Ketika Anak Laki-laki Masuk Fase Phallic


Memasuki Fase Phallic: Anak dan Sensasi Seksual pada Alat Kelamin

Pada usia 3-5 tahun, banyak orangtua mungkin pernah melihat anaknya menggesek-gesekkan penisnya ke kasur atau memegang-megangnya. Ketika ditanya mengapa mereka melakukannya, jawaban yang diberikan seringkali sederhana dan tak terduga, “Karena enak dan geli-geli,” kata mereka dengan polos.

Namun, bagi seorang ahli andrologi seksologi bernama dr. Oka Negara, hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Menurutnya, pada usia tersebut, anak sedang memasuki fase phallic, di mana mereka mulai merasakan sensasi seksual pada alat kelaminnya. Dalam tahap perkembangan psikoseksual anak, terdapat beberapa fase yang berbeda, dan fase phallic ini merupakan salah satunya.

Pada usia baru lahir hingga dua tahun, anak mengalami sensasi seksual di mulutnya, yang disebut sebagai fase oral. Kemudian, pada usia 2-3 tahun, sensasi seksual beralih ke dubur, yang disebut dengan fase anal. Pada usia 3-5 tahun, sensasi seksual anak berpusat pada alat kelaminnya, yang merupakan fase phallic. Pada tahap ini, anak seringkali tidak menyadari atau memahami sepenuhnya mengenai perasaan yang mereka rasakan.

Tahap berikutnya adalah fase laten, yang terjadi pada usia 6-11 tahun. Pada tahap ini, anak tidak terlalu fokus pada sensasi seksual, melainkan lebih banyak berkembang dalam hal fisik dan kognitif, seperti yang terjadi saat mereka bersekolah. Setelah itu, pada usia 12 tahun ke atas, anak memasuki fase genital, di mana mereka mulai mengenal dan mengalami tahapan kehidupan seksual yang sesungguhnya. Pada fase ini, anak akan mengalami tanda-tanda pubertas dan mulai merasakan sensasi seksual secara sadar pada organ seks mereka.

Bagaimana sebaiknya kita menjelaskan hal ini pada anak?

Baca Juga:  Dari Alfa Hingga Omega, Ini 6 Tingkat Hierarki Sosial-Seksual Laki-laki

Menurut dr. Oka Negara, sebaiknya kita membiarkan anak melakukannya selama hal tersebut tidak mengganggu lingkungan sekitar. Beberapa anak tidak hanya menggesek-gesekkan alat kelaminnya, tetapi juga ada yang sering telanjang dan memegang-megangnya di depan orang lain, bahkan di hadapan tamu. Jika hal ini terjadi, sebaiknya kita mengajak anak untuk ke dalam kamar dan mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Penting untuk tidak marah atau menghukum anak, karena hal ini dapat membuat mereka menganggap bahwa menyentuh atau beraktivitas seksual adalah sesuatu yang terlarang. Hal ini dapat berpotensi memberikan persepsi buruk mengenai seksualitas di masa depan mereka.

Selain itu, kita juga perlu menjelaskan kepada anak mengenai area-area pribadi tubuh mereka yang tidak boleh dilihat oleh sembarang orang. Anak perlu memahami bahwa ada batasan-batasan yang harus dihormati dalam hal privasi tubuh mereka.

Bagaimana cara menanggulangi jika anak tetap saja menggesek-gesekkan alat kelaminnya?

Jika anak terus melakukannya, sebaiknya kita mencoba mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Misalnya, ajak anak untuk bermain dengan hal-hal lain yang menarik dan disukainya. Dengan memberikan permainan yang menarik, kita dapat mengalihkan perhatiannya dari kegiatan tersebut.

Apakah kebiasaan ini akan hilang seiring waktu?

Ya, biasanya kebiasaan ini akan hilang seiring dengan berjalannya waktu dan anak memasuki fase laten. Kebanyakan anak akan berhenti melakukannya pada usia sekitar 5 atau 6 tahun.

Komunikasi yang efektif dalam pendidikan seks pada anak

Komunikasi yang efektif dengan anak mengenai pendidikan seks sangat penting. Namun, cara pendekatan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia anak. Pada usia bermain, kita dapat mengajarkan anak untuk memahami tubuh mereka dengan cara yang menyenangkan, misalnya dengan bermain-main sambil berkomunikasi. Kita dapat menggunakan alat permainan yang disukai oleh anak untuk membantu mereka mengenali organ tubuhnya dengan baik. Selain itu, kita juga dapat melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari yang melibatkan pemahaman tentang organ tubuh mereka, seperti saat mereka mandi sendiri di kamar mandi. Dengan cara ini, anak akan belajar dengan baik mengenai hal-hal positif dan berguna mengenai seksualitas mereka.

Baca Juga:  Tiru 4 Potongan Rambut Pendek Ini, Untuk Mommies yang Super Sibuk

Kesimpulan

Memasuki fase phallic pada usia 3-5 tahun adalah proses yang normal dalam perkembangan psikoseksual anak. Anak mulai merasakan sensasi seksual pada alat kelaminnya, yang bisa ditunjukkan dengan menggesek-gesekkan atau memegang-megangnya. Sebagai orangtua, kita perlu memahami fase ini dan mengajarkan anak tentang privasi tubuh mereka. Penting untuk tidak marah atau menghukum anak, melainkan mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Dengan pendekatan yang tepat dan komunikasi yang efektif, kita dapat membantu anak dalam memahami tubuh mereka dengan baik dan mengenali batasan-batasan yang harus dihormati.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com