Antara Melatih dan Membiasakan Anak Mana Yang Efektif?
Pada zaman yang serba modern ini, banyak orangtua yang mencari cara efektif untuk mengarahkan anak-anak mereka pada sikap mental dan perilaku yang baik. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah lebih baik melatih anak atau membiasakan mereka? Apakah efektif jika keduanya digabungkan? Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai kombinasi melatih dan membiasakan anak serta mana yang lebih efektif dalam membentuk sikap mental dan perilaku anak.
Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan melatih dan membiasakan anak. Melatih anak berarti memberikan pengajaran dan instruksi kepada anak untuk mempelajari suatu keterampilan atau perilaku tertentu. Melatih anak melibatkan penggunaan aturan, disiplin, dan pendekatan yang lebih terstruktur untuk membentuk sikap dan perilaku anak. Sementara itu, membiasakan anak berarti mengajarkan anak untuk terbiasa dengan suatu perilaku atau rutinitas tertentu melalui pengulangan dan konsistensi. Membiasakan anak melibatkan pembentukan kebiasaan dan pola pikir yang positif melalui pengulangan dan pengarahan yang terus-menerus.
Kombinasi melatih dan membiasakan anak dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam mengarahkan anak pada sikap mental dan perilaku yang diinginkan. Namun, efektivitasnya tergantung pada seberapa konsisten orangtua dalam menjadi model yang baik bagi anak. Orangtua harus menjadi contoh yang konsisten dan memberikan pengarahan yang jelas kepada anak agar anak dapat mengikuti dan memahami apa yang diharapkan dari mereka.
Sebagai contoh, Susan (31 tahun), seorang ibu dengan seorang anak berusia 2 tahun, merasa bingung melihat beberapa wanita yang mengikuti kelas khusus untuk melatih anak-anak mereka yang baru berusia dua bulan tidur, makan, dan bermain dengan jadwal yang telah ditentukan. Para ibu ini juga melatih anak-anak mereka untuk tidak rewel di tempat umum. Susan merasa bahwa metode ini terlalu memaksa anak dan lebih baik jika anak dibiarkan mengikuti jadwal mereka sendiri. Menurutnya, pendekatan pengasuhan lebih baik daripada memaksa anak mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
Namun, ada juga orangtua yang memberlakukan peraturan atau jadwal yang kaku pada anak-anak mereka. Mereka ingin anak-anak mereka terbiasa dengan hidup yang teratur dan disiplin. Mereka memberikan batasan-batasan kepada anak-anak mereka, misalnya dengan mengancam bahwa mereka tidak boleh menangis di acara keluarga atau bahwa mereka tidak akan mendapatkan bantuan jika mereka terus menangis. Orangtua ini berpendapat bahwa dengan memberikan batasan-batasan ini, anak-anak mereka akan belajar untuk bersikap lebih baik.
Tidak sedikit pula orangtua yang mencoba membiasakan anak mereka dengan cara yang lebih santai. Mereka berpendapat bahwa dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk belajar dan berkembang dengan lambat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, pendekatan ini dapat membuat anak kehilangan disiplin dan etika dalam bersikap karena mereka berpikir bahwa orangtua akan selalu memahami mereka. Pertanyaannya adalah kapan kita harus mendengarkan keinginan anak? Mana yang lebih efektif, melatih atau membiasakan?
Menurut psikolog anak Indri Savitri M.Si dari Lembaga Terapan UI, setiap orangtua memiliki citra anak ideal yang berbeda-beda. Namun, orangtua harus menyadari bahwa citra ideal ini tidak selalu dapat tercapai dengan mudah. Ada kalanya anak tidak tumbuh sesuai dengan harapan orangtua. Namun, hal ini tidak boleh membuat orangtua memaksa anak untuk memenuhi citra ideal mereka. Hal ini justru dapat menghambat perkembangan anak. Orangtua harus tetap mengenal karakter dan kemampuan anak mereka, serta mengembangkan sikap toleransi terhadap anak. Toleransi bukan berarti memanjakan anak, tetapi menghargai dan memahami anak dengan baik.
Psikolog Winarini Wilman PhD Psi dari Universitas Indonesia juga berpendapat bahwa melatih dan membiasakan anak dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam mengasuh anak. Namun, metode ini harus diterapkan dengan bijaksana. Melatih anak berarti mengajarkan anak untuk mematuhi aturan dan disiplin dengan menggunakan ancaman. Sementara itu, membiasakan anak berarti mengajarkan anak untuk terbiasa dengan suatu perilaku atau rutinitas tertentu melalui pengulangan dan konsistensi. Winarini berpendapat bahwa lebih baik jika orangtua lebih banyak menggunakan metode membiasakan anak karena metode ini tidak hanya mengembangkan kognisi anak, tetapi juga melatih motorik dan afeksi anak. Metode membiasakan juga dapat diterapkan sejak anak usia satu tahun.
Namun, Winarini menekankan bahwa pendekatan melatih dan membiasakan anak harus dilakukan tanpa hukuman atau ancaman. Penggunaan hukuman atau ancaman dalam pendekatan ini dapat menciptakan kebiasaan atau perilaku buruk pada anak. Oleh karena itu, orangtua harus menggunakan pendekatan yang lebih bijaksana dan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik anak. Pendekatan melatih dan membiasakan anak harus disesuaikan dengan nilai-nilai keluarga, karakteristik anak, kondisi dan situasi tertentu.
Dini Andrini, seorang psikolog dari Cikal Sehat-Sehat, juga berpendapat bahwa melatih dan membiasakan anak merupakan pendekatan yang sama-sama penting dalam pengasuhan anak. Metode melatih dapat diterapkan sejak anak lahir, sementara metode membiasakan dapat dimulai sekitar usia 8 bulan. Kedua metode ini dapat dikombinasikan untuk membiasakan anak pada kegiatan tertentu. Misalnya, melatih anak untuk makan di meja makan dengan memberikan reward berupa waktu berkumpul bersama keluarga di meja makan.
Dr William Sears, seorang dokter spesialis anak dari AS, berpendapat bahwa pola pengasuhan yang terlalu mengikat pada jadwal makan bayi dapat menghilangkan momen penting seperti komunikasi antara orangtua dan anak. Orangtua juga kehilangan kemampuan untuk membaca respon anak mereka. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengenal karakter anak mereka dan membantu mereka menata diri dengan tepat. Komunikasi yang terbuka antara orangtua dan anak juga penting untuk mengetahui harapan masing-masing pihak. Dalam keluarga, harus ada budaya teratur yang menjadi kunci keberhasilan pendidikan anak.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kombinasi melatih dan membiasakan anak dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam mengarahkan anak pada sikap mental dan perilaku yang baik. Namun, efektivitasnya tergantung pada konsistensi dan pendekatan yang digunakan oleh orangtua. Orangtua harus menjadi contoh yang baik dan memberikan pengarahan yang jelas kepada anak. Mereka juga harus mengenal karakter dan kemampuan anak serta mengembangkan sikap toleransi terhadap anak. Melatih dan membiasakan anak tidak boleh dilakukan dengan menggunakan hukuman atau ancaman, tetapi dengan pendekatan yang bijaksana dan memperhatikan kebutuhan anak. Dengan pendekatan yang tepat, orangtua dapat membentuk sikap mental dan perilaku anak dengan efektif.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com