Anak tantrum seringkali menjadi momok bagi para orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki anak balita. Tantrum adalah kondisi di mana anak meledakkan emosi dengan menunjukkan sikap keras kepala, marah, menangis histeris, bahkan melakukan aktivitas motorik yang sulit ditenangkan seperti memukul, membanting barang, atau berguling-guling di lantai. Tantrum dapat terjadi karena berbagai penyebab, dan memiliki beberapa fase yang perlu diketahui oleh orang tua agar dapat mengatasi dengan baik.
Penyebab tantrum pada anak biasanya berkaitan dengan keterbatasan kemampuan bahasa anak dalam mengekspresikan perasaan. Anak belum dapat mengungkapkan apa yang ia inginkan dengan kata-kata, sehingga ia meluapkan emosinya secara berlebihan. Selain itu, tantrum juga bisa terjadi karena anak menggunakan tantrum sebagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Jika anak mendapatkan apa yang ia mau setelah tantrum, kemungkinan besar ia akan mengulangi cara tersebut di kesempatan lain. Jadi, penting bagi orang tua untuk mengenali penyebab tantrum sehingga dapat mengatasi dengan tepat.
Fase-fase tantrum juga perlu diketahui agar orang tua dapat mengatasi dengan tepat. Fase pertama adalah fase penyangkalan, di mana anak mengabaikan petunjuk dari orang tua dan tidak mendengarkan perintah. Fase kedua adalah fase kemarahan, di mana anak menunjukkan amarahnya dengan menangis histeris, berteriak, memukul, dan menendang. Fase ketiga adalah fase tawar-menawar, di mana anak mencoba menawarkan sesuatu yang baik jika ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Fase keempat adalah fase kesedihan, di mana anak menangis karena keinginannya tidak dikabulkan. Dan fase terakhir adalah fase penerimaan, di mana anak mulai tenang dan dapat menerima penjelasan mengapa keinginannya tidak dikabulkan.
Untuk mengatasi tantrum pada anak, ada beberapa langkah yang dapat orang tua lakukan. Pertama, tetap tenang dan sabar. Jangan ikut emosi atau membalas berteriak saat anak tantrum, karena sikap yang tenang akan membuat tantrum lebih mudah untuk diatasi. Selanjutnya, cari tahu penyebab tantrum dengan bertanya langsung kepada anak. Jika anak belum dapat berbicara dengan lancar, orang tua dapat menggunakan pertanyaan sederhana seperti “Apakah kamu lapar?” atau “Apakah kamu masih ngantuk?”. Dengan mengetahui penyebab tantrum, orang tua dapat mengatasi dengan lebih efektif.
Selain itu, alihkan perhatian anak dengan memberikan hal lain yang menarik. Anak kecil cenderung cepat melupakan sesuatu dan tertarik pada hal baru. Orang tua dapat memberikan mainan kesukaan anak atau memberikan camilan saat anak tantrum untuk mengalihkan perhatiannya. Namun, penting untuk dihindari memukul atau mencubit anak saat tantrum, karena hal ini hanya akan membuat anak lebih rewel dan memperburuk situasi. Sebaliknya, pelukan dan kehadiran orang tua dapat memberikan anak rasa nyaman dan menenangkan.
Jika tantrum anak terjadi terlalu sering atau tantrumnya dapat menyakiti dirinya sendiri maupun orang lain, sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat. Tantrum dapat berkaitan dengan kemampuan emosional anak yang perlu dikendalikan dengan baik. Jika tidak ditangani dengan baik, tantrum dapat memengaruhi perkembangan emosi dan kebiasaan anak di masa depan.
Dalam mengatasi tantrum, orang tua juga perlu memperhatikan pola asuh yang diberikan kepada anak. Memberikan aturan yang konsisten, memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup, serta memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata adalah beberapa hal yang dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas tantrum pada anak.
Dalam menghadapi tantrum anak di tempat umum, orang tua juga perlu berhati-hati dalam tindakan yang diambil. Menasihati anak dengan keras dan kasar, menghukum dengan kekerasan fisik, atau memberikan apa yang anak mau hanya akan memperburuk situasi. Sebaliknya, tetap tenang, menjaga emosi, dan mencoba mengalihkan perhatian anak dengan hal yang menarik dapat membantu mengatasi tantrum di tempat umum.
Dalam mengatasi tantrum, orang tua juga perlu mengingat bahwa setiap anak memiliki kepribadian dan cara bereaksi yang berbeda-beda. Metode yang berhasil pada anak satu belum tentu berhasil pada anak lain. Oleh karena itu, orang tua perlu menjadi observan dan mencoba berbagai metode yang sesuai dengan karakteristik anak. Dalam hal ini, konsultasi dengan dokter anak atau ahli psikologi juga dapat menjadi langkah yang baik untuk mendapatkan panduan yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan anak.
Dalam kesimpulan, tantrum adalah kondisi yang sering dialami oleh anak-anak. Tantrum dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan memiliki beberapa fase yang perlu diketahui oleh orang tua. Mengatasi tantrum membutuhkan kesabaran dan pemahaman akan kebutuhan anak. Dengan tetap tenang, mencari tahu penyebab tantrum, mengalihkan perhatian anak, dan memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup, orang tua dapat membantu anak mengatasi tantrum dengan baik. Penting bagi orang tua untuk selalu mengingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik, dan mungkin membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam mengatasi tantrum.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com