Kenali Sindrom Tourette Pada si Kecil

Kenali Sindrom Tourette Pada Si Kecil

Pada suatu acara reuni beberapa minggu yang lalu, saya bertemu dengan salah satu sahabat suami yang membawa keluarganya. Sebagai sesama ibu, kami pun berbincang-bincang tentang banyak hal terkait kehidupan sebagai orangtua. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian saya saat itu. Anak sahabat suami tersebut terlihat sering mengedipkan matanya dengan frekuensi yang cukup tinggi. Awalnya, saya mengira itu hanya kebiasaan yang tidak begitu penting, tapi setelah saya perhatikan lebih seksama, gerakan tersebut terulang secara berulang-ulang.

Tidak ingin menyinggung, saya akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada sahabat suami tentang kebiasaan anaknya tersebut. Dan ternyata, itu adalah sindrom Tourette. Sindrom Tourette adalah gangguan saraf yang menyebabkan terjadinya gerakan atau suara yang tidak disengaja secara berulang. Sindrom ini pertama kali ditemukan oleh seorang dokter asal Perancis bernama Georges Gilles de la Tourette pada tahun 1885.

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang sindrom Tourette, saya pun mencari informasi tentang penyakit ini. Dari penelusuran saya, ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sindrom Tourette, yaitu faktor genetik dan infeksi saat masa kecil.

Faktor genetik adalah salah satu penyebab sindrom Tourette. Beberapa kasus menunjukkan bahwa sindrom ini dapat diwariskan melalui faktor genetik. Namun, hal ini masih terus diteliti karena kasus seperti ini masih terbilang jarang terjadi.

Selain faktor genetik, adanya infeksi pada tenggorokan saat masa kecil juga dapat menyebabkan sindrom Tourette. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri Streptococcal. Saat tubuh melawan infeksi ini, sistem imun akan memproduksi antibodi yang dapat mempengaruhi fungsi otak.

Ciri-ciri sindrom Tourette dapat terlihat dari dua aspek, yaitu motorik dan vokal. Pada aspek motorik, penderita sindrom Tourette akan melakukan gerakan-gerakan yang tidak disengaja secara berulang-ulang. Gerakan ini dapat berupa menyentakkan lengan atau kepala, membuat ekspresi wajah, mengerutkan mulut, berkedip lebih sering dari orang biasa, atau mengangkat bahu. Pada kasus yang lebih parah, penderita bisa melakukan gerakan seperti menyentuh hidung, menyentuh orang lain tanpa alasan yang jelas, mengepakkan tangan, atau bahkan melompat.

Baca Juga:  Sampai Usia Berapa Kakak dan Adik Berbeda Jenis Kelamin Boleh Satu Kamar? Ini Kata Pakar!

Sementara itu, pada aspek vokal, penderita sindrom Tourette akan mengeluarkan suara-suara yang tidak disengaja. Pada kasus yang ringan, penderita akan sering mengalami cegukan, menirukan suara seperti menggonggong, berteriak, atau berdeham terus menerus. Sedangkan pada kasus yang lebih parah, penderita akan mengulang perkataan orang lain, mengeluarkan suara yang berbeda saat berbicara, atau bahkan mengumpat.

Selain itu, sindrom Tourette juga dapat menjadi lebih parah saat si Kecil sedang sakit, lelah, gugup, atau stres. Meskipun sindrom ini bukanlah gangguan pada kondisi psikis, tetapi mengajak si Kecil berbicara atau mengajaknya berkonsultasi dengan psikiater dapat membantu meredakan gejala dan membuatnya merasa lebih tenang.

Walaupun saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan sindrom Tourette secara tuntas, namun sindrom ini dapat diatasi agar tidak mengganggu tumbuh kembang si Kecil. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti terapi khusus. Ada banyak tokoh terkenal yang tetap sukses meskipun menderita sindrom Tourette, seperti kiper Timnas sepakbola Amerika Serikat, Tim Howard.

Dengan pengetahuan ini, semoga dapat membantu para orangtua untuk lebih memahami sindrom Tourette. Jika Bunda memiliki pengalaman atau tips seputar kebiasaan sindrom Tourette, silakan berbagi dengan Bunda lain di sini. Semoga si Kecil selalu sehat dan bahagia!

Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com