Gejala Sensory Processing Disorder pada Anak
Sensory Processing Disorder (SPD) atau Gangguan Pengolahan Sensorik adalah suatu kondisi di mana anak mengalami kesulitan dalam mengatur dan memproses informasi sensorik yang diterima oleh tubuhnya. Anak-anak dengan SPD mungkin memiliki respons yang berlebihan atau kurang terhadap rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, rasa, bau, sentuhan, dan gerakan. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengkoordinasikan gerakan tubuh mereka.
Sebagai seorang ibu, saya mengalami sendiri bagaimana gejala SPD mempengaruhi anak saya, Rimba. Satu gejala yang sering terlihat pada anak-anak dengan SPD adalah sensitivitas yang sangat tinggi atau bahkan tidak sensitif terhadap rangsangan sensorik. Pada Rimba, dia menunjukkan gejala yang kedua, yaitu ketidakmampuannya untuk diam dan selalu bergerak tanpa henti. Beberapa anak dengan SPD juga bisa menjadi sangat pasif dan cenderung diam tanpa minat untuk bergerak.
Selain itu, anak-anak dengan SPD sering mengalami keterlambatan dalam mengembangkan keterampilan motorik dan bahasa. Rimba mengalami keterlambatan dalam kedua aspek ini. Dia kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan motorik kasar dan halusnya, seperti berjalan, melompat, dan menulis. Dia juga mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengungkapkan diri dengan kata-kata.
Bukan hanya itu, anak-anak dengan SPD juga umumnya memiliki keterbatasan dalam prestasi mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara apa yang mereka lakukan dengan kemampuan yang seharusnya mereka miliki di usia tertentu. Hal ini bisa membuat mereka merasa frustasi dan kurang percaya diri. Rimba juga mengalami masalah ini, dimana dia sering merasa rendah diri dan sulit mengarahkan dirinya sendiri.
Namun, sebagai orangtua, kita tidak boleh terburu-buru mengklaim bahwa anak mengalami Sensory Processing Disorder. Diagnosis pasti harus dilakukan oleh ahli. Setelah berkonsultasi dengan Vera Itabiliana Hadiwidjojo, seorang psikolog, saya belajar bahwa terapi okupasi adalah terapi yang disarankan untuk anak-anak dengan SPD. Terapi ini difokuskan pada pendekatan sensori integrasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian anak melalui latihan dan aktivitas yang terpilih.
Periode terapi tergantung pada tingkat keparahan gangguan yang dialami oleh anak. Selain terapi okupasi, aktivitas di rumah juga dapat membantu proses terapi. Sebagai orangtua, kita harus menyadari peran penting yang kita miliki dalam membantu anak-anak dengan SPD belajar dan mandiri.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai orangtua untuk mendukung perkembangan anak dengan SPD. Pertama, kita harus menerima kondisi anak apa adanya dan melihatnya sebagai keunikan, bukan sebagai penyakit. Kedua, kita perlu menjalin kerjasama yang baik dengan guru di sekolah dan terapis yang mendukung anak kita. Pertemuan berkala dengan mereka dapat membantu kita memahami perkembangan anak lebih baik.
Selain itu, kita juga perlu mencari kelebihan anak dan mengembangkannya agar menjadi kemampuan yang bisa dia banggakan dan menjadi bekal di masa depan. Setiap anak memiliki potensi dan bakat yang unik, dan sebagai orangtua, tugas kita adalah membantu mereka menemukan dan mengembangkan potensi tersebut.
Vera juga menyarankan agar anak-anak dengan SPD berada di lingkungan yang bisa memahami mereka dan memiliki pengalaman dalam menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sekolah inklusi dengan kelas kecil merupakan salah satu pilihan yang baik untuk anak-anak dengan SPD. Namun, tentu saja, biaya masuk sekolah inklusi bisa membuat dompet kita makin kering. Kita harus mencari solusi yang terbaik untuk anak kita.
Dalam perjalanan saya sebagai seorang ibu yang mencoba peruntungan di dunia freelancer, saya belajar bahwa anak-anak dengan SPD memiliki potensi untuk hidup normal dan berkembang optimal. Dengan dukungan dan peran orangtua yang tepat, mereka dapat mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup mereka.
Sebagai seorang ibu, saya berusaha untuk menerima kondisi Rimba apa adanya. Saya melihatnya sebagai anak yang unik dan istimewa. Saya menjalin kerjasama yang baik dengan guru di sekolah dan terapis yang membantunya. Saya juga mencari kelebihan Rimba dan mengembangkannya agar menjadi kemampuan yang bisa dia banggakan.
Dalam perjalanan ini, saya belajar bahwa kesabaran dan ketekunan adalah kunci untuk membantu anak-anak dengan SPD. Saya selalu berusaha untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada Rimba dalam setiap langkah perkembangannya. Saya yakin bahwa dengan cinta dan perhatian yang tepat, Rimba akan bisa mengatasi tantangan yang dihadapinya dan mencapai potensinya yang sebenarnya.
Kesimpulan
Sensory Processing Disorder adalah gangguan yang mempengaruhi cara anak mengolah dan merespons rangsangan sensorik. Anak-anak dengan SPD mungkin memiliki respons yang berlebihan atau kurang terhadap rangsangan sensorik. Mereka juga bisa mengalami keterlambatan dalam mengembangkan keterampilan motorik dan bahasa. Namun, dengan dukungan dan peran orangtua yang tepat, anak-anak dengan SPD dapat hidup normal dan berkembang optimal.
Sebagai orangtua, kita perlu menerima kondisi anak apa adanya dan melihatnya sebagai keunikan, bukan sebagai penyakit. Kita juga perlu menjalin kerjasama yang baik dengan guru di sekolah dan terapis yang mendukung anak kita. Selain itu, kita juga perlu mencari kelebihan anak dan mengembangkannya agar menjadi kemampuan yang bisa dia banggakan.
Dalam perjalanan ini, kesabaran dan ketekunan adalah kunci. Kita harus selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada anak-anak dengan SPD dalam setiap langkah perkembangannya. Dengan cinta dan perhatian yang tepat, mereka akan bisa mengatasi tantangan yang dihadapi dan mencapai potensi mereka yang sebenarnya.
Sebagai seorang ibu, saya berharap bahwa tulisan ini dapat memberikan pemahaman dan dukungan kepada orangtua yang memiliki anak dengan Sensory Processing Disorder. Kita tidak sendirian dalam perjalanan ini. Mari kita saling mendukung dan membantu anak-anak kita untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup mereka.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com