Serba-Serbi Sunat Bayi yang Perlu Bunda Pahami
Sunat bayi seringkali menjadi pertanyaan bahkan tidak jarang menjadi polemik dalam keluarga. Namun, bagi beberapa keluarga mungkin hal itu menjadi pilihan yang mudah berdasarkan agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat.
Sebelum Bunda dan keluarga memutuskan perlu tidaknya sunat bayi untuk si Kecil, ada baiknya Bunda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Coba tanyakan apa sajakah keuntungan dan kerugian sunat bayi, bagaimana prosedur operasinya, risiko apa sajakah yang mungkin terjadi, dan seberapa seringkah risiko tersebut terjadi?
Apa Itu Sunat Bayi?
Prosedur khitan atau sunat bayi dalam dunia medis dikenal dengan nama sirkumsisi yang berarti memotong dan membuang lapisan luar pembungkus kepala/glans penis. Setiap tahunnya, sekitar 55-65% bayi baru lahir di Amerika disunat dalam 10 hari pertama (biasanya dalam 48 jam pertama setelah lahir).
Biasanya prosedur sirkumsisi menghabiskan waktu selama 5 – 10 menit dengan anestesi atau bius lokal. Akan tetapi, terkadang prosedur sunat bayi baru lahir lebih rumit, sehingga memerlukan bius umum.
Kebanyakan sunat bayi dilakukan 24-72 jam setelah si Kecil lahir jika prosedur ini dilakukan di rumah sakit oleh dokter anak atau dokter kandungan. Bunda juga bisa membawa si Kecil ke dokter anak dalam 10 hari pertama kehidupannya untuk melakukan sunat bayi.
Pro Kontra Sunat Bayi
Beberapa manfaat sunat bayi atau khitan dari segi kesehatan di antaranya anak yang disunat akan beresiko lebih rendah menderita infeksi saluran kemih, terutama saat usia 1 tahun pertama. Infeksi saluran kemih terjadi 10 kali lebih sering pada laki-laki yang tidak disunat. Selain itu, sunat bayi juga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker penis, penularan penyakit seksual, dan risiko kanker leher rahim pada wanita.
Seperti layaknya prosedur operasi lain, sunat bayi memiliki beberapa risiko tindakan di antaranya perdarahan, infeksi, dan nyeri pasca operasi. Sebaiknya Bunda dan keluarga mempertimbangkan manfaat dan risiko sunat bayi sebelum mengambil keputusan apakah si Kecil akan disunat setelah ia lahir atau menunggu hingga waktu yang tepat.
Sunat bayi selama ini masih identik dengan laki-laki. Namun, tahukah Bunda bahwa ternyata ada sunat bayi perempuan? Menurut sebuah studi, sunat bayi perempuan bahkan menjadi tradisi di sejumlah negara seperti Mesir, Sudan, serta beberapa negara Arab dan Afrika.
Praktik sunat bayi perempuan menjadi isu kontroversial setelah WHO secara tegas menyatakan sunat bayi perempuan merupakan tindakan mutilasi yang dilarang atau yang disebut female genital mutilation (FGM) yang melanggar hak asasi manusia.
Hal serupa juga pernah terjadi di Indonesia, di mana Kementerian Kesehatan sudah pernah mengeluarkan Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010 tentang Sunat Perempuan yang hanya boleh dipraktikkan oleh petugas kesehatan. Namun, kemudian dilakukan pencabutan yang tertera dalam Permenkes Nomor 6 Tahun 2014 karena mendapat protes dan penolakan.
Selain melanggar hak asasi manusia, sunat untuk perempuan juga terbukti tidak membawa manfaat sama sekali. Sebab, tidak ada perbedaan bayi perempuan disunat dan tidak disunat.
Tips Perawatan Pasca Sunat Bayi
Prosedur sunat bayi mungkin hanya sebentar, akan tetapi proses penyembuhannya memerlukan waktu sekitar 7–10 hari. Selama proses penyembuhan, Bunda perlu melakukan beberapa hal berikut:
Menjaganya tetap bersih dan kering
Ini merupakan hal utama proses penyembuhan pasca prosedur sunat bayi. Bunda harus membersihkan area vital si Kecil dengan air hangat secara perlahan, terutama sehabis buang air kecil atau buang air besar. Jangan menggunakan tisu basah untuk membersihkannya.
Gantilah kasa pembalut
Mengganti kasa pembalut 1–2 kali sehari atau jika kasa pembalut basah perlu Bunda lakukan selama masa penyembuhan pasca sunat bayi. Hal ini bertujuan agar luka pasca sunat bayi bisa mengering secepatnya.
Pilih pakaian longgar
Pasca menjalani prosedur sunat bayi, sebaiknya ibu memilih pakaian yang nyaman untuk si Kecil. Hindari memakaikan baju atau celana yang terlalu ketat sebelum lukanya benar-benar mengering ya, Bu.
Kapan Harus ke Dokter?
Secara umum, si Kecil bisa melewati sunat bayi tanpa masalah. Hanya sekitar 1% yang mengalami komplikasi. Segera bawa si kecil ke dokter bila:
– Terjadi perdarahan hebat
– Si Kecil tidak buang air kecil 6 – 8 jam setelah disunat
– Bengkak tidak berkurang bahkan memburuk dalam 3 – 5 hari
– Demam (suhu tubuh ≥ 37.5o C)
– Luka mengeluarkan pus/nanah
Itulah sejumlah informasi mengenai sunat bayi yang perlu Bunda pahami. Selain memastikan perawatan yang tepat pasca sunat bayi, Bunda juga harus memastikan asupan nutrisi untuk si Kecil agar proses penyembuhannya lebih cepat.
Di awal kehidupannya, ASI adalah satu-satunya asupan nutrisi untuk mendukung tumbuh kembangnya. Bunda harus mengonsumsi makanan bergizi tinggi untuk memastikan kualitas dan kuantitas ASI.
Agar ASI meningkat baik dalam jumlah maupun kualitasnya, Bunda harus mendapatkan 500 kalori tambahan setiap harinya (AKG 2019) begitu juga tambahan nutrisi penting lainnya. Selain dari makanan, Bunda juga perlu mengonsumsi susu yang mengandung tinggi DHA untuk mendukung perkembangan otak si Kecil, 9 Asam Amino Esensial (AAE), protein penting yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan harus didapat dari makanan setiap harinya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan si Kecil yang optimal di 1000 Hari Pertama Kehidupannya serta 9 nutrisi penting lainnya seperti; tinggi asam folat, omega 3 (ALA), Omega 6 (LA), tinggi zat besi, serat pangan inulin, tinggi vitamin C, protein, tinggi kalsium dan tinggi seng untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh Bunda selama periode menyusui dan mendukung produksi ASI.
Namun jika Bunda atau si Kecil mengalami kondisi yang tidak memungkinkan pemberian ASI, Bunda bisa memberikan susu pendamping ASI sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan ya Bu. Pastikan Bunda bertanya susu yang mengandung 9 protein asam amino esensial lengkap dan tinggi DHA, karena protein adalah komponen yang penting untuk mendukung tumbuh dan kembang bayi ya, Bu!
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com