Mengenal Apa Itu Selective Mutism
Pengertian dan Penjelasan Tentang Selective Mutism
Selective mutism atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan mutisme selektif adalah sebuah gangguan berbicara yang umumnya terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, anak memilih untuk tidak berbicara pada situasi atau orang tertentu, meskipun sebenarnya ia memiliki kemampuan untuk berbicara. Sebagai contoh, anak mungkin enggan berbicara di sekolah, namun jika berada di rumah atau bersama teman-temannya, ia bisa berbicara dengan lancar.
Dalam kongres tahunan yang diadakan oleh American Pediatric Association (APA) pada tahun 2000, para pakar mengemukakan bahwa selective mutism umumnya baru terdeteksi ketika anak mencapai usia 3 tahun. Pada usia ini, seorang anak seharusnya sudah memiliki kemampuan berbicara yang baik, sehingga perbedaan kemampuan verbalnya akan terlihat jelas dalam berbagai kondisi dan situasi.
Tanda-Tanda dan Gejala Selective Mutism
Ada beberapa tanda-tanda yang dapat mengindikasikan bahwa seorang anak mengalami selective mutism. Beberapa di antaranya adalah:
1. Selalu gagal berbicara pada situasi tertentu: Anak dengan selective mutism cenderung diam atau bahkan tidak berbicara sama sekali pada situasi tertentu, seperti di depan umum atau di depan kelas. Gejala ini biasanya berlangsung minimal selama sebulan setelah anak mulai bersekolah, bukan karena anak belum terbiasa dengan lingkungan baru.
2. Sensitif terhadap rangsangan tertentu: Beberapa anak dengan selective mutism juga memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap suara, cahaya, sentuhan, rasa, dan bau. Sebanyak 20-30 persen penderita selective mutism juga mengalami gangguan bahasa atau bicara.
3. Cemas saat berpisah dari orang tua: Anak dengan selective mutism cenderung merasa cemas saat berada di lingkungan tertentu dan takut saat terpisah dari orang tuanya. Mereka akan selalu menempel pada orang tua mereka dan enggan untuk berpisah.
4. Cenderung menarik diri: Karena tidak mampu berbicara, merasa cemas, dan tidak nyaman, anak dengan selective mutism cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka seringkali menyendiri dan bermain sendiri, meskipun pada dasarnya mereka ingin bergabung dengan teman-teman mereka.
Penyebab Selective Mutism
Hingga saat ini, penyebab pasti dari selective mutism belum diketahui dengan pasti. Namun, para ahli perkembangan anak dan peneliti yang tergabung dalam APA berpendapat bahwa faktor utama yang menyebabkan selective mutism adalah sifat dasar yang dimiliki oleh anak sejak lahir. Anak yang mudah cemas cenderung lebih rentan mengalami selective mutism karena adanya reaksi berlebihan pada amygdala, bagian dari otak yang bertanggung jawab dalam merespons bahaya.
Selain itu, selective mutism juga dapat disebabkan oleh faktor genetik, terutama yang terkait dengan gangguan kecemasan. Anak-anak dengan selective mutism seringkali mengalami kecemasan yang berlebihan, seringkali tantrum dan menangis, mood yang tidak stabil, gangguan tidur, dan pemalu berat.
Cara Mengatasi Selective Mutism
Untuk mengatasi selective mutism pada anak, ada beberapa terapi yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Terapi perilaku dan terapi bermain: Terapi ini dapat efektif jika anak ditempatkan dalam lingkungan yang bebas dari tekanan untuk berbicara dan merasa rileks serta terbuka. Penting untuk tidak mengancam atau memberikan tekanan pada anak dengan selective mutism, karena hal tersebut hanya akan memperburuk masalahnya. Ajaklah anak ke sekolah ketika masih sedikit anak-anak dan ajaklah berlatih berbicara di depan kelas. Bimbingan dari seorang psikolog juga dapat membantu dalam proses terapi ini.
2. Pengobatan dengan obat-obatan: Pengobatan ini umumnya digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan. Ketika kecemasan berkurang, terapi perilaku juga dapat digunakan sebagai pendukung. Namun sebelum memberikan obat-obatan, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
3. Meningkatkan kepercayaan diri: Yang terpenting, orang tua harus memberikan penilaian positif pada anak. Jika anak memiliki minat atau bakat tertentu, dukunglah sepenuhnya. Buatlah momen spesial untuk menunjukkan bahwa anak adalah masterpiece yang berharga. Selain itu, ajak anak untuk mengenal lingkungan di luar rumah secara perlahan agar ia semakin terbiasa dan nyaman dengan lingkungan sekitarnya, termasuk lingkungan sekolah. Melibatkan pihak sekolah juga bisa menjadi langkah yang baik dalam membantu anak mengatasi selective mutism.
Penting untuk diketahui bahwa sebagian besar anak dengan selective mutism dapat berkembang seperti anak-anak normal lainnya jika ditempatkan dalam lingkungan yang nyaman bagi mereka. Gangguan ini bukanlah kondisi yang berbahaya, namun dapat mempengaruhi proses belajar dan bekerja anak saat ia dewasa. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus terus mendukung dan membantu anak agar merasa lebih berani dan percaya diri.
Penutup
Selective mutism adalah sebuah gangguan berbicara yang umumnya terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, anak memilih untuk tidak berbicara pada situasi atau orang tertentu, meskipun sebenarnya ia memiliki kemampuan untuk berbicara. Tanda-tanda selective mutism antara lain adalah gagal berbicara pada situasi tertentu, sensitif terhadap rangsangan tertentu, cemas saat berpisah dari orang tua, dan cenderung menarik diri. Penyebab selective mutism belum diketahui secara pasti, namun sifat dasar anak dan faktor genetik dapat mempengaruhi kondisi ini. Untuk mengatasi selective mutism, terapi perilaku dan terapi bermain, pengobatan dengan obat-obatan, serta meningkatkan kepercayaan diri anak dapat dilakukan. Sebagian besar anak dengan selective mutism dapat berkembang seperti anak-anak normal lainnya jika ditempatkan dalam lingkungan yang nyaman bagi mereka. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus terus mendukung dan membantu anak agar merasa lebih berani dan percaya diri.
Sumber: Artikel ini diadaptasi dari sumber yang dapat diakses di https://ibubalita.com/mengenal-apa-itu-selective-mutism
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com