Pengasuhan Anak ala Orang Perancis: Keseimbangan dan Batasan dalam Parenting
Saat sedang berjalan-jalan ke toko buku, tanpa sengaja saya melihat buku Bringing Up Bébé tersampir di rak. Buku ini familiar di telinga saya, karena pada beberapa kesempatan, saya menjumpai pujian dan juga ulasan tentang buku yang pernah masuk ke jajaran New York Times Bestseller ini.
Buku ini memuat kisah sang penulis, Pamela Druckerman, seorang berkebangsaan Amerika Serikat (AS), yang kebetulan tinggal di Paris, Perancis, setelah menikah. Setelah melahirkan putrinya yang pertama, ia menyadari bahwa perilaku anaknya berbeda dari anak-anak Perancis yang ia temui di tempat-tempat umum seperti restoran, atau playground.
Ketika sedang makan di restoran, anak-anak Perancis mau duduk di highchair dengan tenang, menunggu dengan sabar satu demi satu hidangan mulai dari pembuka hingga desert, dan mereka dengan lahap memakan ikan dan sayuran! Pamela merasa takjub, dan bertanya “How do these Frenchs do that?”
Orang-orang Perancis yang ia kenal juga tidak pernah terburu-buru memutus percakapan di telepon hanya karena anaknya menuntut sesuatu. Mereka juga tidak mengubah ruangan di rumahnya menjadi penuh dengan mainan anak.
Beranjak dari situ, ia memulai observasinya atas “what French people do differently” dan menuangkannya di buku ini.
Beberapa hal yang Druckerman temukan, dan menurut saya sangat berharga untuk mejadi insight kepada para ibu di manapun di antaranya,
Sementara kelas menengah di AS mengalami masalah parenting berupa ‘overparenting’ atau ‘hyperparenting’, yang didasari pemahaman bahwa anak-anak adalah mahluk yang rapuh baik dari fisik maupun mental, parenting di Perancis didasari oleh prinsip menyeimbangkan peran. Bagaimana maksudnya? Hal yang berbeda terjadi di Perancis, para orang tua melakukan pengasuhan tanpa kehilangan identitas. Sudut pandang yang dipakai adalah bagaimana mencapai keseimbangan antara peran sebagai ibu, istri, dan pribadi.
Terkait dengan poin pertama, orang Perancis percaya, dan menerapkan, batasan. Mereka percaya bahwa bahkan sejak bayi, anak-anak adalah mahluk rasional yang bisa melatih self-control. Batasan itu bahkan diperlukan oleh anak agar mereka tahu apa yang diharapkan dari dirinya. Di sini, Druckerman membeberkan dengan detil penerapan batasan untuk anak dalam sleep training, jadwal makan, dan ritual keluarga. Dengan memercayai bahwa bayi memahami segalanya, termasuk batasan, secara tidak langsung itu memberikan kepercayaan diri kepada anak, dan membantu menyusun irama pengasuhan yang cocok dan saling menghargai antara anak dan orang tua.
Perempuan Perancis juga tidak merasa bersalah atas segala hal. Sementara perempuan AS seolah memercayai bahwa seiring dengan kehamilan, juga tiba segenap pe-er yang harus dikerjakan dengan sempurna. Hal ini dijelaskan melalui pengalaman Druckerman sendiri, yang ketika menyadari bahwa ia hamil, segera membeli begitu banyak buku dan membaca situs tentang kehamilan. Dari buku-buku dan situs-situs Amerika itu, ia mendapat begitu banyak informasi sekaligus daftar panjang “what to do and not to do.” Sementara temannya perempuan Perancis berkata, “These books can be useful to people who lack confidence, but I don’t think you can raise a child while reading a book. You have to go with your feeling.”
Teman yang sama juga bercerita bahwa dokter kandungannya tidak melarang ia memakan apapun, selama dalam batas wajar.
Terkait dengan makan-memakan, Druckerman juga menyoroti bagaimana “French women don’t get fat.” Bahkan ketika hamil, rata-rata perempuan Perancis seperti tidak terlihat sedang hamil jika dilihat dari belakang. Druckerman melihat bahwa perempuan Perancis memiliki support system berupa keluarga dan teman yang dengan terbuka mengulang-ulang pesan bahwa kehamilan tidak berarti akses bebas untuk makan dengan porsi berlebih. Wanita hamil harus makan dengan porsi ‘balanced meals’ yang sama dengan orang dewasa lain. ‘Food craving’ atau ngidam juga dianggap sebagai gangguan yang harus dikalahkan.
Membaca buku yang disebut Druckerman sebagai memoar ini, membuat saya sadar bahwa selama ini, gaya parenting di Indonesia terasa sangat ‘berkiblat’ ke AS. Tidak hanya karena beberapa kutipan membuat saya tertawa dalam hati karena terasa sangat familiar ditemui selama saya sendiri hamil lantas menjadi ibu. Tapi juga karena buku-buku kehamilan dan parenting yang banyak beredar di Indonesia, serta situs yang kerap dipakai sebagai referensi, berasal dari AS. Padahal metode parenting di AS tidak bebas masalah, seperti yang Druckerman paparkan di buku ini.
Namun, buku ini tidak serta-merta mencap buruk metode parenting ala AS. Sebagai orang tua dan “konsumen” ilmu parenting, alangkah baiknya jika kita mulai melirik metode parenting dari belahan negara lain dengan kulturnya yang berbeda. Seperti saya, yang telah menemukan banyak hal dan cara pandang baru ketika membaca buku ini. “To be a different kind of parent, you don’t just need a different parenting philosophy. You need a very different view of what a child actually is.” – Pamela Druckerman, Bringing Up Bébé.
Pengasuhan anak merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan keluarga. Bagaimana kita mengasuh dan mendidik anak-anak kita akan berpengaruh besar terhadap perkembangan mereka di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk terus memperkaya pengetahuan dan pemahaman kita tentang parenting.
Salah satu sumber yang dapat kita jadikan referensi adalah buku Bringing Up Bébé karya Pamela Druckerman. Buku ini memuat kisah sang penulis, seorang wanita Amerika yang tinggal di Paris, Perancis setelah menikah. Setelah melahirkan anak pertamanya, ia menyadari bahwa ada perbedaan dalam perilaku anak-anak Perancis dibandingkan dengan anak-anak Amerika.
Pada saat makan di restoran, anak-anak Perancis mampu duduk dengan tenang di highchair mereka. Mereka menunggu dengan sabar hidangan mereka dan mereka dengan lahap memakan ikan dan sayuran. Hal ini membuat Druckerman penasaran dan ia bertanya-tanya, “Bagaimana orang Perancis bisa melakukannya?”
Melalui observasinya, Druckerman menemukan beberapa perbedaan dalam pendekatan parenting di Perancis. Salah satunya adalah pendekatan yang lebih seimbang antara peran sebagai orang tua dan peran lainnya, seperti sebagai pasangan dan individu. Di Perancis, orang tua dianggap mampu menjalankan peran mereka tanpa kehilangan identitas mereka sendiri.
Selain itu, orang Perancis juga menerapkan batasan dalam pengasuhan anak-anak mereka. Mereka percaya bahwa anak-anak sudah mampu melatih kontrol diri sejak bayi. Batasan ini diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti dalam sleep training, jadwal makan, dan ritual keluarga. Dengan memberikan batasan kepada anak-anak, mereka dapat belajar mengerti apa yang diharapkan dari mereka dan membantu mereka untuk mengembangkan kepercayaan diri.
Selain itu, perempuan Perancis juga memiliki pandangan yang berbeda tentang kehamilan dan makanan. Mereka tidak merasa bersalah atas segala hal yang terkait dengan kehamilan dan mereka juga tidak menganggap kehamilan sebagai alasan untuk makan dengan porsi berlebihan. Mereka mengikuti pola makan yang seimbang dan menganggap ngidam sebagai gangguan yang harus dihindari.
Membaca buku ini membuat saya menyadari bahwa di Indonesia, kita cenderung mengadopsi pendekatan parenting ala Amerika. Banyak buku dan situs tentang parenting yang beredar di Indonesia berasal dari Amerika. Namun, seperti yang dijelaskan dalam buku ini, metode parenting di Amerika juga memiliki kelemahan-kelemahan tertentu.
Sebagai orang tua, kita perlu terbuka terhadap berbagai pendekatan parenting yang ada. Kita perlu mempelajari dan menggali pengetahuan tentang metode parenting dari berbagai negara, termasuk dari Perancis. Dengan begitu, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih luas dan fleksibel dalam mengasuh anak-anak kita.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada metode parenting yang sempurna. Setiap anak dan keluarga memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita perlu menyesuaikan pendekatan parenting kita sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak-anak kita.
Dalam buku Bringing Up Bébé, Druckerman juga mengingatkan kita bahwa menjadi orang tua yang berbeda tidak hanya membutuhkan filosofi parenting yang berbeda. Kita juga perlu memiliki pandangan yang berbeda tentang apa sebenarnya seorang anak itu. Kita perlu melihat anak sebagai mahluk yang rasional dan mampu belajar mengontrol diri sejak dini.
Dalam mengasuh anak, penting untuk mengajarkan mereka nilai-nilai yang penting, seperti menghargai batasan, memiliki kontrol diri, dan menjaga keseimbangan antara peran sebagai anak, saudara, dan individu. Dengan demikian, kita dapat membantu anak-anak kita untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan bahagia.
Dalam mengasuh anak, tidak ada jaminan bahwa kita akan selalu berhasil. Setiap orang tua pasti mengalami tantangan dan kesulitan dalam mengasuh anak-anak mereka. Namun, dengan terus belajar dan mengembangkan pengetahuan kita tentang parenting, kita dapat menjadi orang tua yang lebih baik dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.
Dalam buku Bringing Up Bébé, Druckerman memberikan banyak wawasan dan pemahaman yang berharga tentang pengasuhan anak. Buku ini dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan bagi para orang tua untuk mengembangkan pendekatan parenting yang seimbang dan efektif.
Dalam mengasuh anak, kita perlu selalu berpikir kritis, terbuka terhadap perubahan, dan fleksibel dalam mengadaptasi metode parenting yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak kita. Setiap anak adalah individu yang unik dan memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, kita perlu melihat setiap anak sebagai individu yang unik dan memberikan dukungan, cinta, dan perhatian yang mereka butuhkan.
Penting untuk diingat bahwa menjadi orang tua adalah perjalanan yang terus berlanjut. Kita selalu belajar dan berkembang sebagai orang tua seiring dengan perkembangan anak-anak kita. Dalam perjalanan ini, kita perlu menjaga keseimbangan antara memberikan keleluasaan kepada anak-anak untuk belajar dan tumbuh, serta memberikan panduan dan batasan yang diperlukan.
Dalam mengasuh anak, tidak ada yang benar atau salah. Yang terpenting adalah memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita dengan penuh cinta dan kesabaran. Dengan mengadopsi pendekatan parenting yang seimbang dan efektif, kita dapat membantu anak-anak kita untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan bahagia.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com