Pentingnya Memahami Kebutuhan ASI Bayi
Bayi merupakan anugerah yang sangat berharga bagi setiap orang tua. Melihat tumbuh kembangnya yang pesat dan menyaksikan setiap perkembangan yang terjadi sungguh menjadi kebahagiaan tersendiri. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam masa pertumbuhan bayi adalah kebutuhan ASI atau Air Susu Ibu. ASI memiliki manfaat yang sangat besar bagi bayi, karena mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Namun, seringkali sebagai ibu yang bekerja atau memiliki kegiatan lain di luar rumah, kita harus meninggalkan bayi yang masih menyusui. Hal ini tentu membuat ibu gelisah dan khawatir apakah kebutuhan ASI bayi terpenuhi dengan baik. Sebagai ibu, kita tentu ingin memberikan yang terbaik untuk si kecil, termasuk memastikan bahwa asupan ASI-nya terpenuhi dengan baik.
Dalam hal ini, penting bagi kita untuk memahami berapa banyak kebutuhan ASI bayi kita. Secara kasat mata, kita tidak bisa langsung melihat berapa jumlah ASI yang dikonsumsi oleh bayi. Namun, terdapat patokan-patokan yang bisa menjadi acuan untuk memastikan bahwa kebutuhan ASI bayi terpenuhi.
Menurut Citra Ayu Mustika, seorang Konselor ASI yang dikenal di Instagram dengan akun @olevelove, kebutuhan ASI bayi pada usia yang berbeda-beda memiliki jumlah yang berbeda pula. Pada usia 1-2 hari, bayi membutuhkan ASI sebanyak 5-7 ml per 2-3 jam. Ukuran lambung bayi pada usia ini diibaratkan sebesar kelereng kecil. Pada usia 3-6 hari, kebutuhan ASI bayi meningkat menjadi 22-27 ml per 2-3 jam. Ukuran lambung bayi pada usia ini diibaratkan sebesar biji kemiri.
Selain itu, pada usia 1 minggu, kebutuhan ASI bayi meningkat menjadi 45-60 ml per 2-3 jam. Ukuran lambung bayi pada usia ini diibaratkan sebesar bola pingpong. Dan pada usia 1-6 bulan, kebutuhan ASI bayi berkisar antara 80-150 ml per 2-3 jam. Ukuran lambung bayi pada usia ini diibaratkan sebesar telur ayam.
Namun, Citra menekankan bahwa angka-angka tersebut tidak bisa menjadi patokan yang pasti. Idealnya, kita harus menyusui bayi atau memberikan ASI sesuai dengan kehendaknya dan selalu kembali pada tanda kecukupan ASI. Setiap bayi memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan sebagai ibu, kita harus memahami dan mengamati tanda-tanda kecukupan ASI pada bayi kita.
Selanjutnya, Citra juga mengingatkan bahwa pada usia satu bulan, bayi akan memasuki fase growth spurt, yaitu fase percepatan pertumbuhan. Pada fase ini, bayi akan menyusui terus menerus dan seringkali membuat ibu merasa tidak percaya diri dengan kecukupan ASI-nya. Ibu seringkali merasa bahwa ASI-nya kurang karena bayi rewel dan terus menerus ingin menyusu. Namun, Citra menegaskan bahwa pada fase ini, kita harus tetap tenang dan percaya diri dalam menyusui. Tidak perlu berpikir untuk menambahkan susu selain ASI, karena bayi sedang mengalami fase pertumbuhan yang pesat. Dalam waktu yang singkat, produksi ASI ibu akan meningkat dan kebutuhan bayi akan tercukupi.
Selama ibu masih cuti bersalin, fase growth spurt dapat diatasi dengan lebih mudah. Namun, bagaimana jika masa cuti bersalin sudah selesai dan ibu harus kembali bekerja? Bagaimana memastikan kebutuhan ASI bayi terpenuhi saat ibu meninggalkan bayi selama 10-12 jam untuk bekerja?
Menurut Citra, tidak ada angka yang pasti dalam hal ini. Karena prinsipnya, kita harus tetap memperhatikan kehendak bayi. Mengkasih “target” jumlah ASI yang harus dikonsumsi oleh bayi dapat membuat ibu memaksakan pengasuh untuk memberikan ASI sesuai dengan “target” tersebut. Hal ini dapat membuat bayi minum tidak sesuai dengan kebutuhannya. Namun, sebagai gambaran, rata-rata kebutuhan ASI bayi usia 3 bulan adalah sekitar 100 ml per 2-3 jam. Oleh karena itu, untuk 10 jam, ibu perlu menyiapkan sekitar 500 ml ASI, dan sebaiknya menambah menjadi 600-700 ml untuk jaga-jaga jika terjadi kebocoran ASI atau bayi minum lebih dari biasanya.
Selain itu, Citra juga menyarankan untuk menggunakan media minum ASIP selain botol dot. Hal ini bertujuan untuk mencegah bayi mengalami bingung puting dan minum secara berlebihan. Jika bayi minum ASIP menggunakan dot, kebutuhan ASI bayi yang sebenarnya misalnya hanya 80 ml, dapat menjadi 120 ml karena bayi minum secara berlebihan. Oleh karena itu, menggunakan media minum ASIP selain dot seperti sendok, gelas, cup feeder, atau pipet dapat membantu bayi minum sesuai dengan kebutuhannya dan mencegah bingung puting.
Menariknya, bingung puting tidak selalu berarti bahwa bayi menolak menyusui. Ada jenis bingung puting yang disebut “silent killer”, dimana bayi tetap terlihat minum, tetapi sebenarnya hanya mengempeng dan tidak mengosongkan payudara ibu. Hal ini dapat mengganggu stimulasi hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI. Oleh karena itu, penting untuk mengusahakan agar bayi minum menggunakan media selain dot, untuk mencegah risiko self weaning dini, yaitu bayi menyapih diri sebelum usia 2 tahun. Proses menyusui tidak hanya memberikan nutrisi, tetapi juga memberikan manfaat non nutrisi seperti stimulasi oromotor yang berguna untuk kemampuan bicara anak dan bonding antara ibu dan anak.
Terakhir, Citra juga memberikan beberapa tanda fisik bayi yang dapat diamati oleh pengasuh atau orang rumah yang mengurus bayi selama ibu bekerja. Tanda-tanda ini dapat menjadi petunjuk bahwa kebutuhan ASI bayi sudah terpenuhi dengan baik. Beberapa tanda tersebut antara lain adalah tangan bayi yang semula mengepal menjadi terbuka dan rileks, bayi tidur pulas dan tidak rewel, bayi pipis minimal 6 kali dalam sehari dengan warna urine yang normal, serta berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala bayi yang mengalami peningkatan sesuai dengan Kartu Menuju Sehat.
Dengan memahami dan memperhatikan tanda-tanda tersebut, kita sebagai ibu dapat memastikan bahwa kebutuhan ASI bayi terpenuhi dengan baik, meskipun kita harus meninggalkan bayi untuk bekerja atau kegiatan lainnya. Selain itu, kita juga harus tetap percaya diri dan tenang dalam menyusui, karena produksi ASI akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan bayi.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com