Hilang Cinta dalam Pernikahan, Bertahan atau Selesai?


Pernikahan yang Sudah Berjalan 10 Tahun Harus Berakhir: Alasan dan Dampaknya

Pernikahan adalah ikatan suci antara dua individu yang memilih untuk menjalani hidup bersama. Pada awalnya, hubungan ini penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Namun, tidak semua pernikahan berjalan mulus, ada kalanya masalah datang dan menguji kekuatan ikatan tersebut. Salah satu masalah yang seringkali menghancurkan sebuah pernikahan adalah hilangnya cinta di antara pasangan.

Pernikahan seorang sahabat saya yang telah berjalan selama 10 tahun harus berakhir. Alasannya? Sang suami sudah tidak mencintainya lagi. Bayangkan, pernikahan yang selama belasan tahun dijalani mendadak harus berakhir hanya karena satu pihak memutuskan untuk berhenti mencintai. Tentu saja, hal ini sangat mengejutkan dan menyakitkan bagi sahabat saya.

Dalam sebuah percakapan di grup WhatsApp kami, sahabat saya tiba-tiba membicarakan tentang pengacara perceraian dan mengatakan bahwa ia dan suaminya memutuskan untuk berpisah secara baik-baik. Setelah kami bertanya lebih lanjut, akhirnya dia mengakui bahwa suaminya tidak lagi mencintainya seperti dulu. Perasaan yang ada sekarang hanyalah sebatas persahabatan.

Pada awalnya, saya berpikir bahwa mungkin tidak masalah jika komitmen pernikahan tetap dijaga. Namun, masalah muncul ketika suaminya ngotot ingin bercerai dan meminta sahabat saya kembali ke orangtuanya. Bom ini dijatuhkan tanpa ada peringatan sebelumnya. Sahabat saya merasa bingung, sedih, marah, dan tidak menyangka bahwa pernikahannya akan berakhir seperti ini. Saya juga merasa terkejut dengan alasan yang diberikan oleh suami sahabat saya. Saya tidak pernah menyangka bahwa alasan semacam ini bisa dialami oleh orang yang begitu dekat dengan saya.

Hal ini membuat saya merasa perlu untuk berbicara dengan seorang psikolog pernikahan, karena alasan seperti ini terasa sangat menyakitkan dan membingungkan. Saya ingin memahami mengapa pasangan atau bahkan kita sendiri bisa kehilangan cinta di tengah pernikahan. Apa yang menyebabkannya? Dan apa yang seharusnya dilakukan selanjutnya?

Baca Juga:  Persiapan Persalinan Operasi Sesar yang Telah Direncanakan

Saya mendiskusikan hal ini dengan Nadya Pramesrani, seorang psikolog keluarga dan pernikahan sekaligus co-founder Rumah Dandelion. Beliau menjelaskan bahwa cinta dalam sebuah hubungan terdiri dari tiga komponen, yaitu passion, commitment, dan intimacy. Pada awal hubungan, biasanya passion dan commitment yang dominan. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul pula komponen intimacy yang merupakan kedekatan emosional yang terbentuk karena saling mengenal.

Banyak orang salah mengartikan bahwa jika tidak ada passion, maka tidak ada cinta lagi. Padahal, commitment dan intimacy masih ada. Meskipun kualitas hubungan akan lebih baik jika ketiga komponen tersebut ada secara seimbang. Namun, yang seringkali terjadi adalah kita menganggap bahwa ketiga hal tersebut akan ada secara alami. Padahal, usaha aktif sangat diperlukan untuk mempertahankan dan memperkuat hubungan pernikahan. Hubungan pernikahan terus berkembang dan membutuhkan kerja keras. Jika salah satu komponen tidak dipupuk, maka wajar jika kemudian hilang.

Saya pun bertanya apakah ada tanda-tanda yang sebenarnya bisa kita waspadai sebelum cinta benar-benar hilang. Menurut Nadya, tanda-tanda tersebut antara lain ketika pasangan merasa hidupnya seperti berjalan paralel. Masing-masing menjalani kehidupan sendiri tanpa adanya keterikatan emosional di antara keduanya. Mereka hanya menjalani peran dalam pernikahan tanpa adanya tujuan bersama yang ingin dicapai. Mereka merasa sudah sangat mengenal pasangannya sehingga tidak lagi bertanya lebih lanjut tentang kehidupan masing-masing. Padahal, seseorang selalu mengalami perkembangan, tidak peduli berapa usianya. Hal-hal yang dulu disukai bisa saja berubah. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengupdate dunia dalam diri pasangan. Mengetahui apa yang membuatnya stres, apa yang membuatnya bersemangat, siapa teman terdekatnya, dan lain sebagainya.

Terkadang, komponen passion dalam hubungan pernikahan memudar karena lelah atau ditelantarkan akibat tanggung jawab dan peran lainnya. Namun, jika kedua belah pihak masih mau berusaha mempertahankan pernikahan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah menghidupkan kembali api cinta yang pernah ada di awal hubungan. Ingatlah apa yang membuat Anda tertarik pada pasangan Anda pada awalnya, apa yang membuat Anda ingin menikahinya. Apakah hal-hal tersebut masih ada? Jika tidak, apakah bisa dihadirkan kembali? Jawabannya adalah iya, namun dibutuhkan usaha yang luar biasa. Anda perlu mengenali pasangan Anda kembali, melakukan kencan seperti saat pacaran dulu, dan menciptakan kembali kedekatan dan kenyamanan emosional di antara Anda sehingga bisa mencapai tujuan hidup bersama.

Baca Juga:  Susu Bubuk untuk Bayi, Perlu atau Tidak?

Namun, jika pihak yang sudah kehilangan cinta tidak mau mempertahankan pernikahan, bagaimana dengan pihak yang masih mencintai? Pertanyaan ini memang sulit dijawab. Salah satu solusinya adalah mengajak pasangan untuk ikut terapi berpasangan dengan seorang psikolog. Terapi ini dapat membantu meluruskan pemahaman yang salah dan mencari jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak.

Bagaimana dengan keluarga yang menjadi “korban” dalam situasi ini? Menurut Nadya, keluarga harus memberikan waktu bagi mereka untuk berduka. Mereka yang kehilangan pasti mengalami proses berduka. Keluarga harus hadir dan memberikan dukungan agar mereka merasa tidak sendirian. Mereka perlu waktu untuk memproses peristiwa ini dan beradaptasi dengan situasi baru. Tidak boleh terburu-buru untuk melupakan atau menekan perasaan negatif yang mereka rasakan.

Dalam sebuah kutipan dari Anthony Robins, dikatakan bahwa lakukanlah hal-hal yang Anda lakukan di awal hubungan, dan tidak akan ada akhir. Kutipan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga api cinta tetap menyala dalam pernikahan.

Dalam kasus pernikahan sahabat saya, terdapat beberapa pelajaran yang bisa dipetik. Pertama, cinta dalam pernikahan tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang alamiah dan pasti akan ada selamanya. Cinta perlu dijaga dan diperkuat dengan usaha aktif dari kedua belah pihak. Kedua, jika ada tanda-tanda bahwa cinta mulai memudar, jangan biarkan hal tersebut terjadi begitu saja. Berkomunikasilah dengan pasangan, carilah solusi yang tepat untuk memperbaiki hubungan. Ketiga, jika sudah ada keputusan untuk berpisah, berikan waktu yang cukup bagi diri sendiri untuk berduka dan menyembuhkan diri sebelum melangkah ke jenjang yang baru.

Pernikahan adalah komitmen yang besar. Ia memiliki tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Namun, jika kedua belah pihak mau berusaha dan saling mendukung, pernikahan bisa tetap langgeng dan bahagia. Jadi, mari kita jaga api cinta dalam pernikahan kita dan berusaha untuk selalu memperkuat ikatan yang telah kita bangun.

Baca Juga:  Tayangan anak yang Mengandung LGBTQ, Orang Tua Perlu Hati-hati!


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com