Kanker serviks masih menjadi momok utama bagi perempuan Indonesia. Setiap tahunnya, ribuan kasus kanker serviks terjadi dan menyebabkan banyak kematian. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting dalam mencegah dan mengatasi penyakit ini.
Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Virus ini dapat menyerang jaringan serviks dan menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang abnormal. Dari data Global Cancer Observatory tahun 2018, terdapat lebih dari 32 ribu kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia. Angka kematian akibat penyakit ini mencapai 18.279 orang.
Infeksi HPV biasanya tidak menunjukkan gejala pada stadium awal. Oleh karena itu, penting untuk melakukan screening mandiri secara rutin guna mendeteksi dini kanker serviks. Dengan melakukan deteksi dini, penanganan medis dapat segera dilakukan sebelum kanker serviks semakin parah.
Terdapat tiga pilihan screening yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks, yaitu Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), Pap smear, dan HPV DNA. Ketiga tes ini memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda dan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan rekomendasi dari tenaga medis.
Tes IVA merupakan salah satu pilihan screening yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Tes ini dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat pada permukaan jaringan serviks yang dibuka dengan spekulum atau cocor bebek. Hasil tes ini dapat terlihat dalam waktu singkat, sekitar 1 menit, melalui perubahan warna pada area serviks yang sudah diolesi asam asetat. Jika tidak terdapat perubahan warna, maka kondisi serviks dapat dikatakan sehat. Namun, jika terdapat bercak putih, maka kemungkinan terdapat sel tumor atau kanker serviks. Tes IVA ini dapat dilakukan di puskesmas dan seringkali tersedia secara gratis melalui program pemerintah. Namun, terdapat beberapa syarat untuk melakukan tes ini, yaitu sudah pernah berhubungan seksual, tidak berhubungan seksual dalam 24 jam sebelum tes, dan tidak sedang menstruasi.
Selain Tes IVA, Pap smear juga merupakan pilihan screening yang dapat dilakukan untuk deteksi dini kanker serviks. Pap smear memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tes IVA. Pada Pap smear, sampel jaringan serviks diambil dan diperiksa untuk meneliti adanya sel tumor atau kanker. Hasil dari Pap smear biasanya keluar dalam waktu sekitar 2 minggu setelah pengambilan sampel. Pap smear dapat dilakukan 3 tahun setelah pertama kali berhubungan seksual dan disarankan untuk perempuan dalam usia subur dan sudah aktif berhubungan seksual. Selain itu, Pap smear juga diutamakan untuk perempuan yang sudah berusia minimal 30 tahun. Disarankan untuk melakukan Pap smear setahun sekali guna deteksi dini kanker serviks. Namun, Pap smear tidak dapat dilakukan saat sedang menstruasi dan sebelumnya, sebaiknya tidak mencuci vagina dengan sabun pembersih. Biaya Pap smear bervariasi, tergantung dari tempat dan layanan yang dipilih. Di Jakarta, biaya Pap smear mulai dari Rp 300 ribu dan dapat dilakukan di laboratorium kesehatan atau rumah sakit.
Selanjutnya, terdapat juga pilihan screening kanker serviks yang menggunakan metode HPV DNA. Metode ini dianggap sebagai tes yang paling akurat dalam memeriksa kemungkinan adanya kanker serviks. Karena hasilnya yang akurat, tes HPV DNA dapat dilakukan dalam rentang waktu 3-5 tahun karena perubahan sel menjadi kanker serviks dapat membutuhkan waktu sekitar 10 tahun. HPV DNA disarankan untuk perempuan yang sudah berusia 30 tahun. Proses pengambilan sampel untuk tes ini sedikit lebih lama dibandingkan dengan Pap smear karena sampel yang diambil lebih banyak. Setelah pengambilan sampel, pasien mungkin akan mengalami rasa tidak nyaman dan keluarnya sedikit flek. Hasil tes HPV DNA dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu normal/negatif (tidak terdeteksi virus HPV penyebab kanker) dan abnormal/positif (bukan berarti kanker, tetapi memiliki risiko tinggi dan biasanya disarankan untuk tes lanjutan).
Dari ketiga pilihan screening yang telah disebutkan, setiap perempuan dapat memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan rekomendasi dari tenaga medis. Tes IVA dapat menjadi pilihan yang cepat dan mudah dilakukan di puskesmas, terutama bagi perempuan yang belum mencapai usia 30 tahun. Pap smear dapat menjadi pilihan yang lebih akurat dan direkomendasikan untuk perempuan dalam usia subur dan sudah aktif berhubungan seksual, serta perempuan yang sudah berusia minimal 30 tahun. Sedangkan, tes HPV DNA dapat menjadi pilihan yang paling akurat dan dilakukan dengan rentang waktu yang lebih lama.
Deteksi dini kanker serviks melalui pilihan screening yang telah disebutkan di atas sangat penting untuk mencegah dan mengatasi penyakit ini. Dengan melakukan screening secara rutin, perempuan dapat mendapatkan penanganan medis yang tepat dan tepat waktu jika terdapat penyakit. Selain itu, edukasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks juga perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih sadar akan bahaya penyakit ini dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat.
Pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Program pemerintah yang memberikan akses gratis atau terjangkau terhadap screening kanker serviks, seperti Tes IVA, dapat membantu perempuan untuk mendapatkan pemeriksaan secara rutin. Selain itu, penyuluhan dan kampanye mengenai pentingnya deteksi dini kanker serviks juga perlu ditingkatkan agar masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat melakukan tindakan pencegahan yang tepat.
Selain melakukan screening secara rutin, terdapat juga upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks. Vaksinasi HPV merupakan salah satu cara yang efektif dalam mencegah infeksi virus HPV yang merupakan penyebab utama kanker serviks. Vaksinasi ini dapat diberikan kepada perempuan usia 9-26 tahun dan pria usia 9-21 tahun. Selain itu, menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi juga penting untuk mencegah infeksi dan perkembangan kanker serviks.
Dalam menghadapi masalah kanker serviks, peran keluarga, masyarakat, tenaga medis, dan pemerintah sangat penting. Keluarga dan masyarakat dapat memberikan dukungan moral dan informasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks kepada perempuan di sekitar mereka. Tenaga medis dapat memberikan pelayanan screening yang berkualitas dan memberikan informasi yang akurat kepada pasien. Sedangkan, pemerintah dapat memberikan akses dan dukungan dalam upaya deteksi dini kanker serviks melalui program-program kesehatan yang terjangkau dan edukasi kepada masyarakat.
Dalam menghadapi kanker serviks, perempuan Indonesia tidak sendiri. Banyak organisasi dan lembaga yang peduli dan berkomitmen untuk mengatasi masalah ini. Perempuan Indonesia perlu bersatu dan saling mendukung dalam upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Dengan melakukan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang tepat, perempuan Indonesia dapat mengurangi risiko terkena kanker serviks dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com