Berbagai Fakta Gangguan Konsentrasi pada si Kecil
Pada masa tumbuh kembang si Kecil, terdapat banyak kemampuan yang dapat dilatih sambil ia asyik bermain. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat mengganggu konsentrasi si Kecil. Salah satu kondisi tersebut adalah Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan konsentrasi pada anak. Gangguan konsentrasi ini dapat membuat si Kecil sulit untuk memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif.
ADHD biasanya mulai terlihat pada anak usia 3 hingga 6 tahun. Gejala awal yang sering terlihat adalah perilaku hiperaktif dan impulsif, seperti sulit untuk duduk diam, tidak bisa berhenti berbicara, tidak suka menunggu, dan sering menginterupsi orang lain. Sayangnya, seringkali perilaku ADHD ini dianggap sebagai kurangnya disiplin anak, lingkungan keluarga yang bermasalah, atau terlalu banyak menonton televisi. Padahal, ADHD disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dihindari oleh anak itu sendiri.
Untuk mencegah kesalahpahaman tersebut, berikut beberapa fakta menarik seputar gangguan konsentrasi pada anak:
1. Bisa disebabkan oleh pestisida
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki kandungan pestisida dalam urinnya memiliki tingkat ADHD yang lebih tinggi. Selain itu, perempuan yang memiliki kandungan pestisida lebih tinggi dalam urinnya juga berpotensi memiliki anak dengan ADHD. Oleh karena itu, disarankan untuk membeli buah dan sayur organik atau mencuci bersih buah dan sayur sebelum dikonsumsi.
2. Gula tidak selalu menjadi penyebab ADHD
Ada anggapan bahwa memberikan gula terlalu banyak pada anak dapat membuatnya hiperaktif. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penelitian belum menemukan hubungan antara konsumsi gula berlebihan dengan perubahan perilaku anak.
3. ADHD dapat terjadi pada anak perempuan
ADHD seringkali dianggap sebagai gangguan khas anak laki-laki. Namun, penelitian menunjukkan bahwa baik anak laki-laki maupun perempuan memiliki potensi yang sama untuk mengalami ADHD. Perbedaannya adalah ADHD pada anak perempuan memiliki gejala yang lebih variatif, seperti menjadi pemalu dan sering melamun atau menjadi cerewet dan hipersosial.
4. Terapi rutin dapat membantu mengatasi ADHD
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan konsentrasi pada anak adalah dengan menetapkan kegiatan rutin. Dengan menjadwalkan kegiatan yang rutin, si Kecil akan lebih siap menghadapi aktivitas dan tahu apa yang harus dilakukan. Kegiatan rutin yang dilakukan secara berulang-ulang dapat merangsang otak si Kecil untuk bekerja secara terkendali dan mengurangi keinginan impulsif.
5. Tidur berkualitas dapat mencegah ADHD
Tidur yang bermasalah dapat berhubungan dengan perilaku bermasalah pada anak. Oleh karena itu, selain mengubah pola asuh orang tua terhadap anak dengan ADHD, tidur yang berkualitas juga dapat membantu mengurangi gangguan konsentrasi pada anak.
Dengan mengetahui fakta-fakta ini, diharapkan kita sebagai orang tua dapat lebih memahami gangguan konsentrasi pada anak dan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Penting untuk selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada si Kecil agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Bunda dan keluarga.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com