Adakah mommies yang pernah atau sering mendapatkan ucapan dari suami yang bikin sakit hati seperti berikut ini? Sini pukpuk dulu.. Memang ya, mulut itu bisa jadi ngademin, atau nyakitin. Hubungan suami istri pun nggak lepas dari perkataan-perkataan, yang entah keceplosan atau diniatin, meluncur dari mulut dan menimbulkan perkara rumah tangga.
Dari awal keisengan tanya-tanya fellow wives, tentang ucapan suami yang bikin istri sakit hati, ternyata setelah dikumpulkan, saya jadi berkesimpulan: wah ini sih bukan perkara sepele, ya. Suami wajib belajar memilih kata-kata yang tepat buat menyampaikan isi hatinya biar nggak bikin istri sakit hati. Demi kerukunan rumah tangga.
Berikut ini 10 Ucapan Suami yang Sering Bikin Istri Sakit Hati
“Rasanya kok beda, nggak kayak masakan ibu?”
Sudah berusaha masak setiap hari, tetap aja masih dikomplain. Padahal, setiap orang memiliki ciri khas dan cita rasa masakannya sendiri-sendiri. Buat mommies, jangan terlalu diambil hati ya, karena biar bagaimanapun pak suami dimasakin sang ibu sudah hampir seumur hidupnya, jadi butuh penyesuaian dengan cita rasa masakan mommies. Bilang pak suami kalau mommies nggak enak hati kalau dibandingkan seperti itu, sehingga suami bisa belajar untuk menerima masakan mommies.
“Seharian di rumah ngapain aja? Kok rumah berantakan begini, sih?”
Ngurus anak: nyuapin si adik yang lagi susah banget makan dan rewel seharian, mengawasi si kakak sekolah virtual, masak, beresin rumah yang habis itu bolak balik diberantakin lagi sama anak-anak. Makanya begitu suami pulang, yang kelihatan versi berantakannya. Ya udah, sih, anak-anak lagi masa-masa eksplor, sesekali terima aja kalau rumah berantakan. 10 tahun lagi juga nggak begini, kan?
“Bego banget sih?”
Percaya atau tidak, ada, lho, suami yang pernah mengucapkan kalimat seperti ini ke istrinya! Buat para suami, please banget, nggak perlu ngomong begini. Cukup tegur apa yang jadi kekurangan istri, dan minta ia perbaiki. Tapi ingat, tegur dengan kalimat asal kayak begini cuma bikin sakit hati, nggak bikin istri lebih baik. Maka dari itu, tegurlah dengan penuh kasih, biar nggak bikin istri sakit hati. So, pak suami, stop ucapkan kalimat semacam ini ke istri!
“Mandi dong, Ma, dari tadi nggak mandi-mandi”
Teman yang mengalami ini dalam hati bicara: “Emang nggak lihat apa dari tadi udah riweh banget sama ngurus rumah, anak, belum WFH. Kalau udah sempat, nggak disuruh juga udah mandi, kali!” Kesannya suami kurang pengertian dan pengennya istri rapi dan wangi aja ya, tanpa ngecek keribetan istri. Kalau mau istri cepat mandi, bantuiiiiinnn kerjaan istri dong, ayaaah! Hahaha.
“Masakannya kok gini-gini terus udah beberapa hari?”
Ternyata karena suami nggak memberi anggaran yang cukup untuk belanja keperluan dapur yang bervariasi. Kalau istri saja nggak komplain dengan dana yang diberikan suami dan berusaha cukup-cukupin untuk kebutuhan makan harian keluarga, harusnya suami juga nggak perlu komplain dengan menu masakan yang “begitu-begitu” aja, ya nggak?
“Belanja online melulu, boros banget, sih?”
Padahal, belanja onlinenya untuk kebutuhan harian, bukan jajan-jajan nggak penting! Udah gitu, bebas ongkir pula, dan sering dapat harga miring karena flash sale. Kurang hemat apa? Malah dibilang boros! Heran deh, yang dilihat seringnya paket yang datang ke rumah, padahal ini adalah pengganti aktivitas belanja ke luar rumah yang udah sangat jarang dilakukan karena efek pandemi. Bunda, jelaskan ini ke suami, ya!
“Nggak usah ngeluh capek terus, saya juga capek!”
Memang, sih, pasti sebal dibilang begitu, dan padahal bukan maksud ngeluh terus. Cuma sesekali istri ingin diperhatikan suami, sayangnya momennya kadang kurang tepat, pas suami juga lagi kelelahan. Intinya sama-sama capek, cobalah untuk menumbuhkan empati dan saling pengertian satu sama lain, ya?
Bagaimana dengan empat kalimat lainnya? Langsung aja baca di halaman selanjutnya.
“Itu anak nangis kok didiemin aja, sih?”
Nah ini… istri lagi masak, anak nangis, kalau masakan ditinggal bisa gosong. Sementara suami lagi santai, mbok gendong anaknya sebentar, hibur-hibur bawa keluar, kek, masa harus nunggu istri kelar masak? Huffttt…
“Diet dong Ma, badan udah lebar banget tuh..”
Meski tujuannya baik, tapi kalau suami bilang begini, rasanya tetap aja nggak enak di hati, ya?! Kesannya suami nggak terima dengan transformasi istri setelah melahirkan 2 anak, dan sedang fokus ke anak, kadang sampai lupa mikirin diri sendiri. Mungkin lebih enak kalau suami bilang: “Kita udah lama nggak olah raga bareng nih Ma, yuk mulai lagi, biar sehat, syukur-syukur kurusan.”
“Ibu rumah tangga nggak harus lecek gitu kali, dandan dong biar segeran”
Masih urusan fisik, kadang ada, lho, suami yang suka berkata seperti ini ke istri. Padahal di rumah juga emang mau ke mana sih pake blush on dan lipenan? Yang ada luntur kena keringat akibat lari sana-sini ngejar si kecil lari-larian. Nggak usah khawatir pak suami, kalau pergi juga pasti dandan, pakai baju bagus.
Bunda mau nambahin? Yuk, kita sharing di sini!
Melihat daftar ucapan-ucapan tersebut, kita bisa merasakan betapa sakit hatinya para istri yang mendapatkan komentar-komentar seperti itu dari suami. Sebagai suami, seharusnya kita bisa memahami perasaan istri dan belajar untuk mengungkapkan perasaan atau kritik dengan kata-kata yang lebih bijaksana dan tidak menyakiti hati istri. Komunikasi yang baik dan saling memahami adalah kunci utama dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.
Sebagai istri, tentu kita juga perlu mengkomunikasikan perasaan kita kepada suami. Jangan biarkan perasaan sakit hati tersimpan dalam hati, karena hal itu hanya akan memperburuk hubungan kita dengan suami. Bicarakan dengan suami tentang perasaan kita dan bagaimana kita ingin diperlakukan. Suami yang baik pasti akan mendengarkan dan berusaha untuk memperbaiki diri.
Selain itu, sebagai pasangan suami istri, kita juga perlu belajar untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Jangan pernah meremehkan atau merendahkan peran masing-masing dalam rumah tangga. Suami dan istri memiliki peran yang sama pentingnya dalam menjaga kelangsungan rumah tangga dan kebahagiaan keluarga.
Dalam setiap perkataan atau ucapan, kita juga perlu mengingat bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang besar. Ucapan yang baik dan penuh kasih sayang dapat membangun hubungan yang harmonis, sedangkan ucapan yang menyakitkan dapat merusak hubungan dan meninggalkan luka yang dalam. Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati dalam mengungkapkan perasaan atau kritik kepada pasangan kita.
Sebagai penutup, mari kita semua belajar untuk mengungkapkan perasaan dan kritik dengan kata-kata yang bijaksana dan tidak menyakiti hati pasangan kita. Jaga keharmonisan rumah tangga dengan komunikasi yang baik dan saling memahami. Ingatlah bahwa hubungan suami istri adalah tentang saling mendukung, menghargai, dan mencintai satu sama lain.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com