Cerita Adam Belajar di Kumon


Sudah setahun Adam mengikuti les KUMON di Cirebon. Les KUMON adalah sistem belajar yang dikembangkan oleh Toru Kumon, seorang guru Matematika SMA asal Jepang, pada tahun 1954. Awalnya, Pak Toru menciptakan bahan pelajaran matematika yang sangat sederhana agar anaknya yang masih SD tidak mengalami kesulitan saat mengikuti ujian masuk SMA dan Universitas.

Prinsip utama dari sistem belajar KUMON adalah menyusun bahan-bahan yang saling berhubungan dan diarahkan secara langsung ke matematika tingkat sekolah menengah. Sistem ini juga dimulai dari tingkat yang tepat dan menekankan pada kemampuan berhitung. Selain itu, KUMON juga mengedepankan pembelajaran tanpa tekanan, belajar di rumah, dan belajar secara mandiri.

Perbedaan utama antara KUMON dengan sistem les pada umumnya adalah bahwa KUMON memberikan pelajaran secara individual sesuai dengan kemampuan anak. Hal ini bertujuan agar anak dapat berkembang secara maksimal. Bahan pelajaran KUMON juga diberikan secara sistematis dan bertahap, sehingga anak tidak akan merasa kesulitan atau bahkan tidak menyadari bahwa kemampuannya telah naik tingkat.

Terpesona dengan sistem belajar KUMON, saya memutuskan untuk mendaftarkan Adam ke dalam program trial KUMON. Trial KUMON diadakan secara serentak pada bulan Februari dan Oktober setiap tahunnya di semua cabang KUMON seluruh Indonesia. Tujuan saya mendaftarkan Adam ke KUMON adalah untuk menggali potensinya di bidang matematika dan melatihnya agar mandiri. Namun, saya juga berjanji bahwa jika Adam tidak mau atau tidak suka, saya tidak akan memaksanya.

Adam mengikuti trial pada bulan Februari 2010. Dia diberikan setumpuk lembar kerja yang harus dikerjakan di rumah dan harus dikumpulkan setiap Senin dan Kamis. Meskipun pada awalnya Adam sangat antusias dengan kegiatan baru ini, namun karena usianya yang belum genap 5 tahun, tiga set PR per hari membuatnya merasa terbebani. Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan sesi KUMON. Sesuai dengan janji saya sebelumnya, saya membiarkannya dan melupakan KUMON untuk sementara waktu.

Baca Juga:  Bagaimana Mengatasi Perilaku Agresif pada Anak?

Namun, pada bulan Mei 2010, Adam tiba-tiba mengatakan bahwa dia ingin ikut les KUMON. Saya tidak langsung menyetujuinya, melainkan memberinya waktu beberapa hari untuk memikirkan keputusannya. Setelah beberapa hari, saya kembali bertanya kepadanya apakah dia benar-benar ingin ikut atau hanya karena terpaksa. Dengan mantap, Adam menjawab bahwa dia benar-benar ingin ikut dan akan semangat dalam belajar. Setelah kata sepakat tercapai, saya mendaftarkan Adam masuk KUMON. Setelah mengikuti tes penempatan, Adam ditempatkan di tingkat 7A, yang merupakan tingkat paling rendah dan berfokus pada berhitung menggunakan gambar dan bulatan serta menarik garis lurus dan tidak lurus.

Pada bulan Agustus 2010, semangat belajar Adam mulai menurun. Dia merasa tertekan dengan dua set PR KUMON yang harus dikerjakan setiap hari, yaitu lembar kerja dan latihan menulis angka. Setelah berdiskusi dengan guru KUMON, kami sepakat untuk memberi Adam waktu tambahan satu bulan untuk beradaptasi dan menghapus latihan menulis angka dari PR-nya. Selama satu bulan itu, semangat Adam kembali muncul, dia mengerjakan PR-nya dengan senang hati meskipun masih perlu diingatkan dan didampingi.

Pada bulan November-Desember 2010, Adam menunjukkan kemajuan yang pesat. Dia menjadi lebih disiplin dalam hal mengambil dan mengembalikan barang pada tempatnya. Selain itu, kemampuan belajarnya juga meningkat dengan pesat. Adam mulai tertarik pada huruf dan tulisan, bahkan mencoba belajar membaca sendiri. Setelah satu bulan merayakan ulang tahunnya yang kelima, Adam sudah mampu membaca dengan baik, bukan hanya menghafal huruf atau kata.

Hasil tes yang diadakan menunjukkan bahwa Adam mampu menjawab semua 80 soal dengan benar dalam waktu 7 menit, sedangkan standarnya adalah 10 menit. Ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi Adam dan saya sebagai orang tua. Setelah sebelas bulan mengikuti les KUMON, Adam sekarang berada di tingkat 2A, yang berfokus pada latihan penjumlahan +10. Meskipun masih berusia 5 tahun 10 bulan dan berada di TK B, Adam sudah mampu menjawab penjumlahan dari 1 hingga 10 dengan sigap.

Baca Juga:  Serba-serbi Jamur: Protein Nabati yang Sering Terlupa

Saya yakin bahwa KUMON memiliki andil dalam semangat belajar Adam dan kemampuannya yang lain, seperti kemampuan membaca, menulis dengan baik, dan disiplin dalam mengerjakan PR di rumah. Saya menyadari bahwa beberapa ibu berpendapat bahwa calistung sebaiknya tidak diajarkan pada usia TK karena takut anak bosan atau terlalu dipaksa. Namun, saya percaya bahwa pendidikan anak harus dimulai sedini mungkin. Mengapa kita sibuk menstimulasi anak dengan mainan edukatif sejak bayi, tetapi menunda pengajaran membaca dan menulis hingga SD?

Setiap anak memiliki keunikan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Sejak awal, saya memiliki niat untuk mendampingi anak-anak dalam menggali potensi mereka masing-masing tanpa paksaan dan aturan yang kaku. Selama mereka menyukainya dan saya dan suami sanggup, kami akan mendukung mereka. Namun, kami juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa anak-anak tidak mudah menyerah. Alhamdulillah, Adam telah “bertahan” selama sebelas bulan ini dengan les KUMON-nya. Meskipun ada kerja keras yang dilalui, hasilnya sangat memuaskan dan membantu membangun fondasi dasar Adam agar kepribadiannya dan kemampuannya lebih terasah dengan benar.

Dalam kesimpulan, les KUMON telah memberikan dampak positif bagi perkembangan Adam. Dengan sistem belajar yang individual dan fokus pada kemampuan anak, Adam mampu belajar dengan lebih maksimal. Selain itu, KUMON juga membantu meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan disiplin Adam. Meskipun beberapa orang mempertanyakan pemberian calistung pada usia TK, saya percaya bahwa pendidikan anak harus dimulai sejak dini. Setiap anak memiliki potensi yang unik, dan sebagai orang tua, tugas kita adalah mendukung mereka dalam menggali potensi tersebut.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com