Family Friday: Manik ‘La Luna’, Anak Itu Titipan!


Manik, waktu pertama kali punya anak, apa yang terasa paling berubah?

Waktu pertama kali punya anak, banyak hal yang terasa berubah bagi saya. Sebelumnya, saya adalah tipe perempuan yang sangat memperhatikan waktu luang untuk me-time. Sebagai seorang vokalis band Laluna, pekerjaan saya mengharuskan saya bertemu dengan banyak orang, sehingga saya butuh waktu untuk sendirian guna menyegarkan diri. Namun, setelah memiliki anak pertama, saya merasakan stres yang luar biasa karena sulitnya menemukan waktu untuk me-time. Saya tidak dapat benar-benar santai dan rileks, karena setiap saat harus siap merespon kebutuhan anak saya. Namun, saya sangat beruntung memiliki suami yang baik dan pengertian. Ketika saya harus manggung lagi setelah melahirkan, suami saya dengan sabar menjaga anak kami di kamar hotel. Hanya dalam waktu 5 menit setelah keluar dari hotel, saya langsung menelepon untuk menanyakan kabar anak saya. Suami saya hanya bilang, “semua baik-baik saja, sayang! Aman! Selamat manggung!” Namun, saya tahu bahwa dia berbohong karena saya bisa mendengar suara tangisan bayi di latar belakang. Meskipun begitu, saya tetap berjuang dan mencoba menyesuaikan ritme hidup dengan menjadi seorang ibu yang juga bekerja di luar rumah.

Eh, kan anaknya sudah dua sekarang. Ada perbedaan signifikan antara Malaki dan Mirkal?

Tentu saja ada perbedaan signifikan antara Malaki, anak pertama saya, dan Mirkal, anak kedua saya. Sebelum melahirkan anak kedua, saya merasa khawatir dan stres. Hal ini karena Malaki adalah bayi yang cukup meresahkan. Suaranya yang keras ketika menangis dan kebutuhannya yang banyak membuat saya khawatir. Jika saya sedikit terlambat memberikan ASI, suara tangisnya bisa meresahkan orang sekitar. Namun, kekhawatiran saya ternyata tidak beralasan. Mirkal, si anak kedua, memiliki sifat yang santai dan tenang. Dia jarang menangis dan suaranya yang lembut tidak terdengar oleh tetangga. Beberapa tetangga bahkan bertanya apakah saya sudah melahirkan, karena mereka jarang mendengar suaranya. Perbedaan ini membuat saya merasa lega karena saya tidak perlu khawatir seperti saat memiliki Malaki.

Baca Juga:  Ketahui Kemampuan dan Merangsang Pendengaran Anak

Terus bagaimana dengan pola asuhnya?

Pola asuh yang saya terapkan pada kedua anak saya dapat dikatakan agak galak. Mungkin ini karena saya ingin memberikan disiplin kepada mereka yang akan menjadi dasar pola hidup mereka di masa depan. Mulai dari waktu makan, tidur, hingga aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, kami sedang berusaha keras untuk mendisiplinkan anak-anak kami. Namun, saya juga menyadari pentingnya menjadi teman bagi anak-anak ketika mereka tumbuh dewasa. Oleh karena itu, saya selalu memperhatikan agar masa disiplin tidak terlalu berlebihan dan takut nantinya anak-anak menjadi pemberontak. Meskipun terkadang sulit untuk konsisten dalam menjalankan aturan, karena setiap hari anak-anak kami dititipkan kepada nenek dan kakek mereka, namun hal ini tetap menjadi fokus kami dalam mendidik anak-anak. Saya suka menggabungkan berbagai gaya pola asuh dari berbagai referensi yang saya miliki. Saya mengambil sedikit gaya barat yang bebas namun tidak berlebihan, mengambil gaya Amy Chua ala tiger mother namun tidak terlalu galak, dan yang paling utama adalah gaya pola asuh ala Rasulullah SAW yang penuh dengan kasih sayang dan kebijaksanaan.

Pelajaran paling berharga yang didapat setelah menjadi orang tua?

Menjadi seorang ibu telah mengajarkan saya pelajaran-pelajaran berharga yang tidak akan saya dapatkan jika tidak memiliki anak. Salah satu pelajaran yang paling berarti bagi saya adalah semakin mencintai orang tua saya sendiri. Setelah memiliki anak pertama, saya merasa seperti diberikan cermin yang menunjukkan perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang tua saya. Saya menyadari betapa beratnya peran menjadi seorang ibu dan merasakan berbagai emosi yang terkadang bahagia, takut, resah, dan khawatir. Semua perasaan ini saya rasakan dengan intensitas yang lebih tinggi setelah menjadi orang tua. Pelajaran ini membuat saya semakin menghargai dan mencintai orang tua saya, serta berusaha untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anak saya.

Baca Juga:  Resep Bubur Kembang Kol Apel

Jadi ada kunci agar sukses jadi orang tua?

Menurut saya, salah satu kunci agar sukses menjadi orang tua adalah mengubah mindset dari “Anak Ini Milikku” menjadi “Anak Merupakan Titipan Allah SWT”. Ketika kita memiliki pemikiran yang posesif terhadap anak, kita dapat menjadi semena-mena dalam mendidiknya. Namun, jika kita membayangkan bahwa kita dititipi anak oleh tetangga kita, pasti kita akan lebih berhati-hati dalam menjaga, merawat, dan mendidik anak tersebut. Kita tidak ingin orang yang menitipkan anak kepada kita kecewa atau kehilangan kepercayaan pada kita, bukan? Oleh karena itu, saya percaya bahwa dengan memperbaiki mindset seperti ini, kita dapat menjadi orang tua yang sukses. Namun, saya juga harus mengakui bahwa ini adalah pemikiran yang baru saya sadari belakangan ini dan masih dalam proses untuk menjalankannya sepenuhnya.

Pelajaran berharga dari Manik

Dari cerita Manik Prajana, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga tentang menjadi seorang ibu. Pertama, menjadi ibu adalah peran yang penuh dengan tantangan dan pengorbanan. Dalam menjalani perannya sebagai ibu, Manik merasakan perubahan yang signifikan dalam hidupnya, terutama dalam hal waktu luang untuk dirinya sendiri. Namun, dia juga menyadari bahwa memiliki anak adalah anugerah dan dia berusaha menjalani peran tersebut dengan sebaik mungkin.

Kedua, setiap anak memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Manik mengalami perbedaan yang signifikan antara anak pertamanya, Malaki, dan anak keduanya, Mirkal. Meskipun awalnya dia merasa khawatir, ternyata Mirkal memiliki sifat yang lebih tenang dan santai. Hal ini mengajarkan kita bahwa setiap anak adalah individu yang unik dan kita perlu menerima perbedaan mereka dengan lapang dada.

Ketiga, pola asuh yang diterapkan oleh Manik adalah pola asuh yang disiplin namun tetap memperhatikan kebutuhan anak. Dia ingin mendidik anak-anaknya dengan baik agar memiliki dasar yang kuat untuk hidup di masa depan. Namun, dia juga menyadari pentingnya menjadi teman bagi anak-anak ketika mereka tumbuh dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi seorang ibu tidak hanya tentang memberikan aturan yang ketat, tetapi juga melibatkan kehangatan dan kasih sayang.

Baca Juga:  Bu, Ayo Cermat Memilih Tempat Bersalin!

Terakhir, Manik juga mengajarkan kita pentingnya mengubah mindset menjadi seorang orang tua yang bertanggung jawab. Dengan menganggap anak sebagai titipan dari Allah, kita akan lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam mendidik mereka. Ini mengajarkan kita untuk menjadi orang tua yang bijaksana dan tidak semena-mena dalam mendidik anak.

Dalam kesimpulan, menjadi seorang ibu adalah peran yang tidak mudah namun penuh dengan makna. Manik Prajana adalah contoh seorang ibu yang berusaha menjalani perannya dengan sebaik mungkin. Dalam menghadapi berbagai tantangan sebagai seorang ibu yang juga bekerja di luar rumah, Manik tetap berusaha menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Dari ceritanya, kita dapat belajar untuk menghargai peran sebagai seorang ibu dan menjadi orang tua yang bijaksana dalam mendidik anak-anak kita.


Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com