Cegah Anak Berbuat Curang Dengan Cara Ini
Memasuki usia 5-6 tahun, Anak sudah mulai mengenal kompetisi. Baik kompetisi ketika ia sedang bermain bersama teman-temannya maupun kompetisi lain yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikannya. Sebagai Bunda, tentu senang ya melihat anak kita aktif berkompetisi karena bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi Anak. Namun, perlu Bunda ketahui, ternyata selain mengenal kompetisi sejak dini, Anak juga mengenal perbuatan curang sejak dini lho. Namun di usia pra sekolahnya, Anak cenderung cuek dengan perbuatan curang yang dilakukannya.
Anak yang terbiasa berbuat curang meskipun tidak menganggap perbuatannya serius ternyata bisa menyebabkan masalah yang serius di kemudian hari lho Bu. Bahan ketika memasuki usia 8 tahun dan seterusnya, Anak yang sering berbuat curang bisa dicap “tukang nyontek” atau “si tukang curang” oleh teman-temannya. Hal tersebut tentunya tidak baik untuk tumbuh kembang Anak karena Anak bisa menjadi korban bullying di lingkungan teman-temannya.
Nah Bunda tentunya tidak mau kan Anak tumbuh menjadi anak yang suka berbuat curang dan tidak jujur? Simak tips berikut untuk mencegah Anak berbuat curang yuk!
Heading 2: Berikan contoh yang baik pada Anak
Pendidikan moral pertama Anak berasal dari keluarga. Jika ada anggota keluarga yang berperilaku tidak baik, kemungkinan besar Anak akan meniru perilaku tersebut di kemudian hari. Jadi tidak ada salahnya Bunda melihat kembali di lingkungan keluarga apakah Bunda atau Ayah sering berlaku curang atau tidak.
Hal-hal sederhana seperti tidak mengembalikan uang kembalian yang berlebihan bisa menjadi contoh yang tidak baik lho bagi Anak. Pastikan Bunda dan Ayah memberikan contoh yang baik bagi Anak. Selalu ingat pedoman bahwa Anak merupakan peniru yang baik. Dengan memberi contoh kepada Anak untuk tidak curang maka seiring dengan tumbuh kembangnya, Anak akan mengerti bahwa curang merupakan perbuatan yang tidak baik.
Heading 2: Beritahu Anak, dalam kompetisi tidak selalu menang
Wajar dalam setiap kompetisi yang diikuti, Anak berambisi untuk menang. Namun bukan hal yang baik jika kemenangan Anak diperoleh dengan cara curang. Bunda bisa mulai menanamkan pada Anak bahwa di setiap kompetisi pasti ada yang menang dan yang kalah. Jika Anak kalah dalam satu kompetisi Bunda bisa memberikan pengertian bahwa ia masih bisa mencoba di kompetisi lainnya.
Konsep menang dengan cara curang merupakan perbuatan yang tidak baik juga perlu Bunda tanamkan sejak dini. Beritahu Anak bahwa Bunda tidak bangga jika Anak memperoleh kemenangan dengan cara curang. Dengan begitu Anak akan berusaha untuk tidak berbuat curang di setiap kompetisi yang diikutinya.
Heading 2: Ajarkan Anak untuk menerima kekalahan
Kalah dalam kompetisi tentu menjadi hal yang menyedihkan, terlebih jika kekalahan terjadi pada kompetisi pertama yang diikuti oleh Anak. Namun Bunda tidak perlu ikut bersedih, sebagai Bunda yang cerdas, sebaiknya Bunda memberikan pengertian dan semangat pada Anak.
Ketika mengalami kekalahan, Anak akan merasa sedih dan cenderung murung. Berikan pengertian bahwa kalah bukanlah akhir dari semua kompetisi. Masih banyak kompetisi yang bisa diikuti oleh Anak. Bunda juga perlu memberikan semangat pada Anak dengan tetap membimbing dan mengasah keterampilan Anak agar di kompetisi selanjutnya Anak bisa memperoleh kemenangan tanpa berbuat curang.
Bunda bisa menerapkan cara-cara di atas untuk mendidik Anak agar tidak mudah berbuat curang dan pantang menyerah. Bila perlu Bunda juga bisa memberikan contoh dari kehidupan nyata kegagalan para ilmuwan seperti Einstein, Alexander Graham Bell sebelum akhirnya berhasil menjadi ilmuwan.
Dengan memberikan contoh yang baik, mengajarkan Anak tentang pentingnya fair play, dan mengajarkan Anak untuk menerima kekalahan, Bunda dapat membantu mencegah Anak berbuat curang. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Bunda dalam mendidik Anak agar tumbuh menjadi individu yang jujur dan berintegritas.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com