Apa jadinya jika pasangan yang kita cinta segenap jiwa ternyata malah hobi melontarkan kalimat gaslighting yang bikin hati merana dan merendahkan diri kita? Gaslighting adalah sebuah proses yang dapat merusak hubungan dan kesehatan mental seseorang. Tidak jarang, korban gaslighting merasa terperangkap dan tidak tahu harus menghadapinya dengan cara yang tepat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali tanda-tanda gaslighting dan bagaimana cara mengatasi atau bahkan keluar dari hubungan yang toksik ini.
Gaslighting, seperti yang dijelaskan oleh Sherry Gaba, LCSW, psikoterapis, pelatih kehidupan, dan penulis, adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk merendahkan dan meragukan keberadaan serta ingatan orang lain. Pelaku gaslighting akan terus menceritakan versi cerita yang salah, memberi tahu pasangannya bahwa si pasangan cuma salah paham, bereaksi dramatis, atau emosional. Kebohongan-kebohongan yang lambat laun membuat korbannya meragukan ingatan dan dirinya sendiri. Pelaku gaslighting biasanya juga seorang narsisis sombong dan suka mengeksploitasi orang lain, terutama pasangannya.
Menurut Paige L. Sweet dari Harvard University dalam “The Sociology of Gaslighting”, gaslighting adalah sejenis pelecehan psikologis yang ditujukan untuk membuat korbannya merasa nggak waras. Hal ini sering kali terjadi dalam hubungan interpersonal, terutama dalam hubungan romantis. Ketika seseorang terus-menerus diberitahu bahwa dirinya yang salah, tidak kompeten, atau tidak berharga, maka dengan sendirinya kesehatan mentalnya akan terganggu.
Sebagai korban gaslighting, kita sering kali merasa bingung, terjebak, dan tidak tahu harus berbuat apa. Kita mungkin merasa bahwa masalahnya ada pada diri kita sendiri, bahwa kita yang tidak bisa menghadapi pasangan kita dengan baik. Namun, sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah berhenti menyalahkan diri sendiri sambil mengenali perilaku beracun pasangan dan melepaskan diri kita dari hubungan toksik ini.
Jika kita ragu apakah kita adalah korban gaslighting, ada beberapa frasa gaslighting umum yang harus diperhatikan. Kalimat-kalimat ini dibuat sedemikian rupa sehingga kita dibuat nggak sadar sedang dijadikan sasaran. Salah satu kalimat gaslighting yang sering digunakan adalah “Saya lakukan ini karena mau bantu kamu.” Kalimat ini merupakan cara manipulatif untuk membuat seseorang merasa bersalah karena marah atas tindakan atau kata-kata tertentu. Menyebabkan orang yang dilecehkan mulai ragu-ragu dan mempertanyakan interpretasi mereka sendiri, lalu korban akan meminta-minta maaf. Untuk menghadapinya, Gaba merekomendasikan agar kita tetap santai dan menjawab dengan singkat, “Ooo, begitu, ya.” Lalu tinggalkan.
Kalimat gaslighting lain yang sering digunakan adalah “Bukan seperti itu.” Gaslighter akan mengubah versi cerita sesuai keinginan mereka. Kemudian, mereka akan meyakinkan bahwa kita yang salah atau memiliki ingatan yang salah. Tindakan ini sangat jahat dan merugikan kita. Oleh karena itu, kita harus percaya pada diri kita sendiri dan tidak mau disalahkan. Selain itu, kita juga bisa mencoba untuk mencatat rutinitas kita sebagai bukti bahwa apa yang kita alami adalah benar.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Kamu gila” yang ditujukan untuk membuat kita meragukan diri sendiri dan merendahkan diri kita. Pelaku gaslighting ingin membuat kita merasa tidak berharga. Hal serupa juga terjadi pada kalimat “Ini nih makanya kamu nggak punya temen.” Salah satu taktik gaslighter adalah mengisolir pasangannya. Mereka bahkan bisa curhat ke orang-orang bahwa dialah korban emotional abuse yang dilakukan pasangannya, padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Dalam situasi-situasi seperti ini, kita harus tetap percaya pada diri kita sendiri dan tidak membiarkan mereka mengendalikan hidup kita.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Ini salahmu sendiri” yang bertujuan untuk memutarbalikkan kesalahan dan menimbulkan keraguan dan kebingungan pada kita. Gaslighter pandai memainkan kata-kata sehingga kita merasa bersalah dan meragukan diri sendiri. Kita harus menyadari bahwa tidak semua kesalahan adalah kita yang bertanggung jawab. Jangan biarkan gaslighter membuat kita merasa tidak berharga.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Itu nggak penting” yang bertujuan untuk meremehkan kekhawatiran atau saran kita. Mereka berusaha merendahkan kita dan membuat kita merasa bahwa apa yang kita pikirkan atau rasakan tidak penting. Jangan biarkan mereka merendahkan kita. Kita memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan perasaan kita.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Bukan begitu maksudku” yang digunakan ketika kita mengungkapkan bahwa kita tersakiti oleh ucapannya. Si Narsisis akan menyangkal apa yang dikatakannya atau mencoba berdalih sehingga membuat kita merasa sensitif. Jangan biarkan mereka mengendalikan emosi kita. Kita memiliki hak untuk merasa tersakiti dan tidak perlu merasa bersalah karena itu.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Ah, itu bukan masalah besar” yang bertujuan untuk menyepelekan perasaan dan harga diri kita. Mereka ingin membuat kita merasa bahwa kekhawatiran kita tidak penting. Jangan biarkan mereka meremehkan perasaan kita. Kita memiliki hak untuk merasa dan mengungkapkan perasaan kita.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Kamu tuh sensitif banget deh” yang digunakan ketika kita mencoba mengekspresikan diri kepada gaslighter. Mereka akan membuat kita merasa tidak berharga dan tidak berarti. Dalam situasi ini, sebaiknya kita memberikan respons yang baik dengan mengatakan bahwa apa yang kita rasakan adalah nyata dan jelas. Kita tidak perlu merasa bersalah atau merasa bahwa kita tidak layak untuk diperhatikan.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Itu kan becanda!” yang digunakan untuk merendahkan kekhawatiran kita. Mereka mencoba menyebut kekhawatiran kita sebagai lelucon untuk merendahkan kita. Jangan biarkan mereka meremehkan kita. Kita memiliki hak untuk merasa dan mengungkapkan kekhawatiran kita.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Kamu paranoid” yang digunakan untuk membuat kita meragukan diri sendiri. Mereka mencoba membuat kita berpikir bahwa kita hanya paranoid dan tidak ada yang benar-benar terjadi. Jika kita merasa curiga terhadap pasangan kita, pastikan ada bukti yang mendukung kecurigaan kita. Jangan biarkan mereka membuat kita meragukan diri sendiri.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Kamu ngarang!” yang digunakan untuk menuduh kita berbohong. Jika kita marah dan berusaha mendebat, mereka akan senang. Setiap kata-kata kita akan digunakan untuk melawan dan mempermalukan kita. Untuk menghadapinya, kita bisa menanggapi dengan tenang bahwa apa yang kita alami adalah nyata dan kuat.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Saya nggak ngerti kamu kepingin saya bilang apa” yang digunakan untuk memojokkan kita karena menolak keinginan gaslighter atau karena kita tidak mau mempercayai dustanya. Jangan biarkan mereka memojokkan kita. Kita memiliki hak untuk berpendapat dan tidak perlu merasa bersalah karena kita tidak sepakat dengan mereka.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Semua orang setuju kok sama saya” yang digunakan untuk membuat kita merasa dikeroyok. Mereka ingin kita percaya bahwa kita yang salah karena semua orang setuju dengan mereka. Jangan biarkan mereka membuat kita merasa rendah diri. Kita memiliki hak untuk berpendapat dan merasa yakin dengan diri kita sendiri.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Beraninya kamu nuduh saya begitu!” yang digunakan untuk membuat kita merasa bersalah dan malu. Mereka membalikkan tuduhan kepada kita sehingga kita merasa bersalah. Jangan biarkan mereka mengendalikan emosi kita. Kita memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan tidak perlu merasa bersalah karena itu.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Kamu nggak ngerti” yang digunakan untuk mengakhiri pembicaraan. Mereka menggunakan kalimat ini ketika mereka merasa terdesak dan ingin membuat kita drop. Jangan biarkan mereka mengendalikan pembicaraan kita. Kita memiliki hak untuk menyampaikan pendapat kita dan tidak perlu merasa rendah diri.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Kita saling maafin dan melupakan” yang digunakan untuk membuat kita merasa bersalah jika kita tidak bersedia memaafkan. Mereka ingin membuat kita merasa bahwa kita juga bersalah dan perlu meminta maaf. Jangan biarkan mereka membuat kita merasa bersalah. Kita memiliki hak untuk memaafkan atau tidak memaafkan.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Kenapa kamu selalu ngungkit masa lalu?” yang digunakan untuk mengalihkan fokus dari diri mereka sendiri ke kita. Mereka ingin membuat kita merasa seperti orang jahat. Jangan biarkan mereka mengalihkan perhatian kita. Kita memiliki hak untuk mengungkit masa lalu jika diperlukan.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Begini caramu memperlakukanku setelah semua yang aku lakukan untukmu?” yang digunakan untuk membelokkan keadaan dan menyalahkan kita. Mereka ingin menyebut kita sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih. Jangan biarkan mereka mengendalikan emosi kita. Kita memiliki hak untuk menyampaikan pendapat kita dan tidak perlu merasa bersalah karena itu.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Kamu harus selalu benar” yang digunakan untuk menuduh kita sebagai orang yang selalu ingin benar. Ironisnya, justru pelaku gaslighting yang sejatinya selalu harus benar tapi ia justru menuduh pasangannya seperti itu. Jangan biarkan mereka memojokkan kita. Kita memiliki hak untuk berpendapat dan tidak perlu merasa bersalah karena itu.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Kayaknya kamu perlu konseling, deh” yang digunakan untuk mengalihkan perhatian dari diri mereka sendiri. Mereka tidak mau mendengarkan dan berbicara tentang perasaan kita. Jangan biarkan mereka mengalihkan perhatian kita. Kita memiliki hak untuk merasa dan menyuarakan perasaan kita.
Selanjutnya, ada kalimat gaslighting seperti “Kamu bikin saya bingung” yang digunakan untuk memutar balik fakta. Mereka ingin terlihat seperti orang yang bingung dan menyalahkan kita atas kebingungan mereka. Jangan biarkan mereka memutar balik fakta. Kita memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan mengingatkan mereka akan fakta yang sebenarnya.
Ada juga kalimat gaslighting seperti “Sebenarnya kamu mau ngomong apa sih?” yang digunakan untuk membuat kita meragukan diri sendiri. Mereka ingin membuat kita mempertanyakan diri sendiri. Jangan biarkan mereka membuat kita meragukan diri sendiri. Kita memiliki hak untuk berpendapat dan merasa yakin dengan diri kita sendiri.
Terakhir, ada kalimat gaslighting seperti “Kamu nggak pernah kasih tau saya soal itu” yang digunakan untuk membuat kita meragukan ingatan kita sendiri. Mereka ingin membuat kita tidak mempercayai ingatan kita. Jangan biarkan mereka meragukan ingatan kita. Kita memiliki hak untuk percaya pada diri kita sendiri.
Dalam menghadapi gaslighting, kita harus tetap kuat dan percaya pada diri sendiri. Kita harus mengakui bahwa apa yang kita alami adalah nyata dan tidak boleh meremehkan perasaan kita sendiri. Jika kita merasa bahwa hubungan kita dengan pasangan sudah tidak sehat, maka kita harus berani untuk melepaskan diri dari hubungan tersebut. Kita tidak perlu merasa bersalah atau takut untuk memilih kebahagiaan dan kesehatan mental kita.
Jika kita merasa kesulitan menghadapi gaslighting sendirian, kita dapat mencari bantuan dari psikoterapis atau profesional kesehatan mental lainnya. Mereka dapat membantu kita dalam mengenali tanda-tanda gaslighting, memberikan dukungan emosional, dan memberikan strategi menghadapi gaslighting.
Dalam menghadapi gaslighting, kita juga perlu mengingat bahwa kita tidak sendirian. Banyak orang yang mengalami hal yang sama dan berhasil keluar dari hubungan toksik ini. Kita dapat mencari dukungan dari teman, keluarga, atau komunitas yang dapat memahami dan mendukung kita dalam proses pemulihan.
Kesimpulannya, gaslighting adalah sebuah proses yang merendahkan dan meragukan keberadaan serta ingatan orang lain. Pelaku gaslighting akan terus menceritakan versi cerita yang salah, memberi tahu pasangannya bahwa si pasangan cuma salah paham, bereaksi dramatis, atau emosional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali tanda-tanda gaslighting dan bagaimana cara mengatasi atau bahkan keluar dari hubungan yang toksik ini. Kita harus tetap kuat dan percaya pada diri sendiri, serta tidak ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental jika diperlukan. Kita memiliki hak untuk hidup bahagia dan sehat secara mental.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com