Anak Terlambat Bicara? Ketahui 4 Penyebabnya
Anak terlambat bicara adalah masalah yang seringkali terlambat terdiagnosis. Padahal, deteksi gangguan perkembangan, termasuk terlambat bicara, sangat penting untuk diketahui sejak dini. Hal ini dikarenakan otak anak berkembang sangat cepat di tahun pertama dan kedua kehidupannya. Jika terjadi gangguan, maka dapat segera dikoreksi agar anak dapat berkembang dengan baik.
Penyebab anak terlambat bicara dapat bervariasi. Ada yang bersifat sentral, yaitu gangguan pada otak, ada juga yang bersifat perifer, yaitu gangguan pada alat pendengaran, dan ada juga yang bersifat genetik, yaitu masalah keturunan. Beberapa faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak antara lain:
1. Orang tua dengan dwibahasa
Beberapa kasus menunjukkan bahwa anak yang diperkenalkan dengan bahasa dwibahasa sejak bayi kadang-kadang bisa mengalami keterlambatan bicara. Hal ini dikarenakan anak perlu lebih banyak waktu untuk mempelajari dua bahasa sekaligus.
2. Anak tidak mengalami proses perkembangan secara alami
Misalnya, anak usia 9 bulan seharusnya sudah mulai makan makanan yang agak kasar, tetapi malah diberi makanan halus terlalu lama. Hal ini menyebabkan daerah di sekitar mulut dan lidah yang digunakan dalam bicara menjadi kurang terlatih.
3. Anak terlalu banyak menonton televisi
Terlalu banyak menonton televisi membuat anak menjadi pendengar pasif, di mana anak hanya menerima informasi tanpa harus memprosesnya. Akibatnya, anak tidak mendapatkan stimulasi yang cukup dari lingkungan dan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicaranya.
4. Kurangnya komunikasi dan interaksi dengan orang tua
Ada orang tua yang malas mengajak anaknya bicara panjang lebar, terutama jika pembicaraan itu lebih banyak instruksi ketimbang dialog. Akibatnya, anak kurang mendapatkan kosakata dan tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan dirinya.
Untuk mengetahui apakah kemampuan bicara anak akan berkembang secara normal, dapat dilakukan pendeteksian melalui pendengarannya. Fungsi pendengaran anak dapat dinilai dengan melakukan screening pendengaran, bahkan sejak bayi baru lahir. Respon bayi terhadap suara merupakan pertanda bahwa fungsi pendengarannya baik.
Jika orang tua mencurigai anaknya mengalami keterlambatan bicara, maka hal ini harus diteliti dan diperiksa oleh ahli yang berkompeten di bidangnya. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisiologis, neurologis, dan psikologis. Tujuannya adalah untuk mengetahui penyebab keterlambatan bicara dan memberikan penanganan yang tepat.
Pada pemeriksaan fisiologis dan neurologis, dokter akan memeriksa secara menyeluruh untuk mengetahui apakah keterlambatan bicara disebabkan oleh masalah pada alat pendengaran, sistem pendengaran, atau otak. Sedangkan pada pemeriksaan psikologis, dilakukan untuk memahami fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan kemampuan berbicara dan berbahasa anak.
Setelah hasil pemeriksaan keluar, orang tua dengan rekomendasi dari ahli dapat mengambil langkah-langkah yang tepat. Misalnya, melakukan terapi bicara atau memasukkan anak ke sekolah yang dapat memberikan perhatian dan perlakuan yang sesuai.
Perkembangan kemampuan bicara dan bahasa anak berkembang seiring dengan pertumbuhan usia. Berikut adalah tahapan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa anak berdasarkan usia:
1. Usia 0-1 bulan
Bayi merespon saat mendengar suara dengan melebarkan mata, perubahan irama pernafasan, atau kecepatan menghisap susu.
2. Usia 2-3 bulan
Bayi merespon dengan memperhatikan dan mendengar orang yang sedang bicara.
3. Usia 4 bulan
Bayi menoleh atau mencari suara orang yang memanggil namanya.
4. Usia 6-9 bulan
Bayi mulai berceloteh (babbling) dan mengerti bila namanya disebut.
5. Usia 9 bulan
Bayi mengerti arti kata “jangan”.
6. Usia 10-12 bulan
Bayi mulai meniru suara, mengucapkan kata-kata sederhana, dan mengerti perintah sederhana seperti “ayo berikan pada saya”.
7. Usia 13-15 bulan
Bayi memiliki perbendaharaan kata sekitar 4-7 kata dan 20% ucapannya dapat dimengerti orang lain.
8. Usia 16-18 bulan
Bayi memiliki perbendaharaan kata sekitar 10 kata, beberapa kata yang diucapkan merupakan ekolalia, dan 25% ucapannya dapat dimengerti orang lain.
9. Usia 22-24 bulan
Bayi memiliki perbendaharaan kata sekitar 50 kata, dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata, dan 75% kata-katanya dapat dimengerti orang lain.
10. Usia 2-2.5 tahun
Bayi memiliki perbendaharaan kata sekitar 40 kata, dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2-3 kata, dan mengerti 2 perintah sederhana sekaligus.
11. Usia 3-4 tahun
Bayi dapat mengucapkan kalimat dengan 3-6 kata, dapat bertanya dan bercerita mengenai pengalaman, dan hampir semua ucapannya dapat dimengerti orang lain.
12. Usia 4-5 tahun
Bayi dapat mengucapkan kalimat dengan 6-8 kata, dapat menyebutkan warna dan menghitung sampai 10.
Jika buah hati Bunda termasuk dalam indikasi-indikasi yang disebutkan di atas, segeralah bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Selain itu, Bunda juga perlu memberikan stimulasi yang dibutuhkan oleh anak dan memastikan kebutuhan nutrisi harian anak terpenuhi.
Agar produksi ASI meningkat baik dalam jumlah maupun kualitasnya, Bunda perlu mendapatkan energi tambahan sebanyak 500 kalori setiap harinya. Selain itu, Bunda juga perlu mengonsumsi susu ibu menyusui yang mengandung tinggi DHA, 9 Asam Amino Esensial, dan 9 nutrisi penting lainnya untuk mendukung perkembangan otak dan pertumbuhan optimal si Kecil.
Jika Bunda atau si Kecil mengalami kondisi yang tidak memungkinkan pemberian ASI, Bunda dapat memberikan susu pendamping ASI yang mengandung protein asam amino esensial lengkap dan tinggi DHA untuk mendukung tumbuh kembang bayi. Pastikan memilih susu yang sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan.
Dengan memberikan perhatian dan stimulasi yang tepat, serta memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak, diharapkan anak dapat berkembang dengan baik dan mengatasi keterlambatan bicara yang dialaminya.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com