Serba-Serbi Stunting pada Anak yang Perlu Bunda Tahu
Stunting pada anak adalah kondisi anak mengalami pertumbuhan yang terhambat karena kekurangan asupan gizi. Kondisi ini seringkali terjadi tanpa disadari dan dapat berdampak buruk pada kesehatan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mengetahui serba-serbi tentang stunting pada anak agar dapat mencegah dan mengatasinya dengan tepat.
Mengenal Stunting pada Anak
Stunting pada anak adalah kondisi perawakan pendek yang disebabkan oleh masalah nutrisi. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang jauh di bawah rata-rata anak seusianya. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi penting dalam waktu yang cukup lama. Dalam beberapa kasus, stunting dapat terjadi tanpa disadari oleh orang tua karena tidak memahami ciri-ciri dan dampaknya.
Ciri-ciri stunting pada anak dapat diidentifikasi dengan membandingkan tinggi atau panjang badan anak dengan standar pertumbuhan yang telah ditetapkan. Anak dinilai mengalami stunting jika tinggi badannya berada di bawah 2 standar deviasi dari standar median pertumbuhan anak sebaya. Lebih lanjut, anak dikatakan mengidap stunting akut jika berada di bawah 3 standar deviasi dari standar pertumbuhan.
Prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sekitar 8,9 juta anak di Indonesia menderita stunting. Artinya, 1 dari 3 balita mengalami gangguan pertumbuhan dan membutuhkan perhatian lebih. Indonesia juga menempati peringkat tertinggi penderita stunting di Asia Tenggara dan kelima di dunia.
Dampak Stunting pada Anak
Stunting pada anak dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa dampak stunting yang dapat terlihat secara fisik adalah tinggi dan berat badan anak yang jauh di bawah rata-rata anak sebaya. Selain itu, stunting juga dapat berdampak pada kecerdasan otak anak, sistem imun yang lemah, postur tubuh yang kecil, risiko penyakit kronis, dan bahkan kematian pada usia dini.
Salah satu dampak stunting pada anak adalah kurangnya asupan gizi yang berdampak pada kurangnya energi untuk perkembangan otak. Hal ini dapat memengaruhi kecerdasan anak dan kesulitan dalam belajar dan menyerap informasi. Anak yang mengalami stunting juga memiliki sistem imun yang lebih lemah sehingga rentan terkena berbagai penyakit seperti pneumonia, diare, meningitis, tuberkulosis, dan hepatitis.
Dalam jangka panjang, anak yang mengalami stunting juga berisiko mengalami penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, disfungsi ginjal, dan metabolisme glukosa yang buruk. Stunting juga dapat mempengaruhi lingkar kepala anak, kemampuan sosial, dan berat badan yang tidak proporsional. Bahkan, stunting dapat berujung pada kematian pada usia dini jika tidak diatasi dengan baik.
Penyebab Stunting pada Anak
Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab stunting pada anak. Faktor-faktor ini meliputi kurangnya asupan gizi selama kehamilan dan menyusui, tidak memberikan ASI eksklusif dan MPASI yang cukup, lingkungan yang tidak sehat, kurangnya fasilitas kesehatan, kurangnya stimulasi psikososial, dan faktor keturunan.
Selama kehamilan, ibu perlu mengonsumsi makanan dan minuman bergizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin. Kurangnya asupan gizi selama kehamilan dapat memengaruhi pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko stunting pada anak. Selain itu, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan memberikan MPASI dengan tekstur yang sesuai juga penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
Lingkungan yang kotor dan tidak sehat juga dapat menyebabkan stunting pada anak. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang baik dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit pada anak. Selain itu, kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai juga dapat menghambat pencegahan dan penanganan stunting pada anak.
Cara Mencegah Stunting pada Anak
Pencegahan stunting pada anak harus dilakukan sejak dalam kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan anak. Beberapa langkah pencegahan stunting yang dapat dilakukan adalah:
1. Selama kehamilan, ibu perlu mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengikuti kontrol kehamilan secara rutin. Nutrisi yang baik selama kehamilan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
2. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak. ASI mengandung nutrisi yang lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Selain itu, ibu juga perlu memastikan kualitas ASI dengan mengonsumsi makanan yang bergizi.
3. Memberikan susu pertumbuhan yang sesuai untuk anak. Susu pertumbuhan mengandung nutrisi yang penting untuk perkembangan anak. Konsumsi susu pertumbuhan dapat menekan angka stunting pada anak.
4. Memberikan MPASI yang sesuai setelah anak berusia 6 bulan. MPASI harus diberikan dengan tekstur yang sesuai dan mengandung nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
5. Rajin mencari informasi tentang makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada anak sesuai dengan usianya. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
6. Memberikan asupan gizi yang cukup, terutama protein dan kalsium. Asupan protein yang cukup dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dengan baik.
Selain langkah-langkah di atas, penting bagi ibu untuk terus mencari informasi dan konsultasi dengan ahli gizi untuk memastikan bahwa anak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan memenuhi kebutuhan pertumbuhannya.
Kesimpulan
Stunting pada anak merupakan kondisi pertumbuhan yang terhambat akibat kekurangan asupan gizi. Kondisi ini seringkali terjadi tanpa disadari dan dapat berdampak buruk pada kesehatan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mengetahui serba-serbi tentang stunting pada anak agar dapat mencegah dan mengatasinya dengan tepat.
Dampak stunting pada anak meliputi tinggi dan berat badan yang jauh di bawah rata-rata, kurangnya energi untuk perkembangan otak, sistem imun yang lemah, risiko penyakit kronis, dan bahkan kematian pada usia dini. Beberapa faktor penyebab stunting meliputi kurangnya asupan gizi selama kehamilan dan menyusui, lingkungan yang tidak sehat, kurangnya fasilitas kesehatan, dan faktor keturunan.
Pencegahan stunting pada anak dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan dan minuman bergizi selama kehamilan, memberikan ASI eksklusif dan MPASI yang sesuai, menciptakan lingkungan yang sehat, dan memberikan stimulasi psikososial yang baik. Penting bagi ibu untuk terus mencari informasi dan konsultasi dengan ahli gizi untuk memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Dengan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan jumlah anak yang mengalami stunting dapat berkurang dan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat serta mencapai potensi pertumbuhan yang optimal.
Subscribe, follow lembarkerjauntukanak.com