Masalah yang paling mendominasi dalam hidup Adjie Santosoputro hingga memiliki keinginan bunuh diri adalah kenangan masa kecil dan remaja yang penuh dengan pertengkaran di rumahnya. Adjie lahir dan bertumbuh di rumah yang tidak rukun, di mana pertengkaran antara orang tuanya terjadi secara berkala. Ia sering menjadi saksi pertengkaran tersebut, mendengar bentakan, melihat pecahan kaca berserakan, dan suara teriakan yang tak pernah berhenti. Tidak ada rasa damai di rumah tersebut, dan karena Adjie adalah orang yang peka dalam merasa, hubungan yang buruk antara orang tuanya membuatnya sulit merasa nyaman di rumah.
Hal ini membuat Adjie dapat merasakan perasaan pedih yang dirasakan oleh anak-anak yang menyaksikan pertengkaran orang tua mereka, terutama ketika pertengkaran tersebut melibatkan tindakan kekerasan. Seiring bertambahnya usia, perasaan pedih tersebut semakin membesar dan menyakiti dirinya sendiri. Adjie merasa bahwa perasaan pedih ini seperti bola salju yang semakin menggelinding cepat dan membesar di luar dugaan.
Keinginan bunuh diri muncul berulang kali di waktu dan usia yang berbeda-beda bagi Adjie. Pada awalnya, ia berusaha mengalihkan perhatian ketika keinginan tersebut muncul. Ia sibuk dengan melakukan hobi, jalan-jalan dengan teman, dan mencoba melupakan hal-hal negatif. Namun, mengalihkan perhatian hanya bersifat sementara, karena keinginan bunuh diri tersebut tetap muncul lagi dan lagi, bahkan semakin kuat dari sebelumnya.
Yang benar-benar menyelamatkan Adjie dari keinginan bunuh diri tersebut adalah latihan meditasi. Ia belajar untuk hanya mengamati dirinya sendiri, menyadari pikiran, perasaan, dan keinginan yang muncul. Ketika keinginan tersebut hanya diamati dan disadari, keinginan tersebut mereda dan hilang dengan sendirinya. Meditasi menjadi alat yang sangat efektif bagi Adjie dalam menenangkan pikirannya dan mengelola keinginan bunuh diri yang muncul.
Selama proses healing, hal yang paling memotivasi Adjie untuk tidak mengulangi keinginan bunuh diri adalah kesadaran bahwa kita tidak bisa benar-benar mengendalikan pikiran dan keinginan. Ia menyadari bahwa seseorang yang merasa hidupnya begitu menyebalkan, sangat benci pada dirinya sendiri, dan ingin bunuh diri memiliki potensi yang lebih besar untuk pulih dari luka batinnya dan mengalami pencerahan yang lebih besar. Keinginan dan tekad untuk keluar dari situasi menderita tersebut menjadi lebih kuat bagi Adjie daripada orang pada umumnya.
Ada beberapa sosok yang berjasa dalam membantu Adjie melalui proses ini. Ibu dan istri Adjie, keluarganya, teman-teman yang pernah ikut belajar emotional healing bersama, dan teman-teman yang gemar membaca tulisan-tulisannya serta menghargai karyanya, semuanya memberikan dukungan dan mengingatkannya bahwa ia tidak sendirian.
Bagi seseorang yang pernah memiliki keinginan bunuh diri, hal yang sebenarnya dibutuhkan dari orang lain adalah mereka yang bersedia mendengarkan tanpa menghakimi, yang memberikan rasa bahwa mereka tidak sendirian. Tidak tergesa-gesa memberikan nasihat atau penilaian yang berlebihan, tetapi hanya bersedia mendengarkan dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Dari peristiwa tersebut, Adjie mengambil pelajaran berharga bahwa sebagian penyebab keinginan bunuh diri adalah karena pengalaman buruk pada masa kecil. Namun, ia menyadari bahwa jika masa kecilnya tidak seburuk itu, maka ia tidak akan menjadi seperti sekarang. Keinginan bunuh diri telah membawa ia pada proses healing yang mendalam dan memberikan kesempatan baginya untuk menjalani hidup dengan lebih bahagia.
Pengalaman yang pahit tersebut seperti mimpi buruk yang membangunkan diri kita dari tidur. Peristiwa yang begitu pahit tersebut membangkitkan kesadaran kita untuk melihat ke dalam diri dan bertanya kepada diri sendiri apa yang perlu ikhlaskan dan harapan apa yang perlu dikendurkan. Pengalaman tersebut juga mengajak kita untuk berhenti melawan kenyataan dan semakin menerima diri apa adanya. Dengan lebih menerima diri sendiri, kita akan menjadi lebih bahagia.
Adjie merasa bersyukur memiliki cerita hidup yang membuatnya jatuh tersungkur, karena melalui proses tersebut, ego yang dimilikinya diberi kesempatan untuk pecah. Dengan benar-benar jatuh tersungkur ke dasar terdalam, ia hanya memiliki satu pilihan, yaitu bangkit ke atas dan terbang. Hidupnya menjadi berbeda, langkahnya menjadi lebih ringan.
Dalam perjalanan hidupnya, Adjie juga menemukan profesinya sebagai seorang Mindfulness Practitioner. Ia menggunakan pengalaman pribadinya dan pengetahuannya tentang meditasi untuk membantu orang lain mengenal diri mereka sendiri dan mengatasi masalah mental yang mereka hadapi. Melalui wawancara ini, Adjie berbagi kisahnya dengan harapan dapat menginspirasi orang lain untuk menemukan jalan menuju kesembuhan dan kebahagiaan.
Dalam kehidupan yang sering kali penuh dengan tekanan dan tantangan, penting bagi kita untuk mengenali dan mengatasi perasaan-perasaan negatif yang muncul, termasuk keinginan bunuh diri. Dukungan dari orang-orang terdekat dan kemampuan untuk mengamati dan menyadari pikiran dan perasaan kita sendiri dapat menjadi kunci untuk keluar dari fase yang gelap dan menuju kehidupan yang lebih baik.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com