Bolehkah Bayi Tidur Tengkurap? Simak Penjelasannya
Risiko Bayi Tidur Tengkurap
Pertanyaan mengenai posisi tidur bayi yang aman sering kali muncul di kalangan ibu-ibu. Salah satu posisi tidur bayi yang sering menjadi perdebatan adalah tidur tengkurap. Beberapa orang tua meyakini bahwa bayi tidur tengkurap dapat membahayakan bayi dan meningkatkan risiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), atau Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi. Namun, apakah mitos tersebut benar adanya?
Menurut para ahli, tidur tengkurap memang memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan tidur dalam posisi lainnya. Salah satu risiko yang dapat terjadi adalah peningkatan suhu tubuh bayi. Ketika bayi tidur tengkurap, suhu tubuhnya dapat meningkat dan menyebabkan bayi merasa kegerahan selama tidur. Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan bahkan demam pada bayi.
Selain itu, tidur tengkurap juga dapat menyebabkan bayi mengalami kesulitan bernapas. Setelah menyusu, ASI atau susu yang belum tercerna akan berkurang dengan cara sendawa. Namun, jika bayi tidur tengkurap, makanan yang belum dicerna tersebut dapat naik ke saluran pernapasan dan menyebabkan bayi kesulitan bernapas.
Risiko lainnya adalah kurangnya asupan oksigen pada bayi. Ketika bayi tidur tengkurap, posisi dada dan perutnya tertekan ke bawah, sehingga sirkulasi udara ke hidungnya berkurang. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup. Selain itu, bayi juga akan menghirup karbondioksida yang jumlahnya lebih banyak, sehingga dapat mengganggu metabolisme tubuhnya.
SIDS atau Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi juga merupakan risiko yang dapat terjadi akibat tidur tengkurap. Menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, risiko SIDS pada bayi yang tidur tengkurap 13% lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidur terlentang. Oleh karena itu, di Amerika Serikat, bayi tidak diperbolehkan untuk tidur dalam posisi tengkurap.
Kapan Bayi Boleh Tidur Tengkurap?
Meskipun tidur tengkurap memiliki risiko yang lebih tinggi, bukan berarti bayi sama sekali tidak boleh tidur dalam posisi ini. Pada usia 6 bulan ke atas, bayi sudah dapat berguling sendiri dan menahan perutnya. Pada masa ini, bayi sudah dapat tidur dalam posisi yang nyaman baginya, termasuk tidur tengkurap.
Namun, untuk bayi yang berusia di bawah 6 bulan atau yang belum dapat berguling sendiri, sebaiknya tidak ditidurkan dalam posisi tengkurap. Risiko SIDS pada bayi yang belum dapat berguling sendiri masih cukup tinggi, sehingga tidur dalam posisi terlentang menjadi lebih aman.
Posisi Tidur Bayi yang Direkomendasikan
American Academy of Pediatrics merekomendasikan beberapa posisi tidur yang aman bagi bayi. Pertama, bayi sebaiknya tidur dalam posisi terlentang hingga usia 1 tahun. Posisi ini memiliki risiko tersedak yang lebih rendah dibandingkan dengan tidur tengkurap atau tidur menyamping. Setelah berusia 1 tahun dan sudah dapat berguling sendiri, bayi dapat tidur dalam posisi tengkurap.
Selain itu, penggunaan matras padat yang dilapisi dengan sprei yang pas juga dianjurkan. Bayi sebaiknya tidur di ruangan yang sama dengan orang tuanya agar dapat selalu diawasi. Selain itu, tidur di ranjang bayi sendiri juga lebih aman daripada tidur di ranjang bersama orang tua.
Benda-benda seperti boneka, bantal, guling, atau selimut sebaiknya tidak diletakkan di tempat tidur bayi. Hal ini dapat menyebabkan sesak dan menghambat sirkulasi udara. Selain itu, suhu ruangan juga perlu dijaga agar tetap sejuk, karena suhu ruangan yang terlalu panas dapat meningkatkan risiko SIDS pada bayi.
Terakhir, penggunaan dot saat tidur juga dapat menurunkan risiko SIDS. Namun, jika dot terlepas saat bayi tidur, tidak perlu dimasukkan kembali ke mulutnya. Letakkan dot di tempat yang bersih dan hindari mengalungkannya di leher bayi, karena dapat meningkatkan risiko tercekik.
Selain menjaga posisi tidur bayi, asupan nutrisi juga penting untuk perkembangan bayi yang optimal. Selama masa menyusui, ibu perlu mendapatkan tambahan nutrisi dan kalori untuk meningkatkan produksi ASI. Bunda perlu mendapatkan tambahan energi sebanyak 500 kalori setiap harinya, serta protein dan nutrisi penting lainnya.
Selain makanan bergizi, konsumsi susu ibu menyusui juga penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi. Susu ibu menyusui mengandung DHA untuk mendukung perkembangan otak bayi, 9 Asam Amino Esensial (AAE) untuk pertumbuhan dan perkembangan si Kecil, serta 9 nutrisi penting lainnya seperti asam folat, omega 3, omega 6, zat besi, serat pangan inulin, vitamin C, protein, kalsium, dan seng.
Konsultasi Gratis dengan Ahli Gizi
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai nutrisi ibu dan bayi, serta konsultasi gratis dengan ahli gizi, Bunda dapat mengisi formulir yang telah disediakan. Dengan berkonsultasi dengan ahli gizi, Bunda dapat mendapatkan penjelasan yang lebih rinci mengenai nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu dan bayi, serta cara memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut.
Dengan memahami risiko tidur tengkurap pada bayi dan mengikuti anjuran mengenai posisi tidur yang aman, Bunda dapat menjaga kesehatan dan keselamatan bayi selama tidur. Selain itu, dengan memperhatikan asupan nutrisi yang adekuat, Bunda juga dapat meningkatkan produksi ASI dan memberikan nutrisi yang optimal bagi bayi.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com