Ketahui 4 Penyebab Air Ketuban Sedikit dan Risikonya
Ketahui 4 Penyebab Air Ketuban Sedikit dan Risikonya
Air ketuban sedikit perlu Bunda waspadai karena bisa memicu risiko berbagai risiko berikut ini.
Fungsi air ketuban
Sebelum membahas tentang bahaya jumlah cairan ketuban yang sedikit, mari mengetahui apa itu air ketuban. Terkait dengan fungsinya, Air ketuban berguna sebagai pelindung atau bantalan bagi janin terhadap benturan di perut Bunda. Selain itu, air ketuban membantu perkembangan otot, paru-paru, serta sistem pencernaan janin selama berada di dalam kandungan. Seiring dengan pertumbuhannya, janin akan semakin aktif bergerak dan berenang dalam rahim Bunda. Saat memasuki usia kehamilan trimester kedua, janin mulai bernapas dan dapat menelan cairan ketuban.
Meskipun kadar cairan ketuban diproduksi oleh tubuh secara mandiri dan otomatis, namun pada keadaan tertentu, kadang-kadang volume cairan ketuban bisa menjadi terlalu sedikit. Dalam istilah medis kondisi ini disebut dengan oligohidramnion.
Untuk mengetahui kadar air ketuban yang sedikit atau cukup ini, hanya bisa dilakukan dengan pemeriksaan USG melalui dokter. Selanjutnya perhitungan kadar tersebut diidentifikasi menggunakan metode indeks cairan amnion (amniotic fluid index/AFI). Selain itu, untuk mengetahui kadar cairan ketuban juga bisa dilakukan dengan cara mengukur kedalaman kantung kehamilan (maximum vertical pocket/MPV).
Penyebab air ketuban sedikit
Untuk meningkatkan kewaspadaan, Bunda perlu mengetahui penyebab kenapa cairan ketuban di dalam tubuh punya kadar di bawah rata-rata. Berikut adalah beberapa penyebab yang bisa Bunda jadikan acuan untuk melakukan konsultasi lebih lanjut kepada dokter.
Sistem kemih janin bermasalah
Salah satu penyebab oligohidramnion bisa berasal dari sistem kemih janin yang bermasalah. Sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa pada masa tertentu urine janin jadi sumber produksi untuk air ketuban. Dengan sistem kemih janin yang bermasalah, maka ginjal janin pun akan sulit berkembang dan juga beroperasi dengan baik.
Gangguan pada plasenta
Plasenta atau ari-ari merupakan organ tubuh yang penting dalam menjaga tumbuh kembang janin di dalam rahim. Untuk itu, konsultasi kehamilan secara rutin dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan pada plasenta.
Pasalnya, gangguan pada plasenta juga jadi penyebab kadar cairan ketuban jadi sedikit. Gangguan plasenta bisa menyebabkan aliran darah dan asupan nutrisi untuk janin menjadi terhambat. Hal tersebut membuat produksi urine janin juga ikut terganggu yang dapat membuat cairan ketuban jadi sedikit jumlahnya.
Ketuban pecah sebelum waktunya
Bunda tentu pernah mendengar istilah ketuban pecah sebelum waktunya. Istilah ini tentu harus segera ditangani dengan cepat dan serius. Pasalnya, robekan kecil yang terjadi pada kantung ketuban bisa menyebabkan cairan ketuban merembes keluar dari rahim dan perlahan mengurangi jumlah air ketuban. Kondisi ini akan berisiko pada perkembangan janin tentunya.
Komplikasi kehamilan kembar
Dengan mengetahui bahwa Bunda kini sedang mengandung janin kembar, maka penting bagi Bunda untuk meningkatkan kewaspadaan terkait kondisi rahim. Pasalnya, jika tidak melakukan konsultasi secara rutin, bisa-bisa Bunda menemukan kadar cairan ketuban memiliki jumlah sedikit dalam rahim.
Hal itu terjadi karena pada kehamilan kembar identik, ibu hamil berisiko mengalami komplikasi twin to twin transfusion syndrome (TTTS). Komplikasi ini membuat janin kembar saling berbagi plasenta yang memungkinkan salah satunya harus menerima sedikit air ketuban.
Sebagai pencegahan, Bunda bisa jadwalkan pemeriksaan USG secara rutin dan berkala. Pasalnya, tanda-tanda kondisi oligohidramnion biasanya kerap ditemukan terjadi ketika memasuki masa 3 bulan terakhir kehamilan atau trimester ketiga. Berikut adalah gambaran umum kondisi oligohidramnion tersebut:
Pada usia kehamilan 32-36 minggu, volume cairan ketuban kurang dari 500 ml.
Tingkat indeks cairan amnion (AFI) kurang dari 5 cm.
Maximum vertical pocket (MPV) kurang dari 2 cm.
Risiko bayi akibat oligohidramnion
Oligohidramnion dapat mengakibatkan kelahiran prematur hingga keguguran, juga infeksi pada janin dan Bunda. Namun Bunda tidak perlu khawatir, karena dokter akan mengambil tindakan sesuai dengan usia kehamilan Bunda saat itu. Bila usia kehamilan telah cukup, maka dokter akan mengakhiri kehamilan dan melahirkan si Kecil.
Bila usia kehamilan Bunda belum cukup, dokter akan melakukan pemantauan jumlah air ketuban, keadaan janin dan pertumbuhannya serta kondisi kesehatan Bunda hingga usia kehamilan cukup dan si Kecil siap dilahirkan.
Tindakan lain yang dilakukan dokter adalah menambah air ketuban selama proses persalinan melalui kateter, sehingga memberikan ‘bantalan’ pada tali pusat dan si Kecil terhindar dari risiko lilitan tali pusat dan dapat dilahirkan secara normal. Tambahan air ketuban ini juga dapat dilakukan dengan menyuntikkan cairan salin ke dalam kantung kehamilan atau dikenal sebagai tindakan amniosentesis.
Hal tersebut dilakukan agar dokter dapat melihat anatomi bagian-bagian janin lebih jelas untuk membuat suatu diagnosis. Pemberian cairan pada Bunda atau rehidrasi juga bermanfaat dan membantu meningkatkan volume air ketuban.
Dengan risiko yang ada, tentu Bunda kini memahami mengapa konsultasi di masa kehamilan secara rutin sangat diperlukan demi menjaga kesehatan janin di dalam kandungan. Selain itu, Bunda juga tetap harus menjaga asupan nutrisi harian demi melengkapi kebutuhan tumbuh kembang janin di dalam rahim.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com