Ditulis oleh: Lariza Puteri
Tahukah Bunda, bahwa semakin lembap kulit, maka luka sunat akan lebih cepat sembuh?
Ketika anak selesai menjalani proses sunat, hati seorang ibu pasti akan berdebar-debar. Rasanya anak-anak tumbuh begitu cepat, tak terasa mereka telah menjadi remaja yang mandiri. Namun, sebagai orangtua, kita tidak bisa melewatkan proses pertumbuhan anak. Bahkan, ada kalanya anak tiba-tiba berkata, “Ibu, aku mau sunat.” Hati kita pun berkecamuk antara rasa bangga dan sedih karena anak kita sudah bukan bayi lagi.
Proses sunat mungkin terlihat sederhana, namun setelah proses sunat selesai, perawatan luka sunat menjadi tanggung jawab kita sebagai orangtua. Menurut dr. Antonius Agung Purnama, seorang dokter spesialis bedah dari Siloam Hospital Kebon Jeruk, menjaga kebersihan adalah hal yang paling penting dalam merawat luka sunat. Jika kebersihan tidak dijaga dengan baik, risiko infeksi pada luka sunat dapat muncul dan membahayakan kesehatan penis anak.
Dr. Antonius menyarankan agar setelah perban dilepas, penis harus selalu dibersihkan dengan air hangat. Pastikan tidak ada sisa kotoran yang menempel setiap kali anak buang air. Selain itu, area sekitar penis juga harus selalu dibersihkan agar tidak ada kuman yang menempel di penis. Selain menjaga kebersihan, luka sunat juga harus tetap lembap untuk mempercepat proses penyembuhan.
Dokter Antonius merekomendasikan penggunaan salep antibiotik atau petroleum jelly untuk menjaga kelembapan luka sunat. Ternyata, semakin lembap kulit, maka luka sunat akan sembuh lebih cepat. Sebaliknya, jika kulit kering, maka luka sunat akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Selain itu, ada fakta menarik yang diungkapkan oleh dr. Antonius. Semakin kecil usia anak saat menjalani proses sunat, maka luka akan semakin cepat sembuh. Artinya, tidak perlu menunggu anak berkata, “Ma, aku mau sunat,” atau menunggu liburan sekolah ketika anak sudah menginjak kelas 4 atau 5 SD. Menurut dr. Antonius, jika anak disunat saat masih bayi, luka sunat akan sembuh dalam waktu 3-5 hari. Namun, jika anak disunat saat usia SD, luka bisa sembuh setelah 7-10 hari.
Sejak bayi berusia 2 hari, bayi sudah bisa menjalani proses sunat. Menurut dr. Antonius, pada usia tersebut, bayi belum banyak bergerak, faktor pertumbuhan dan pembuluh darahnya juga masih baik. Hal ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi proses penyembuhan luka sunat.
Dalam hal makanan, dr. Antonius tidak melarang anak-anak untuk mengonsumsi makanan tertentu. Namun, ia menyarankan agar anak-anak yang menjalani proses sunat mengonsumsi lebih banyak protein agar luka sunat dapat sembuh lebih cepat. Setelah luka sunat sembuh, anak-anak sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Bahkan, mereka juga dapat berpartisipasi dalam olahraga setelah dua minggu.
Semua tips perawatan sunat di atas berlaku untuk semua metode sunat. Tidak ada metode sunat tertentu yang lebih baik daripada metode sunat lainnya, semuanya sama baiknya. Oleh karena itu, metode sunat yang dipilih harus disesuaikan dengan kenyamanan ibu dan anak.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam persunatan adalah pemilihan tempat sunat. Penting untuk memilih tempat sunat yang kredibel, jelas, dan pasti aman. Jangan tergiur dengan harga yang murah, karena hal ini dapat membahayakan anak. Alat kelamin anak adalah bagian penting dalam kehidupannya di masa depan, oleh karena itu pemilihan tempat sunat harus dilakukan dengan hati-hati.
Dalam menjalani proses sunat, ibu sebagai orangtua memegang peranan penting dalam perawatan luka sunat anak. Dengan menjaga kebersihan, menjaga kelembapan, dan memberikan asupan makanan yang sehat, luka sunat anak dapat sembuh dengan cepat. Namun, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan panduan yang tepat dalam merawat luka sunat anak.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com