apa adanya, tanpa harus memaksa mereka untuk terlihat sempurna.
Dalam konteks Indonesia, kita semua harus berusaha menjauhkan diri dari fenomena kontes kecantikan anak yang merugikan. Kita harus menyadari bahwa masa kecil adalah waktu yang berharga bagi anak-anak untuk menikmati kebebasan dan kreativitas mereka. Melarang atau membatasi kontes kecantikan anak adalah langkah awal yang bisa diambil oleh pemerintah dan masyarakat untuk melindungi hak-hak anak-anak dan memastikan bahwa mereka tumbuh dan berkembang dengan sehat dan bahagia.
Selain itu, pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai yang seimbang antara penampilan dan kepintaran juga perlu diperkuat. Anak-anak harus diajarkan bahwa kecantikan sejati bukan hanya terletak pada penampilan fisik, tetapi juga pada kebaikan hati, kecerdasan, dan kemampuan mereka dalam berkontribusi kepada masyarakat. Dengan demikian, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan memiliki kecenderungan untuk mencapai kesuksesan yang sejati.
Dalam kesimpulannya, kontes kecantikan anak adalah fenomena yang menakutkan dan merugikan. Anak-anak seharusnya diberikan kesempatan untuk menikmati masa kecil mereka, tanpa harus terbebani dengan tuntutan kecantikan dan penampilan. Kontes kecantikan anak berpotensi menimbulkan masalah psikologis, mengganggu perkembangan anak-anak, dan bahkan mengancam keamanan mereka. Oleh karena itu, kita semua harus berperan aktif dalam melindungi hak-hak anak-anak dan memastikan bahwa mereka tumbuh dan berkembang dengan sehat dan bahagia.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com