Kuning Pada Bayi


Kuning atau jaundice pada bayi baru lahir adalah salah satu fenomena yang sering terjadi. Kondisi ini terjadi ketika kadar bilirubin dalam tubuh bayi meningkat di atas 5 mg/dL, yang dikenal sebagai hiperbilirubinemia. Bilirubin adalah zat kuning yang dihasilkan ketika sel darah merah tua dihancurkan oleh hati. Biasanya, bayi mulai mengalami kuning pada hari ketiga atau keempat setelah lahir dan dapat bertahan hingga usia dua-tiga bulan. Namun, ada juga bayi yang mengalami kuning dalam 24 jam pertama setelah lahir dan biasanya gejala pertama yang muncul adalah kuning pada bagian mata. Setelah itu, kuning juga dapat terlihat pada wajah, dada, dan perut.

Saya sebagai seorang ibu, memiliki tiga anak yang semuanya mengalami kuning beberapa hari setelah lahir. Rata-rata, kuning pada anak-anak saya mulai menghilang setelah mereka berusia dua minggu. Namun, ada satu anak saya yang mengalami kuning hingga usia enam minggu. Tentu saja, sebagai ibu, saya sangat khawatir dan mencari informasi tentang penyebab dan penanganan kuning pada bayi.

Ada beberapa penyebab umum kuning pada bayi, di antaranya adalah kurangnya asupan ASI pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Kuning yang sering terjadi pada bayi ini disebut sebagai breastfeeding jaundice. Biasanya, kondisi ini terjadi karena asupan ASI yang masih kurang maksimal. Hal ini dapat disebabkan oleh masalah seperti latch on yang belum sempurna, frekuensi menyusui yang kurang, atau produksi ASI yang kurang. Untuk mengatasi breastfeeding jaundice, yang perlu dilakukan hanyalah meningkatkan asupan ASI agar bilirubin keluar melalui pup bayi.

Selain itu, kelahiran prematur juga dapat menjadi penyebab kuning pada bayi. Bayi prematur belum dapat memproses bilirubin dengan cepat seperti bayi yang lahir cukup bulan. Mereka juga minum lebih sedikit dan mencerna lebih lambat, sehingga jumlah bilirubin yang dikeluarkan melalui pup bayi juga lebih sedikit.

Selanjutnya, perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi juga dapat menjadi penyebab kuning pada bayi. Jika golongan darah ibu berbeda dengan bayi, bayi dapat menerima antibodi dari ibu melalui plasenta yang dapat menyebabkan sel darah bayi pecah lebih cepat. Kuning yang disebabkan oleh perbedaan golongan darah ini biasanya muncul lebih cepat daripada breastfeeding jaundice. Pada beberapa bayi baru lahir, tercampurnya dua golongan darah dalam satu tubuh dapat menjadi kondisi yang berbahaya.

Baca Juga:  5 Manfaat Ubi Ungu untuk Bayi dan Resep MPASI yang Lezat!

Berdasarkan gejalanya, kuning pada bayi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kuning fisiologis (alami) dan kuning patologis (penyakit). Kuning fisiologis adalah kuning yang terjadi dalam minggu pertama kehidupan bayi, biasanya pada hari ketiga atau keempat. Kuning fisiologis dapat dibagi menjadi dua fase. Fase pertama adalah fase di mana level bilirubin meningkat. Pada bayi cukup bulan, kuning meningkat hingga hari kelima dengan kenaikan level bilirubin hingga 12 mg/dL. Sedangkan pada bayi prematur, kuning meningkat hingga satu minggu dengan kenaikan level bilirubin hingga 15 mg/dL. Fase kedua adalah fase di mana level bilirubin menurun dalam dua minggu hingga mendekati nilai normal 2 mg/dL. Pada bayi prematur, fase kedua dapat berlangsung lebih dari sebulan. Sedangkan pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, fase kedua dapat berlangsung lebih dari sebulan.

Sementara itu, kuning patologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Kuning pada bayi muncul dalam 24 jam pertama setelah lahir. Kenaikan total bilirubin yang cepat, yaitu lebih dari 0,5 mg/dL per jam atau 5 mg/dL per 24 jam. Total bilirubin yang lebih tinggi dari 19,5 mg/dL. Dan direct bilirubin yang lebih tinggi dari 2 mg/dL.

Untuk penanganan kuning pada bayi, terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan. Salah satu tindakan yang umum dilakukan adalah fototerapi UV (ultraviolet). Nilai bilirubin didapatkan melalui tes darah. Jika nilai bilirubin lebih tinggi dari 9 mg/dL, dokter biasanya menyarankan fototerapi UV atau yang lebih dikenal dengan sinar. Fototerapi UV dilakukan dengan cara menempatkan bayi dalam box yang dilengkapi dengan lampu ungu (UV) di atasnya. Mata bayi ditutup untuk melindungi mata dari sinar UV yang dapat merusak, dan baju bayi dilepas agar sinar UV dapat menyerap secara maksimal. Fototerapi UV diketahui mampu membantu memecah bilirubin dalam tubuh bayi.

Selain itu, pada kasus kuning yang disebabkan oleh perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi, kenaikan bilirubin dapat terjadi dengan cepat sehingga fototerapi tidak mampu mengimbangi peningkatannya. Dalam kondisi ini, tindakan yang disarankan adalah transfusi immunoglobulin untuk menurunkan level antibodi dalam tubuh bayi sehingga dapat mengurangi kecepatan pemecahan bilirubin. Jika tindakan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan, bayi dapat memerlukan transfusi pertukaran darah. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sedikit darah bayi, mengencerkan bilirubin dan antibodi yang ada dalam darah tersebut, dan kemudian mentransfusikan kembali darah yang telah bersih ke dalam tubuh bayi. Prosedur ini biasanya dilakukan di NICU (newborn intensive care unit).

Baca Juga:  Fakta Unik Bayi Kembar yang Jarang Diketahui Ibu

Di Indonesia, bayi kuning umumnya diberikan resep puyer Questran (cholestyramine) atau Urdafalk. Jika Questran tidak berhasil mengurangi kuning, maka resep Luminal (phenobarbital) akan diberikan sebagai alternatif. Namun, perlu diingat bahwa obat-obatan ini dapat memperberat kerja ginjal bayi yang seharusnya hanya mencerna ASI. Terlebih lagi, Luminal tidak diperuntukkan bagi anak di bawah 12 tahun. Selain itu, obat-obatan untuk bayi umumnya diberikan dalam bentuk puyer yang dosisnya tidak presisi dan pembuatannya tidak steril dan higienis.

Saya sendiri pernah mengalami pengalaman dengan Devan, salah satu anak saya, yang diresepkan Questran. Namun, setelah mengonsumsi satu dosis, pupnya langsung pucat seperti kapur. Untuk mencegah efek samping yang lebih buruk, saya memutuskan untuk menghentikan penggunaan obat tersebut. Jika pengaruh Questran memang seharusnya mengurangi bilirubin, maka pupnya seharusnya semakin kuning karena bilirubin keluar dari tubuh. Saya melaporkan hal ini kepada dokter dan obatnya diganti dengan Luminal. Namun, setelah mencari informasi lebih lanjut tentang Luminal, saya merasa bahwa obat ini memiliki efek samping yang cukup serius, sehingga saya memutuskan untuk tidak mengambil obat tersebut sama sekali. Sebagai gantinya, saya memutuskan untuk memberikan ASI secara penuh kepada Devan, dan setelah enam minggu, kuning pada kulitnya mulai menghilang.

Jadi, patokan untuk menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan tergantung pada nilai bilirubin dalam tubuh bayi. Jika nilai bilirubin berada di bawah 9 mg/dL, kondisi ini masih dianggap normal, meskipun bayi terlihat sedikit kuning. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun, namun bayi dapat dijemur di pagi hari jika ada sinar matahari. Selain itu, penting untuk memastikan asupan ASI mencukupi. Jika nilai bilirubin berada di antara 9-12 mg/dL, fototerapi dapat dilakukan, namun jadwalnya tidak perlu terlalu ketat. Fototerapi dapat dilakukan saat bayi sedang menyusui. Selain itu, asupan ASI juga perlu diperbanyak. Jika nilai bilirubin berada di antara 12-15 mg/dL, fototerapi harus dilakukan dengan jadwal yang lebih ketat, biasanya dalam satuan 12 atau 24 jam. Proses penyinaran harus berlangsung tanpa terganggu. Bayi harus diberikan minum di dalam box fototerapi agar terus terpapar sinar UV. Jika proses terpotong, waktu yang hilang akan ditambahkan. Meskipun proses fototerapi mungkin memakan waktu lebih lama, namun penting untuk memastikan bayi mendapatkan banyak ASI secara langsung karena pemberian ASI langsung juga akan meningkatkan produksi ASI untuk sesi-sesi menyusui berikutnya. Jika nilai bilirubin melebihi 20 mg/dL, kemungkinan bayi mengalami kuning patologis harus diperiksa.

Baca Juga:  Mitos yang Dipercaya Bisa Menentukan Jenis Kelamin Anak

Dalam penanganan kuning pada bayi, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter anak. Dokter akan melakukan evaluasi dan memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi bayi. Fototerapi, transfusi immunoglobulin, dan transfusi pertukaran darah adalah beberapa tindakan yang mungkin dilakukan, tergantung pada tingkat keparahan kuning pada bayi.

Dalam menghadapi kuning pada bayi, sebagai orang tua, kita harus tetap tenang dan tidak panik. Kuning pada bayi umumnya merupakan kondisi yang dapat diatasi dengan baik, terutama jika ditangani dengan tepat dan segera. Penting juga untuk memahami penyebab dan gejala kuning pada bayi agar dapat melakukan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Menyusui bayi secara eksklusif dengan pola menyusui yang baik, memastikan bayi mendapatkan sinar matahari yang cukup, dan melakukan perawatan yang tepat jika bayi mengalami kuning patologis dapat membantu mengurangi risiko kuning pada bayi.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com